Diantara beberapa teman, baik seumuran
maupun selisih beda usia menikmatinya adalah sebagai anugerah yang patut disyukuri
termasuk dari kebiasaan masa anak-anak, remaja dan bahkan saat sama-sama
menjadi dewasa. Pertemanan tersebut melingkupi dikehidupan desa agraris dan industri yang termasuk mempunyai heterogen latar
belakang, sosial dan ekonomi sebagai unsur pendukungnya.
Di kawasan pesisir Laut Jawa tepatnya di Pekalongan yang
terkenal unsur religi budaya sebagai kebiasaan serta kehidupan perekonomian, industri
rumah tangga, pertanian dan perikanan membuat ragam kebiasaan masyarakat. Lebih
mudahnya, masyarakat pesisir lebih banyak bermatapencaharian sebagai wiraswasta.
Diantara banyak hal yang termasuk pekerjaan yang dilakukan di rumah baik
sebagai dalam bidang perdagangan ada pula berbenetuk jasa. Konveksi sebuah
contoh bentuk bisnis yang bergerak di bidang pengolahan bahan setengah jadi
dalam bentuk kain diubahnya menjadi barang jadi yaitu berupa pakaian.
Berawal dari bekerja sebagai buruh
menjahit rumahan yang sudah diakui masyarakat setempat akan menjadi magnet bagi
yang seseorang dalam mengasah ketrampilannya. Itu pun tingkatannya hanya
sebagai penjahit sedangkan yang membentuk pola pakaian dan memotong kainnya
dilakukan oleh bosnya atau owner
penjahit. Dari situlah sedikit demi sedikit
pengalamaan dapat dilihatnya bentuk rumus pola, pengukuran sekaligus
pemotongan dipelajari bagi yang benar-benar serius akan mengembangkan jenjang
ketrampilan tidak hanya bisa menjahit. Sebuah slogan yang berkembang dimasyarakat bahwa orang yang bisa menjahit
belum tentu bisa memotong kain (membuat pola). Sebaliknya sudah barang tentu
orang yang sudah diakui bisa memotong kain, maka tentu orang tersebut bisa
menjahit. Dari pemahaman tersebut muncul starata dalam bidang konveksi atau
bidang menjahit.
Akan lebih bisa merubah nasib
seseorang apabila sedikit demi sedikit menapaki proses pekerjaan. Tahap
berikutnya membuka ruang gerak sebagai relasi bisnis pakaian jadi. Hubungan
tersebut sangat berpengaruh dalam membuka awal usaha khususnya bagi para
penjahit. Tindakan tersebut masyarakat menyebutnya “nggolek sanggan” . Semacam proses mencari pelanggan tetap yang
mempunyai omset besar akan mudah melanggengkan usaha pengusaha konveksi. Sangat
berdampak sekali dengan kelangsungan usaha, hal ini menyangkut dengan pengadaan
mesin jahit dan seperabot buruh jahit. Tentunya apabila nasib mujur mendapatkan
pelanggan dari penguasa besar pakaian jadi akan berimbas baik dengan melalukan
spekulasi pengembangan usaha konveksi yang lebih besar lagi.
Kepercayaan dari pengusaha pakaian
jadi tidak serta merta diberikan kepada pengusaha konveksi. Dari keberhasilan beberapa
lapis kain dan diberikan target waktu yang ditentukan bisa sesuai dengan
kesepakatan, akan membuahkan kepercayaan berkelanjutan. Sehingga apabila
pengusaha konveksi meminta peningkatan orderan kain akan lebih mudah
dikabulkan. Jika itu demikian, keadaan jumlah peralatan jahit masih tetap, yang
akan terjadi beban kerja buruh semakin tinggi. Maka pengusaha konveksi harus
memutar otak agar bisa menambah beberapa unit mesin sebagai aset tambahan dalam
memenuhi target kerja kepada pengusaha pakaian jadi.
Hubungan yang baik seorang pengusaha
konveksi kepada buruhnya dan rekan pengusaha pakaian jadi tetap dikondisikan
dalam ruang yang sangat kondusif. Meskipun mesin jahit sudah sesuai yang
diharapkan dalam menggarap orderan maka tinggal kinerja buruh yang diperhatikan
diantaranya dengan menciptakan suasana kerja agar buruh jahit betah dan bisa
menghasilkan karya-karya yang optimal. Bayangkan saja semisal buruh jahit
berjumlah 20 orang tiap satu orang mampu menghasilkan 20 potong pakaian jadi
tiap harinya. Rata-rata pengusaha konveksi itu akan menghasilkan pakaian jadi
sebanyak 400 pakaian. Dalam satu hari tersebut 2 orang saja tidak bisa bekerja
maka target tersebut sudah berkurang hanya mencapai 360 pakaian. Belum lagi
apabila tersandung masalah buruh jahit yang mogok kerja dengan berbagai alasan
misalnya butuh uang mendadak sedangkan bosnya (pengusaha konveksi) belum bisa
memberikan uang karena target mingguannya belum terpenuhi. Sedangkan untuk
mencari buruh jahit yang loyal terhadap hasil kerja berupa karya yang sesuai
standar yang diinginkan oleh pengusaha pakaian jadi sangatlah tidak mudah. Maka
keluwesan seorang pengusaha konveksi perlu memudahkan khususnya mengerti
sedikit keadaan buruh jahid khususnya dalam menyokong keadaan perekonomian yang
tiba-tiba ambruk karena sesuatu hal.
