Bahasan mengenai pengertian karyawan,
yang berasal dari karya sedangkan akhiran (–wan)
berarti sebagai pelakunya. Lebih singkatnya mempunyai arti sebagai orang yang
menghasilkan karya yang terikat aturan dengan pihak lain yang berupa institusi,
instansi, perusahaan dan sebagainya. Begitu pula mengenai status yang
memperkerjakan seorang karyawan baik dari pihak asing, join kerja sama, negeri
swasta maupun perorangan. Istilah selanjutnya terkadang terjadi sebagai
penyempitan makna dari pihak yang memperkerjakan atau yang lebih spesifik untuk
membedakan diantara mereka.
Kualifikasi pembeda pada istilah karyawan
juga terletak pada jenjang karier yang dipangkunya. Seperti para direktur,
pejabat, komisaris atau yang singgah sebagai
leader atas kemampuan yang dimilikinya menyilaukan atas sebutan, pada
hakekatnya mempunyai posisi yang sama yaitu sebagai karyawan. Bentuk dari karya
beliau sebagai acuan cara memanajemen sesuatu yang dipimpinya. Disamping berupa
cara-cara teknis, standarisasi, prosedur maka seorang leader dituntut memecahkan masalah serta sebagai motivator kerja sebagai
sisi karya yang berbentuk abstrak.
Sebuah petikan nasihat yang dikatakan
oleh almarhum Bob Sadino (1933-2015), “Setinggi
apapun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai, sekecil apapun usaha
yang Anda punya, Anda adalah bosnya”. Analogi sebuah jabatan di perusahaan
masih saja statusnya sebagai karyawan yang harus patuh terhadap sebuah aturan
yang mengikat dan berbatas dalam kurun waktu yang ditentukan pula. Sisi dari
keterbatasan itu sebagai akibat tatatan sistem yang berlaku dan harus dipatuhi
seorang karyawan baik dari sisi teknis maupun non teknis berupa percontohan
publik yang mengedepankan sisi etika dan norma.
Dari judul di atas mengenai kata “Nyambi” yang diambil dari bahasa jawa,
apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti sambil atau sembari.
Pemilihan kata menggunakan Bahasa Jawa lebih enak dibaca karena bunyi huruf
konsonan pertama dari kata sambi mengalami peleburan dan ditambahi awalan “nya-“. Dalam Bahasa Jawa sering
melafalkannya “Nyo” dalam rangkaian
aksara jawa. Awalan tersebut melebur pada bunyi huruf vokal kemudian diikuti
kata dasar sambi dan menjadi “Nyambi”. Meskipun
judul tersebut pada awalnya menggunakan Bahasa Indonesia terdapat bahasa lain yaitu
Bahasa Jawa dan kemudian ada keluwesaan melafalkannya ada korelasinya dalam memberikan
makna tentang hal yang dilumrahkan. Artinya apabila ada hal yang seharusnya
sesuai koridor sebagai karyawan yang mempunyai banyak keterbatasan khususnya
beretika, sedang keadaan lain ada yang melumrahkan segala sesuatunya atas dasar
kemajuan teknologi. Kelumrahan tersebut yang terjadi bukan berarti, dari budaya
jawa hanya saja pengambilan analogi
dalam konteks judul yang melibatkan dualisme bahasa berbeda.
Menurut wikipedia reportase adalah
laporan secara langsung dari lapangan yang dilakukan jurnalis media elektronik
dengan seketika untuk tujuan menginformasikan fakta-fakta agar orang tertarik
baik dilengkapi wawancara maupun tidak. Secara
resmi sebagai orang yang melakukan reposrtase adalah mereka yang berprofesi
sebagai wartawan atau jurnalis yang juga mempunyai etika yang dijunjung tinggi
dalam organisasi profesi sebagai jurnalis.
