Thursday, 26 January 2017

Kita Utuh Dan Telah Bersama

“Suatu saat kalian akan merasakan kehilangan momen kebersamaan seperti ini. Disaat satu per satu melucuti status hidup maka sedikit demi sedikit mereka akan meninggalkan. Kekosongan dari kebersamaan kian sulit ditemukan, bingkai-bingkai kenangan telah berganti stase-stase kehidupan di ruang lingkup yang kompleks yang disebut pernikahan”

“Kalian sama halnya menyebut aku, kamu dan kita semua, sebagai satu keutuhan yang berawal dari sebuah pertemanan”.

“Aku dan kamu sebuah istilah pembenaran disaat kita satu bersama, satu irama, satu juang serta satu keutuhan tali yaitu saudara yang tidak ditemukan oleh selain kita. Aku dan kamu sengaja dipertemukan diruang singkat dalam tiga kedipan mata”.

“Sedang selain kita yaitu mereka dalam waktu sesingkat itu tidak menemukan hal itu seperti kita. Terlepas dari singkatnya waktu itu, aku dan kamu mencoba mengukir kata bukan seperti mereka tanpa ada kata-kata lalu hilang begitu saja dan tentunya hal itu tidak ingin terjadi kepada kita”.

*** 

Satu kedipan mata belum pernah ada rasa keterikatan satu sama lain, berjalan memasuki suasana baru di momen yang sama yaitu masa awal masuk SMA. Ruang lingkup berbagi saling mengenal  hanya sebatas masing-masing nama. Bagiku keberadaan teman yaitu Ardi teman yang mengajariku pertama kali naik motor, keliatan begonya disaat motor kesayangan harus nabrak pagar pohon dan ngrusuk di samping rumah.

Banyak acara yang menyisakan lelah yaitu ekstrakurikuler wajib di hari Jumat rutinitas berkumpul hanya di akhir jam pulang sekolah di rumahnya Ardi. Diantara kita yang bisa satu jalan menuju rumah hanya dia dan Afed alias Sodron terkadang Yayan juga ikut nebeng ,tapi tidak demikian Yayat yang masih akrab dengan Farid alias Gobel yang lebih memilih pulang jalan kaki.

Ada satu teman seperjuangan SMP dari Afed yaitu Widya alias Mas Bos yang menjadi rumpun pertemanan sekelas di SMA seakan reunian kembali seperti sediakala.  Sifat kedermawanannya Widya alias Mas Bos seakan menjadi magnet yang disukai teman-temannya. Alhamdulillah dari situlah pertemanan kita mulai terjalin begitu akrabnya.


Dua kedipan saat beranjak kelas 2 ruang kelas mulai diacak, suasana berbeda dan banyak mengenal teman-teman baru. Pertemanan ku dengan Ardi masih saja bersama karena baik berangkat maupun pulang aku selalu nebeng bareng motornya.  Saat itu Afed punya teman baru yaitu Munawir alias Gembus yang juga sering main ke rumah Ardi sepulang sekolah. Tidak sekedar Munawir alias Gembus karena Afed alias Sodron sangat getol modifikasi motor maka banyak sekali temannya seperti Edi, Burhan yang berada di bengkel Gumawang.

Masa ini merupakan masa keemasan di waktu SMA sudah tidak ada intimidasi dari kakak kelas dan untuk memikirkan ujian nasional masih terlalu panjang. Aktifitas ekstrakulikuler bertambah menjadi ikut-ikutan tren main basket yang menjadi duta-duta pemain basket diantaranya kembar Yayan & Yayat, Farid alias Gobel, adik kelas Teguh alias Tekek masih banyak lainnya. Aku sama Ardi pun ikut-ikutan sebagai penggembira disore waktu menjelang ke sekolahan main basket meski ada Iwung pemain T-Rex 21 menjadi pelatih dadakan. Perhelatan tren basket itu pun sangat singkat sudah tidak begitu nyaman menekuni olah raga tersebut.