Sumber Gambar Ilustrasi : Google oleh Harry Ramdhani Blogspot
Ada beberapa pengusaha konveksi
melakoni usahanya dengan meloyalkan buruh jahit dengan cara memberikan
kemudahan dari persyaratan kredit kendaraan. Cara ini berlaku kepada buruh
jahit yang mempunyai daya etos kerja yang pandangan subyektif seorang pengusaha
konveksi dinilai pantas karena berbagai faktor ketelatenan, pemenuhan target
dan loyaliatas tinggi dalam membantu usaha konveksinya. Merebaknya kredit kendaraan
murah dan mudah oleh finance termuka
memberikan syarat harus memenuhi total penghasilan yang mencukupi terhadap
jenis kendaraan yang dibelinya. Bagi seorang buruh jahit sangat enggan disorot
masyarakat apabila pihak finance mendatangi
rumah yang bersangkutan. Proses tersebut berkaitan dengan prosedural pengajuan
kredit maka survey langsung ke rumah kreditor tetap penting dilakukan. Adanya
stase prosedural tersebut dinilai bisa
menyebabkan dampak beban moral meskipun tidak semua buruh jahit merasakan
demikian. Pada akhirnya sang bos yaitu pengusaha konveksi memberikan kemudahan
kredit kendaraan dengan atas nama pengajuan dirinya. Cara tersebut akan
memudahkan finance dalam meloloskan
pengajuan kredit karena syarat penghasilan tiap bulan dinilai memenuhi
persyararatan yang diberlakukan. Sedangkan tiap kali cicilan bulanan pengusaha
konveksi akan memotong gaji buruh jahit sebagai angsuran kendaraan yang harus
dibayarnya. Dengan demikian maka
loyalitas buruh jahit akan dirasa oleh pengusaha konveksi akan langgeng minimal
para buruhnya tidak akan berpindah ke pengusaha konveksi lain.
Permasalahan pengusaha konveksi tidak
hanya berbatas dengan para buruh jahitnya mengenai hubungan kepada pengusaha
pakaian jadi yang lebih sering mengenai ikhwal pembayaran jasa konveksi. Harapan
dari setiap para pengusaha akan lebih mengutamakan kelancaran dan kelanggengan
usaha, namun keadaan pasar juga sering tidak menentu dengan permintaan
fluktuatif. Terkadang meningkat drastis menjelang Hari Raya Idul Fitri yang
menggairahkan khususnya disektor perdagangan. Apabila kondisi menurun akan
berdampak menurunnya omset penjualan pakaian jadi, secara otomatis berdampak
pada pembayaran jasa konveksi yang mengalami keterlambatan.
Meski pencapaian target oleh pengusaha
konveksi sudah optimal, pada keadaan tertentu misalnya perekonomian masih lesu
pengusaha konveksi dibuat kepayang dalam memberikan penggajian kepada buruh
jahitnya. Betapa tidak, yang secara tiap bulan ada setor uang dari pengusaha
pakaian jadi, maka itu pun tidak bisa masuk ke rekeningnya. Meskipun penyisihan
anggaran berbagai pos pendapatan seorang pengusaha konveksi sudah ada dana
cadangan untuk penggajian buruh jahit pada kondisi tertentu. Apabila keadaan
ini semakin terpuruk, maka langkah yang diambil yaitu adanya pengurangan buruh
jahit. Keadaan ini bukan hal yang jarang terjadi oleh pengusaha konveksi. Pada
momen tertentu keadaan ini akan berangsur pulih sejalan dengan daya beli
masyarakat meningkat dan perekonomian nasional membaik.
Gambaran-gambaran
tersebut saya rangkai dari berbagai teman-teman buruh jahit yang bercerita
tentang pengalamannya. Ada yang dari buruh jahit sampai berubah tinggkatanya menjadi pengusaha
konveksi, dengan proses liku tantangan yang dihadapinya. Bagi pengusaha
tantangan tersebut merupakan cambuk sebagai ruang gerak untuk bangkit menatap
harapan hari esok memajukan usahanya, semoga kita bisa belajar darinya.
Bagus gan isi artikelnya
ReplyDeletekonveksi baju anak muslim gamis seragam murah