Thursday, 19 January 2017

Berharap Kita Tetanggaan di Akhirat

Terlalu muluk-muluk omonganku ini biarkan mengudara seperti cairan alkohol 70% tumpah di lantai lalu dibiarkan menguap begitu saja. Hidup di dunia dengan kemulukan maka tidak ada salahnya menghadapi dengan kemulukan hakiki yang menghadirkan hidup itu dibuat lebih enjoy bahkan melupakan tethek bengek berkutat urusan dunia yang tiada habisnya. Tampaknya kalimat tersebut belum sampai kepada mereka yang merasakan putus cinta, cinta tak direstui, cinta kalah modal, perceraian dan apapun karena cinta kepada lawan jenis termasuk  mencari pasangan hidup yang sebenarnya.

Bagi orang yang sedang jatuh cinta, perasaan itu nomor pertama diantara omongan orang lain berupa nasihat yang bisa menenangkan terlebih jika terjadi permasalahan. Pikirannya keluar dari batas nilai kesadaran manusia, yang tidak akan kuat merasakan rasa sakit hati tersayat perih. Rasa perih membebani mental merasakan harga diri bagi yang direndahkan atau tidak mampu memberikan segala sesuatu diluar batasan kemampuannya. Seakan tiada jalan keluar untuk bisa menguraikan segala permasalahan. Mengerti dan menyadari bahwa semuanya adalah proses jalan hidup yang jarus dijalani, pun terasa sangatlah sulit. Pada akhirnya pemikiran jalan pintas bagi dirinya akan bisa menjawab semuanya.

Bagi yang sudah mengalami indahnya malam pertama dan bulan madu bersama pasangannya begitu mengesannya selanjutnya terserah Anda. Layaknya iklan sebuah deodorant memang begitu adanya kesan pertama itu begitu menggoda, dari sesuatu yang belum pernah menjadi pernah bahkan keseringan membuat yang luar biasa menjadi biasa. Mereka yang menikah dengan segala problematika ruang kehidupan di samudra waktu pernikahan sampai keduanya berhenti karena kematian yang memisahkan. 

Ternyata tidak begitu sampai mengarungi samudera disaat menit-menit mengenal seorang nahkoda haruslah berujung perceraian. Terlalu banyak dari cerita-cerita dari mereka yang menjalaninya. Tidak usah membahas mengenai penyebabnya, namun diantara manisnya sebuah hubungan dari sekian kenikmatan dunia harus berujung kepada perpisahan. Jawabannya sangat singkat, “Itu sudah menjadi keputusan kita bersama untuk mengakhiri hubungan pernikahan”. Terasa gampang memutuskan sebagaimana meremehkan keputusan Tuhan untuk menyatukan mereka.

Diantara perpisahan dari setiap hubungan baik pra nikah ataupun paska nikah salah satunya ada menorehkan luka yang tidak akan pernah hilang. Luka itu terus bersemayam membekas dalam ruang perasaan hati manusia. Lebih menyakitkan lagi apabila perasaan cinta itu masih ada tak pernah padam meski luka itu kembali teringat diantara melihat kebahagiaan pasangannya dengan orang lain. Maka luangkanlah sejenak bahwa hidup itu tidak lebih dari 200 tahun yang sebentar lagi akan mengubah keadaan manusia yang begitu cepat. 

Sesuatu yang berharga adalah waktu yang diberikan kita disaat harus mengingat kembali ujung dari perjalanan hidup menuju kesejatian. Tuhan akan menghidupkan manusia dan mereka akan memperoleh dari beberapa balasan atas tingkahnya. Biarkan rasa sakit yang diderita berujung sebuah keridhoan Tuhan agar membangun sebuah istana orang yang kita cintai di samping istana kita sebagai tetangga.





No comments:

Post a Comment