Wednesday, 25 January 2017

Tentang Usaha Konveksi

Diantara beberapa teman, baik seumuran maupun selisih beda usia menikmatinya adalah sebagai anugerah yang patut disyukuri termasuk dari kebiasaan masa anak-anak, remaja dan bahkan saat sama-sama menjadi dewasa. Pertemanan tersebut melingkupi dikehidupan desa agraris dan industri yang termasuk mempunyai heterogen latar belakang, sosial dan ekonomi sebagai unsur pendukungnya.

Di kawasan pesisir Laut Jawa tepatnya di Pekalongan yang terkenal unsur religi budaya sebagai kebiasaan serta kehidupan perekonomian, industri rumah tangga, pertanian dan perikanan membuat ragam kebiasaan masyarakat. Lebih mudahnya, masyarakat pesisir lebih banyak bermatapencaharian sebagai wiraswasta. Diantara banyak hal yang termasuk pekerjaan yang dilakukan di rumah baik sebagai dalam bidang perdagangan ada pula berbenetuk jasa. Konveksi sebuah contoh bentuk bisnis yang bergerak di bidang pengolahan bahan setengah jadi dalam bentuk kain diubahnya menjadi barang jadi yaitu berupa pakaian.

Berawal dari bekerja sebagai buruh menjahit rumahan yang sudah diakui masyarakat setempat akan menjadi magnet bagi yang seseorang dalam mengasah ketrampilannya. Itu pun tingkatannya hanya sebagai penjahit sedangkan yang membentuk pola pakaian dan memotong kainnya dilakukan oleh bosnya atau owner penjahit. Dari situlah sedikit demi sedikit  pengalamaan dapat dilihatnya bentuk rumus pola, pengukuran sekaligus pemotongan dipelajari bagi yang benar-benar serius akan mengembangkan jenjang ketrampilan tidak hanya bisa menjahit. Sebuah slogan yang berkembang  dimasyarakat bahwa orang yang bisa menjahit belum tentu bisa memotong kain (membuat pola). Sebaliknya sudah barang tentu orang yang sudah diakui bisa memotong kain, maka tentu orang tersebut bisa menjahit. Dari pemahaman tersebut muncul starata dalam bidang konveksi atau bidang menjahit.

Akan lebih bisa merubah nasib seseorang apabila sedikit demi sedikit menapaki proses pekerjaan. Tahap berikutnya membuka ruang gerak sebagai relasi bisnis pakaian jadi. Hubungan tersebut sangat berpengaruh dalam membuka awal usaha khususnya bagi para penjahit. Tindakan tersebut masyarakat menyebutnya “nggolek sanggan” . Semacam proses mencari pelanggan tetap yang mempunyai omset besar akan mudah melanggengkan usaha pengusaha konveksi. Sangat berdampak sekali dengan kelangsungan usaha, hal ini menyangkut dengan pengadaan mesin jahit dan seperabot buruh jahit. Tentunya apabila nasib mujur mendapatkan pelanggan dari penguasa besar pakaian jadi akan berimbas baik dengan melalukan spekulasi pengembangan usaha konveksi yang lebih besar lagi.

Kepercayaan dari pengusaha pakaian jadi tidak serta merta diberikan kepada pengusaha konveksi. Dari keberhasilan beberapa lapis kain dan diberikan target waktu yang ditentukan bisa sesuai dengan kesepakatan, akan membuahkan kepercayaan berkelanjutan. Sehingga apabila pengusaha konveksi meminta peningkatan orderan kain akan lebih mudah dikabulkan. Jika itu demikian, keadaan jumlah peralatan jahit masih tetap, yang akan terjadi beban kerja buruh semakin tinggi. Maka pengusaha konveksi harus memutar otak agar bisa menambah beberapa unit mesin sebagai aset tambahan dalam memenuhi target kerja kepada pengusaha pakaian jadi.

Hubungan yang baik seorang pengusaha konveksi kepada buruhnya dan rekan pengusaha pakaian jadi tetap dikondisikan dalam ruang yang sangat kondusif. Meskipun mesin jahit sudah sesuai yang diharapkan dalam menggarap orderan maka tinggal kinerja buruh yang diperhatikan diantaranya dengan menciptakan suasana kerja agar buruh jahit betah dan bisa menghasilkan karya-karya yang optimal. Bayangkan saja semisal buruh jahit berjumlah 20 orang tiap satu orang mampu menghasilkan 20 potong pakaian jadi tiap harinya. Rata-rata pengusaha konveksi itu akan menghasilkan pakaian jadi sebanyak 400 pakaian. Dalam satu hari tersebut 2 orang saja tidak bisa bekerja maka target tersebut sudah berkurang hanya mencapai 360 pakaian. Belum lagi apabila tersandung masalah buruh jahit yang mogok kerja dengan berbagai alasan misalnya butuh uang mendadak sedangkan bosnya (pengusaha konveksi) belum bisa memberikan uang karena target mingguannya belum terpenuhi. Sedangkan untuk mencari buruh jahit yang loyal terhadap hasil kerja berupa karya yang sesuai standar yang diinginkan oleh pengusaha pakaian jadi sangatlah tidak mudah. Maka keluwesan seorang pengusaha konveksi perlu memudahkan khususnya mengerti sedikit keadaan buruh jahid khususnya dalam menyokong keadaan perekonomian yang tiba-tiba ambruk karena sesuatu hal.

