Putih dibalik hamparan birunya langit mempesona
Menapaki alam sebelum ufuk matahari
Melalang buana menelusuri bukit
Terasa capeknya kemudian istirahat di atas ranting
Lehernya menoleh ke kanan
Melihat semut berbondong-bondong bergerilya
Tak lama lagi kemudian merpati pun pergi
Mencari pohon yang memungkinkan ranting
Bisa dibawa pulang membuat sangkarnya sendiri
Terus berlanjut melingkari detik waktu demi waktu
Bayang-bayang saat bahagia itu pernah ada
Membumikan dalam kalbu rasa saling memiliki
Meskipun terbang hanya sebatas kewajiban
Sebagai pencari ranting tanpa memperdulikan
Untuk siapa saja ranting dicari
Hidupnya penuh pertanyaan
Kepada siapa, kepada siapa, kepada siapa
Harus singgah besemayam ke dalam hati
Yang seperti rasa paling menentramkan jiwa
Mengerti kala masa sulit mencari ranting
Atau kaki yang pernah pincang
Setelah itu masih setia memapahnya berjalan
Menemani menemukan pohon pohon rindang
Kemudian saat itu berteduh bersama
Mengukir harapan masa depan
Kuasa manusia akan memuncak
Saat batasan-batasan ruang batinnya
Terbendung tak terhelakkan termasuk rasa rindu
Seperti bisa ular yang mematikan
Merpati itu berhenti sejenak kemudian berteriak
Bukit yang telah lama tidur
Diwaktu bersamaan lalu bangun
Mengerti keadaan gerah perasaan merpati kala itu
Kedua sayapnya dikepakkan
berbalik arah
Terbang dengan kedua matanya ditutup
Tanpa melihat merpati lain yang lebih istimewa
Sampai disuatu pohon yang gersang
Melihat mutiara yang menangis tersedu-sedu
Atas harapan menuai keinginan hidup bersama
Rindu pun menjelma bayang-bayang semu
Pada hari itu terjawab sudah
Rasa kembali memiliki atas dasar cinta diantara mereka
Meskipun tahu suatu saat pohon gersang itu akan runtuh
Memisahkan keduanya diantara puing-puing cerita
No comments:
Post a Comment