Thursday, 12 January 2017

Karyawan “Nyambi” Reportase

Bahasan mengenai pengertian karyawan, yang berasal dari karya sedangkan akhiran (–wan) berarti sebagai pelakunya. Lebih singkatnya mempunyai arti sebagai orang yang menghasilkan karya yang terikat aturan dengan pihak lain yang berupa institusi, instansi, perusahaan dan sebagainya. Begitu pula mengenai status yang memperkerjakan seorang karyawan baik dari pihak asing, join kerja sama, negeri swasta maupun perorangan. Istilah selanjutnya terkadang terjadi sebagai penyempitan makna dari pihak yang memperkerjakan atau yang lebih spesifik untuk membedakan diantara mereka.

Kualifikasi pembeda pada istilah karyawan juga terletak pada jenjang karier yang dipangkunya. Seperti para direktur, pejabat, komisaris atau yang singgah sebagai leader atas kemampuan yang dimilikinya menyilaukan atas sebutan, pada hakekatnya mempunyai posisi yang sama yaitu sebagai karyawan. Bentuk dari karya beliau sebagai acuan cara memanajemen sesuatu yang dipimpinya. Disamping berupa cara-cara teknis, standarisasi, prosedur maka seorang leader dituntut memecahkan masalah serta sebagai motivator kerja sebagai sisi karya yang berbentuk abstrak.

Sebuah petikan nasihat yang dikatakan oleh almarhum Bob Sadino (1933-2015), “Setinggi apapun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai, sekecil apapun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya”. Analogi sebuah jabatan di perusahaan masih saja statusnya sebagai karyawan yang harus patuh terhadap sebuah aturan yang mengikat dan berbatas dalam kurun waktu yang ditentukan pula. Sisi dari keterbatasan itu sebagai akibat tatatan sistem yang berlaku dan harus dipatuhi seorang karyawan baik dari sisi teknis maupun non teknis berupa percontohan publik yang mengedepankan sisi etika dan norma.

Dari judul di atas mengenai kata “Nyambi” yang diambil dari bahasa jawa, apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti sambil atau sembari. Pemilihan kata menggunakan Bahasa Jawa lebih enak dibaca karena bunyi huruf konsonan pertama dari kata sambi mengalami peleburan dan ditambahi awalan “nya-“. Dalam Bahasa Jawa sering melafalkannya “Nyo” dalam rangkaian aksara jawa. Awalan tersebut melebur pada bunyi huruf vokal kemudian diikuti kata dasar sambi dan menjadi “Nyambi”. Meskipun judul tersebut pada awalnya menggunakan Bahasa Indonesia terdapat bahasa lain yaitu Bahasa Jawa dan kemudian ada keluwesaan melafalkannya ada korelasinya dalam memberikan makna tentang hal yang dilumrahkan. Artinya apabila ada hal yang seharusnya sesuai koridor sebagai karyawan yang mempunyai banyak keterbatasan khususnya beretika, sedang keadaan lain ada yang melumrahkan segala sesuatunya atas dasar kemajuan teknologi. Kelumrahan tersebut yang terjadi bukan berarti, dari budaya jawa  hanya saja pengambilan analogi dalam konteks judul yang melibatkan dualisme bahasa berbeda.

Menurut wikipedia reportase adalah laporan secara langsung dari lapangan yang dilakukan jurnalis media elektronik dengan seketika untuk tujuan menginformasikan fakta-fakta agar orang tertarik baik dilengkapi  wawancara maupun tidak. Secara resmi sebagai orang yang melakukan reposrtase adalah mereka yang berprofesi sebagai wartawan atau jurnalis yang juga mempunyai etika yang dijunjung tinggi dalam organisasi profesi sebagai jurnalis.

