Sunday, 15 January 2017

Siulan Dharma

Hujan semakin terus mengguyur kota, tanpa henti Dharma masih memenuhi undangan dari tetangga desa Pak Herman karena katanya istrinya naik pangkat. Bagi Dharma itu semua tidak penting, justru memenuhi undangan menuju kebaikan, terasa berat untuk ditinggalkan. Sudah cukup waktu Dharma berada lokasi syukuran di sebuah warung makan, lalu diantara gerimis Dharma mengunakan roda dua pulang menuju ke rumah.

Sepanjang jalan melewati aspal basah karena beberapa jam sebelumnya hujan terus mengguyur. Sampai suatu ruas jalan, Dharma melewati beberapa jalan rusak dan berlubang. Berbentuk seperti kubangan berisi air dengan masing-masing kedalaman antara 10 cm - 30 cm. Melalui jalanan berair coklat pada lubang yang rusak, memilih jalan yang aman dari kubangan sudah tentu dipilihnya. Dharma sekali menengok belakang ternyata hal itu sangat lumrah bagi pengguna jalan khususnya roda dua. Sudah tidak bisa dibedakan melalui jalur 2 arah karena apabila lubang berada di lajur kiri maka dipilihnya lajur kanan, begitu pula sebaliknya.

Dharma masih merasa asyik-asyik saja mengendarai roda duanya, melakukan handling nggloyor kanan maupun kiri dan memastikan agar roda belakang bisa mengikuti jalur roda depan. Hampir tidak terjadi masalah dengan jalan seperti demikian Dharma tertantang agar bisa melalui obstacle jalan berlubang.

Dharma juga masih menikmati pemandangan berupa kesulitan mobil roda empat memlilih jalan agar terhindar dari lubang. Dalam benaknya Dharma terlalu berbohong jika harus bilang masih nyaman, karenanya apabila roda bagian kanan sudah selamat dari lubang, tinggal bagian kiri yang mau tidak mau harus “nyebur” tenggelam ke dalam kubangan. Pengendara merasa salah tingkah memilah beberapa lubang jalan yang rusak.

Pada bagian paling ujung Dharma melihat hal yang dialami bapak tukang becak dia merelakan harus turun, menarik 2 penumpang. Kedua kakinya harus nyemplung demi menyelamatkan dua roda kanan dan kiri agar tidak terperosok. Cara tersebut sebagai rasaa tanggung jawab memberikan kenyamanan bagi penumpangnya. Keadaan yang luar biasa atas pengabdian sebagai tukang becak meski hanya sederhana Dharma merasa tersentuh hatinya. Sore itu Dharma sama-sama belajar dengan beliau.

Pengguna jalan juga tidak hanya pengendara bermesin. Mas-mas pedagang bakso keliling, kiranya akan repot karena rasa khawatir agar kuah yang berada di dalam panci besar tidak kocak. Jalanan yang sudah tidak rata pun bisa mempengaruhi bawaan pengguna jalan karena bersifat cair dan sangat mudah digoncangkan. Dharma pada waktu itu juga sangat jarang menemukan pejalanan kaki melintas, karena memang zamannya pejalan kaki sudah mulai punah kiranya.

Deskripsi kejadian diatas sebagian kecil yang dialami pengguna jalan rusak berlubang. Posisi Dharma sebagai pengendara roda dua masih terasa nyaman. Tidak akan merasa kecewa ataupun berontak memerangi ketidaknyamanan. Dharma merasakan sensasi melalui jalur mini offroad di kawasan pinggiran kota.

Perjalanan itu mengingatkan nasehat-nasehat Jawa yang pernah diketahui oleh Dharma. Adapun nasehat tersebut berupa anekdot, cangkriman pepatah bahkan petuah-petuah Jawa syarat akan makna. Termasuk foto yang menggambarkan keadaan jalanan rusak yang penuh dengan lubang, “Jeglongan Sewu”.

Anggapan orang jawa tentang memudahkan mengenai kesulitan tentang suatu hal atau membesarkan hati menghadapi kenyataan telah diajarkan melalui tulisan “Obyek Wisata”. Istilah yang digunakan diharapkan sesuatu yang bisa menyenangkan salah satunya menganggap bahwa itu semua harus dialui dengan tantangan seperti mini offroad.

Dharma kemudian menghela nafas dari serentetan perjalanan baik disaat akan pergi maupun pulang. Hatinya harus mencari sesuatu yang bisa menentramkan jiwa yang sedikit agak bergejolak melihat kesulitan lain. Rasa syukur itu kemudian bertambah lagi karena setelah melalui jalan berlubang dihadirkan jalan berbentuk cor dengan panjang beberapa kilometer. Sudah langsung hilang kesulitan  melihat kemudahan-kemudahan lain.

Sampai di rumah Dharma kembali mengambil sebuah ponsel kemudian bersiul melalui sebuah akun miliknya. Adpun motivasinya mengucapkan rasa syukur amat mendalam terhadap apa yang dia rasakan sore itu. Betapa Tuhan telah memberikan berbagai anugerah serta kemudahan, keselamatan berkendara. Bisa berkendara menikmati keindahan kota, bisa bertemu dengan teman sejawat anugerah yang sungguh luar biasa.

Tidak berfokus mengenai kesulitan yang menghadang, namun menikmati segala macam kemudahan lain yang sungguh tak terhingga terhadap nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan. Kiranya sebuah ayat peringatan kepada manusia agar senantiasa bersyukur atas nikmat sore ini. Berbagai pandangan lain sangat tidak bisa mengenakkan karena bisa mengganggu stabilitas kredibilitas kepemimpinan bupati yang bersangkutan. Salah satu anggota lembaga swadaya masyarakat mengkritik siulan Dharma bahkan menyebutkan sebagai provokator. Biarlah betapapun pendapat baginya itu benar biarlah seakan itu kebenarannya sendiri.



No comments:

Post a Comment