Sumber Gambar Ilustrasi  : Google oleh Harry Ramdhani Blogspot

Ada beberapa pengusaha konveksi melakoni usahanya dengan meloyalkan buruh jahit dengan cara memberikan kemudahan dari persyaratan kredit kendaraan. Cara ini berlaku kepada buruh jahit yang mempunyai daya etos kerja yang pandangan subyektif seorang pengusaha konveksi dinilai pantas karena berbagai faktor ketelatenan, pemenuhan target dan loyaliatas tinggi dalam membantu usaha konveksinya. Merebaknya kredit kendaraan murah dan mudah oleh finance termuka memberikan syarat harus memenuhi total penghasilan yang mencukupi terhadap jenis kendaraan yang dibelinya. Bagi seorang buruh jahit sangat enggan disorot masyarakat apabila pihak finance mendatangi rumah yang bersangkutan. Proses tersebut berkaitan dengan prosedural pengajuan kredit maka survey langsung ke rumah kreditor tetap penting dilakukan. Adanya stase prosedural  tersebut dinilai bisa menyebabkan dampak beban moral meskipun tidak semua buruh jahit merasakan demikian. Pada akhirnya sang bos yaitu pengusaha konveksi memberikan kemudahan kredit kendaraan dengan atas nama pengajuan dirinya. Cara tersebut akan memudahkan finance dalam meloloskan pengajuan kredit karena syarat penghasilan tiap bulan dinilai memenuhi persyararatan yang diberlakukan. Sedangkan tiap kali cicilan bulanan pengusaha konveksi akan memotong gaji buruh jahit sebagai angsuran kendaraan yang harus dibayarnya.  Dengan demikian maka loyalitas buruh jahit akan dirasa oleh pengusaha konveksi akan langgeng minimal para buruhnya tidak akan berpindah ke pengusaha konveksi lain.

Permasalahan pengusaha konveksi tidak hanya berbatas dengan para buruh jahitnya mengenai hubungan kepada pengusaha pakaian jadi yang lebih sering mengenai ikhwal pembayaran jasa konveksi. Harapan dari setiap para pengusaha akan lebih mengutamakan kelancaran dan kelanggengan usaha, namun keadaan pasar juga sering tidak menentu dengan permintaan fluktuatif. Terkadang meningkat drastis menjelang Hari Raya Idul Fitri yang menggairahkan khususnya disektor perdagangan. Apabila kondisi menurun akan berdampak menurunnya omset penjualan pakaian jadi, secara otomatis berdampak pada pembayaran jasa konveksi yang mengalami keterlambatan.  

Meski pencapaian target oleh pengusaha konveksi sudah optimal, pada keadaan tertentu misalnya perekonomian masih lesu pengusaha konveksi dibuat kepayang dalam memberikan penggajian kepada buruh jahitnya. Betapa tidak, yang secara tiap bulan ada setor uang dari pengusaha pakaian jadi, maka itu pun tidak bisa masuk ke rekeningnya. Meskipun penyisihan anggaran berbagai pos pendapatan seorang pengusaha konveksi sudah ada dana cadangan untuk penggajian buruh jahit pada kondisi tertentu. Apabila keadaan ini semakin terpuruk, maka langkah yang diambil yaitu adanya pengurangan buruh jahit. Keadaan ini bukan hal yang jarang terjadi oleh pengusaha konveksi. Pada momen tertentu keadaan ini akan berangsur pulih sejalan dengan daya beli masyarakat meningkat dan perekonomian nasional membaik.


Gambaran-gambaran tersebut saya rangkai dari berbagai teman-teman buruh jahit yang bercerita tentang pengalamannya. Ada yang dari buruh jahit sampai berubah tinggkatanya menjadi pengusaha konveksi, dengan proses liku tantangan yang dihadapinya. Bagi pengusaha tantangan tersebut merupakan cambuk sebagai ruang gerak untuk bangkit menatap harapan hari esok memajukan usahanya, semoga kita bisa belajar darinya.

1 comment: