Hujan semakin terus mengguyur kota,
tanpa henti Dharma masih memenuhi undangan dari tetangga desa Pak Herman karena
katanya istrinya naik pangkat. Bagi Dharma itu semua tidak penting, justru
memenuhi undangan menuju kebaikan, terasa berat untuk ditinggalkan. Sudah cukup
waktu Dharma berada lokasi syukuran di sebuah warung makan, lalu diantara
gerimis Dharma mengunakan roda dua pulang menuju ke rumah.
Sepanjang jalan melewati aspal basah
karena beberapa jam sebelumnya hujan terus mengguyur. Sampai suatu ruas jalan,
Dharma melewati beberapa jalan rusak dan berlubang. Berbentuk seperti kubangan
berisi air dengan masing-masing kedalaman antara 10 cm - 30 cm. Melalui jalanan
berair coklat pada lubang yang rusak, memilih jalan yang aman dari kubangan
sudah tentu dipilihnya. Dharma sekali menengok belakang ternyata hal itu sangat
lumrah bagi pengguna jalan khususnya roda dua. Sudah tidak bisa dibedakan
melalui jalur 2 arah karena apabila lubang berada di lajur kiri maka dipilihnya
lajur kanan, begitu pula sebaliknya.
Dharma masih merasa asyik-asyik saja
mengendarai roda duanya, melakukan handling
nggloyor kanan maupun kiri dan memastikan agar roda belakang bisa mengikuti
jalur roda depan. Hampir tidak terjadi masalah dengan jalan seperti demikian Dharma
tertantang agar bisa melalui obstacle jalan
berlubang.
Dharma juga masih menikmati pemandangan
berupa kesulitan mobil roda empat memlilih jalan agar terhindar dari lubang. Dalam
benaknya Dharma terlalu berbohong jika harus bilang masih nyaman, karenanya apabila
roda bagian kanan sudah selamat dari lubang, tinggal bagian kiri yang mau tidak
mau harus “nyebur” tenggelam ke dalam kubangan. Pengendara merasa salah tingkah
memilah beberapa lubang jalan yang rusak.
Pada bagian paling ujung Dharma
melihat hal yang dialami bapak tukang becak dia merelakan harus turun, menarik
2 penumpang. Kedua kakinya harus nyemplung demi menyelamatkan dua roda kanan
dan kiri agar tidak terperosok. Cara tersebut sebagai rasaa tanggung jawab
memberikan kenyamanan bagi penumpangnya. Keadaan yang luar biasa atas
pengabdian sebagai tukang becak meski hanya sederhana Dharma merasa tersentuh
hatinya. Sore itu Dharma sama-sama belajar dengan beliau.
Pengguna jalan juga tidak hanya
pengendara bermesin. Mas-mas pedagang bakso keliling, kiranya akan repot karena
rasa khawatir agar kuah yang berada di dalam panci besar tidak kocak. Jalanan
yang sudah tidak rata pun bisa mempengaruhi bawaan pengguna jalan karena
bersifat cair dan sangat mudah digoncangkan. Dharma pada waktu itu juga sangat
jarang menemukan pejalanan kaki melintas, karena memang zamannya pejalan kaki
sudah mulai punah kiranya.
Deskripsi kejadian diatas sebagian
kecil yang dialami pengguna jalan rusak berlubang. Posisi Dharma sebagai
pengendara roda dua masih terasa nyaman. Tidak akan merasa kecewa ataupun
berontak memerangi ketidaknyamanan. Dharma merasakan sensasi melalui jalur mini
offroad di kawasan pinggiran kota.
Perjalanan itu mengingatkan
nasehat-nasehat Jawa yang pernah diketahui oleh Dharma. Adapun nasehat tersebut
berupa anekdot, cangkriman pepatah bahkan petuah-petuah Jawa syarat akan makna.
Termasuk foto yang menggambarkan keadaan jalanan rusak yang penuh dengan
lubang, “Jeglongan Sewu”.
Anggapan orang jawa tentang memudahkan
mengenai kesulitan tentang suatu hal atau membesarkan hati menghadapi kenyataan
telah diajarkan melalui tulisan “Obyek Wisata”. Istilah yang digunakan
diharapkan sesuatu yang bisa menyenangkan salah satunya menganggap bahwa itu
semua harus dialui dengan tantangan seperti mini
offroad.
Dharma kemudian menghela nafas dari
serentetan perjalanan baik disaat akan pergi maupun pulang. Hatinya harus
mencari sesuatu yang bisa menentramkan jiwa yang sedikit agak bergejolak
melihat kesulitan lain. Rasa syukur itu kemudian bertambah lagi karena setelah
melalui jalan berlubang dihadirkan jalan berbentuk cor dengan panjang beberapa
kilometer. Sudah langsung hilang kesulitan
melihat kemudahan-kemudahan lain.
Sampai di rumah Dharma kembali
mengambil sebuah ponsel kemudian bersiul melalui sebuah akun miliknya. Adpun motivasinya
mengucapkan rasa syukur amat mendalam terhadap apa yang dia rasakan sore itu.
Betapa Tuhan telah memberikan berbagai anugerah serta kemudahan, keselamatan
berkendara. Bisa berkendara menikmati keindahan kota, bisa bertemu dengan teman
sejawat anugerah yang sungguh luar biasa.
Tidak berfokus mengenai kesulitan yang
menghadang, namun menikmati segala macam kemudahan lain yang sungguh tak
terhingga terhadap nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan. Kiranya sebuah ayat
peringatan kepada manusia agar senantiasa bersyukur atas nikmat sore ini.
Berbagai pandangan lain sangat tidak bisa mengenakkan karena bisa mengganggu
stabilitas kredibilitas kepemimpinan bupati yang bersangkutan. Salah satu anggota
lembaga swadaya masyarakat mengkritik siulan Dharma bahkan menyebutkan sebagai
provokator. Biarlah betapapun pendapat baginya itu benar biarlah seakan itu
kebenarannya sendiri.
No comments:
Post a Comment