Media sosial sangat berpengaruh mengubah tatanan kehidupan masyarakat sebagai tempat memberikan informasi. Berbagai macam kejadian dapat dilakukan pemberitaan dalam hitungan detik dapat tersebar  berbagai penjuru nasional bahkan mendunia. Kekuatan akses internet dapat sekali mendorong industri informasi melalui media-media online baik yang legal maupun yang ilegal. Pemanfaatan media sosial juga turut meramaikan gaya berpolitik para wakil rakyat yang ingin meraih simpati masyarakat. Sehingga cara-cara tersebut dapat diikuti oleh setiap orang dalam rangka aktualisasi diri dalam cerminan pekerjaan mereka masing-masing.

Bagi rakyat biasa adanya media sosial sebagai sarana kedua melepaskan berbagai kegiatan melalui unggahan foto ataupun melalui status yang dituliskan setiap saat. Kenyataannya tidak ada pembeda diantara mereka, karena hampir semua kalangan masyarakat dari kalangan rakyat biasa, menengah, kalangan atas, pekerja, karyawan, pegawai, pejabat dan lain sebagainya menikmati fasilitas yang ditawarkan oleh media sosial tersebut.

Tidak luput mengikuti tren kalangan karyawan juga melakukan aksi yang sama disaat mereka bekerja. Meski tidak semua jenis karyawan bisa melakukan aksi aktualisasi diri mengejar eksistensi melalui penunggahan informasi aktifitas bekerja. Beberapa karyawan di perusahaan malah dilarang mengambil foto ataupun memberikan informasi mengenai kegiatan pekerjaan. Hal ini menyangkut data-data rahasia perusaahan yang tidak ingin di blow up oleh ranah dunia luar. Lebih lagi apabila tempat bekerja yang melarang aksi pengambilan gambar di SPBU karena ditakutkan efek cahaya kilat blitz kamera berada pada zona 1 pengisian bahan bakar yang disebut sebagai pemicu percikan api berujung ledakan.

Karyawan yang berkecimpung dalam sistem birokrasi lebih menyukai hal yang bersifat sebagai penunjukan eksistensinya disaat bekerja. Pada dasarnya jenjang antara atasan dan bawahan bisa berpengaruh cara bekerja seseorang, baik berupa prinsip maupun motivasi yang ingin diraihnya.Terlepas semua itu kembali dari niatnya, namun dengan adanya bentuk-bentuk bukti yang sengaja diperlihatkan dapat menjadi simpulan pertama oleh seseorang yang melihat tanpa mengetahui jarak serta resolusi pandang mengenai kebenaran yang terjadi.

Sebutan reportase sudah tidak layak karena bukan bidangnya ataupun tergolong hanya sebatas aksi iseng-iseng “berhadiah like” merepotkan orang lain harus menelaah lebih lanjut, atau harus dipaksa melihat kegiatan pekerjaan orang lain. Sepertinya mungkin lupa bahwasanya batasan karyawan terdapat pada etika merahasiakan sebuah pekerjaan atau memang gaya pekerjaanya harus diperlukan pengakuan dari dunia luar. Semua tergantung pada masing-masing perorangan.

Lalu reportase yang sangat bagus diapresiasi apabila secara resmi dan kontekstual diakui oleh peliput berita yang menayangkan keberhasilan atas pekerjaan tim. Semuanya ada batasan yang melalui tahapan reduksi data dan filtrasi dokumen agar tidak diketahui oleh berbagai pihak. Artinya apabila hasil final yang dikerjakan tiap hari akan menghasilkan buah karya terbaik maka khalayak akan mengapresiasikan bahkan para awak media pun bisa berbondong-bondong mencari informasi yang yang ditayangkan melalui timeline harian surat kabar mereka.


Ternyata pada akhirnya tidak ada perbedaan antara karyawan SPBU dan karyawan birokrasi masing-masing mempunyai tanggung jawab sebagai akibat yang ditimbulkannya melalui cara pandang memaparkan kegiatan pekerjaan melalui media sosial. Pada akhirnya batasan karyawan mengikat satu sama lain karena ada peraturan dibalik ruang geraknya, namun karyawan yang merugi bahwasanya tidak menyadari akan statusnya sebagai karyawan itu sendiri.
Sumber foto : google baris kata

No comments:

Post a Comment