Tiga kedipan telah dimulai dahi semakin banyak berkerut, waktu istirahat pertama banyak dihabiskan mengerjakan PR matematika, sedang memasuki istirahat kedua mata pelajaran Bahasa Inggris sudah menanti dengan mencatat kosa kata. Belajar di kelas IPA terasa banyak tuntutan terutama agar bisa lulus dari Ujian Akhir Nasional.

Aku masuk di kelas IPA 3 sedangkan Ardi, Afed alias Sodron, masuk di kelas IPA 2 yang letaknya dipisahkan oleh tembok kesemrawutan kelas IPA 3 tidak separah IPA 2 yang notabene banyak siswa yang rada koplak, aneh dan lurus tergabung dalam heterogenitas sifat di satu kelas. Atas dasar keterikatan teman di kampung hubungan pertemanan lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman IPA 2.

Di kelas IPA 2 kekerabatannya semakin nyata diantara teman-teman baru seperti Dede Cholil alias Cholil, Agustina dan Linda yang masih satu kampung juga sama halnya aku dengan Ardi. Sedangkan Agustina dan Oktaviana alias Nana yang berada di kelas IPA 3 sudah bersahabatan semenjak kelas 1 SMA. Kesimpulannya dimanapun ada Agustina disitupun ada sosok Oktaviana alias Nana yang juga mulai kelas 3 ini semakin akrab bareng kita.

Diantara kesibukan sekolah sudah barang tentu target-target penguasaan menghadapi Ujian Akhir Sekolah semakin dekat. Alhasil berbagai bimbingan ditempuh disore hari sepulang sekolah. Selain Linda yang memilih mengikuti bimbingan Ujian Akhir Nasional di NEUTRON biasanya mengikuti acara les di rumahnya Pak Mugi Guru Fisika ,yang tidak lain ayahnya dari Aditya alias Popo yang satu kelas denganku di IPA 3.

Les di rumahnya Pak Mugi serasa main dirumahnya teman sendiri, diantara teman-teman yang sudah pulang ke  rumahnya masing-masing, aku dan Ardi sering menunggu kumandang adzan magrib tiba. Hanya ngobrol dengan Aditya alias Popo yang sebagai anak kota banyak sekali cerita tentang pengalamannya. Disaat waktu jam makan tiba terkadang aku dan Ardi diikut sertakan jika kebetulan ada mas-mas nasi goreng keliling lewat di rumahnya. Momen yang menyenangkan les pelajaran sampai rumah hingga malam dengan berkendara menggunakan HONDA C70 menambah asoynya perjalanan malam.

Satu yang tertinggal yaitu Iwan alias Iwan Katub seorang teman dari IPA 2 yang super usil sekali baik dengan teman-temanya bahkan dengan gurunya pun berani mengusilinya. Sewaktu disuruh maju mengerjakan soal hitung-hitungan Iwan alias Iwan Katub tidak bisa mengerjakannya, karena merasa dirinya kesal dari tempat duduk paling belakang nomor hape guru tersebut ditelp private number dan tiba-tiba dimatikan. Kejadian tersebut sempat membuat rempong guru dengan mondar-mandir keluar masuk ruang kelas Iwan alias Iwan Katub pun serasa tidak mempunyai dosa tertawa melihat reaksi guru tersebut.

Banyak hal cerita yang sempat mengukir kebersamaan, baik belajar bareng di rumahnya Iwan alias Iwan Katub, jajan camilan lontong tahu di Mbah Ipah Kauman Wiradesa, merayakan jika ada teman yang ulang tahun dan masih banyak kenangan wisata misalnya yang pernah ke Bandung di rumahnya Dede Cholil alias Aziz dan masih banyak kenangan lainnya diantara kita. Dimasa yang belum secanggih sekarang kenangan-kenangan itu tidak bisa diabadikan melalui foto-foto seperti sekarang. Hanya guratan-guratan memori yang hampir digerus oleh kesibukan yang melupakan segalanya dan itu adalah kejadian yang lumrah sebagai proses kehidupan.






No comments:

Post a Comment