Media sosial sangat berpengaruh
mengubah tatanan kehidupan masyarakat sebagai tempat memberikan informasi. Berbagai
macam kejadian dapat dilakukan pemberitaan dalam hitungan detik dapat
tersebar berbagai penjuru nasional
bahkan mendunia. Kekuatan akses internet dapat sekali mendorong industri informasi
melalui media-media online baik yang legal
maupun yang ilegal. Pemanfaatan media sosial juga turut meramaikan gaya
berpolitik para wakil rakyat yang ingin meraih simpati masyarakat. Sehingga
cara-cara tersebut dapat diikuti oleh setiap orang dalam rangka aktualisasi
diri dalam cerminan pekerjaan mereka masing-masing.
Bagi rakyat biasa adanya media sosial
sebagai sarana kedua melepaskan berbagai kegiatan melalui unggahan foto ataupun
melalui status yang dituliskan setiap saat. Kenyataannya tidak ada pembeda
diantara mereka, karena hampir semua kalangan masyarakat dari kalangan rakyat
biasa, menengah, kalangan atas, pekerja, karyawan, pegawai, pejabat dan lain
sebagainya menikmati fasilitas yang ditawarkan oleh media sosial tersebut.
Tidak luput mengikuti tren kalangan
karyawan juga melakukan aksi yang sama disaat mereka bekerja. Meski tidak semua
jenis karyawan bisa melakukan aksi aktualisasi diri mengejar eksistensi melalui
penunggahan informasi aktifitas bekerja. Beberapa karyawan di perusahaan malah
dilarang mengambil foto ataupun memberikan informasi mengenai kegiatan
pekerjaan. Hal ini menyangkut data-data rahasia perusaahan yang tidak ingin di blow up oleh ranah dunia luar. Lebih
lagi apabila tempat bekerja yang melarang aksi pengambilan gambar di SPBU karena
ditakutkan efek cahaya kilat blitz
kamera berada pada zona 1 pengisian bahan bakar yang disebut sebagai pemicu
percikan api berujung ledakan.
Karyawan yang berkecimpung dalam
sistem birokrasi lebih menyukai hal yang bersifat sebagai penunjukan
eksistensinya disaat bekerja. Pada dasarnya jenjang antara atasan dan bawahan
bisa berpengaruh cara bekerja seseorang, baik berupa prinsip maupun motivasi
yang ingin diraihnya.Terlepas semua itu kembali dari niatnya, namun dengan
adanya bentuk-bentuk bukti yang sengaja diperlihatkan dapat menjadi simpulan
pertama oleh seseorang yang melihat tanpa mengetahui jarak serta resolusi
pandang mengenai kebenaran yang terjadi.
Sebutan reportase sudah tidak layak
karena bukan bidangnya ataupun tergolong hanya sebatas aksi iseng-iseng “berhadiah like” merepotkan orang lain
harus menelaah lebih lanjut, atau harus dipaksa melihat kegiatan pekerjaan orang
lain. Sepertinya mungkin lupa bahwasanya batasan karyawan terdapat pada etika merahasiakan
sebuah pekerjaan atau memang gaya pekerjaanya harus diperlukan pengakuan dari
dunia luar. Semua tergantung pada masing-masing perorangan.
Lalu reportase yang sangat bagus
diapresiasi apabila secara resmi dan kontekstual diakui oleh peliput berita
yang menayangkan keberhasilan atas pekerjaan tim. Semuanya ada batasan yang
melalui tahapan reduksi data dan filtrasi dokumen agar tidak diketahui oleh
berbagai pihak. Artinya apabila hasil final yang dikerjakan tiap hari akan
menghasilkan buah karya terbaik maka khalayak akan mengapresiasikan bahkan para
awak media pun bisa berbondong-bondong mencari informasi yang yang ditayangkan
melalui timeline harian surat kabar
mereka.
Ternyata pada akhirnya tidak ada perbedaan
antara karyawan SPBU dan karyawan birokrasi masing-masing mempunyai tanggung jawab
sebagai akibat yang ditimbulkannya melalui cara pandang memaparkan kegiatan
pekerjaan melalui media sosial. Pada akhirnya batasan karyawan mengikat satu
sama lain karena ada peraturan dibalik ruang geraknya, namun karyawan yang
merugi bahwasanya tidak menyadari akan statusnya sebagai karyawan itu sendiri.
Sumber foto : google baris kata
No comments:
Post a Comment