Masih seputar tentang Pekalongan, di
awal bulan November 2016 setidaknya terdapat dua kejadian kecelakaan begitu
memilukan. Secara berurutan dalam dua hari kecelakaan tersebut sama-sama
menelan korban dengan TKP yang berbeda. Meskipun ada unsur kesalahan dari
pengguna jalan dengan menerobos palang kereta disaat kereta api akan lewat dan
ada pula yang memang karena kurangnya kesadaran
beretika lalu lintas, dua kejadian tersebut patut kita renungi bersama.
foto: google
Terasa sangat begitu bahayanya keadaan
jalur jalan raya khususnya jalur pantura. Pengguna jalan dengan berbagai bentuk
kendaraan hampir melewati jalur ini dalam hitungan detik silih berganti. Ritme
antrian kendaraan besar selalu beriringan membawa berbagai muatan. Sementara
kendaraan lain yang sudah tidak menahan rasa menunggu berusaha menyalip dan
disusul kendaraan dibelakangnya dengan kepentingan yang sama. Tidak kalah merasa
pentingnya pengguna kendaraan roda dua turut berusaha menyalip kendaraan di
depannya.
Kendati slogan Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas dan Budayakan Keselamatan
Menjadi Kebutuhan , telah digalakkan, substansinya adalah semua pengguna
jalan menjadi subyek pelopornya. Seakan menjadi hal biasa dengan keadaan motor
yang beredar selain bisa membantu mobilitas masyarakat, juga bisa menambah angka pengguna
di jalan raya. Masalah yang terjadi tidak sebatas bisa atau tidaknya membeli
motor melainkan kepatutan teknis serta etika berkendara menjadi pekerjaan rumah
yang tidak pernah henti-hentinya. Seakan pengetahuan dan kesadaran berkendara semakin dikesampingkan.
Maka ibarat sebuah cara agar
senantiasa kembali kepada kata Eling lan
Waspodo yang secara sederhana bermakna selalu ingat dan waspada. Eling yang berasal dari bahasa Jawa yang
menasehati kepada manusia agar selalu ingat kelemahan manusia dihadapan Allah
SWT. Terasa tidak ada kekuatan dari manusia bahkan disaat mulai keluar dari
rumah, tidak ada jaminan keamanan kecuali datang dari-Nya. Lalu kelemahan
tersebut menjadi dasar penyandaran diri manusia sepenuhnya dalam keadaan duduk,
berdiri, berjalan dan berbaring sekalipun.
Waspodo
lebih
dimaknai sebagai sifat kewaspadaan atas manusia atas anugerah akal serta indera
sebagai modal manusia hidup mewujudkan amal (pekerjaan) kebaikan. Bekal terindah
yang telah diberikan mempunyai kedaulatan penuh atas tanggng jawab sesuai
fungsinya. Waspada berkendara lebih menekankan kesadaran usaha melindungi diri atas
dasar pemikiran manusia dengan tujuan menjaga anugerah Allah SWT agar sesuai
dengan fungsinya. Sifat sederhana
filosofi Jawa dengan penyandaran penuh dan berusaha tetap waspada dengan apapun
yang terjadi di sekitar kita.
Tumraping Laku lan Pikir Eling lan Waspodo sangat cocok menyambut awal bulan November dengan
berbagai gejolak atmosfer politik yang akan terjadi dan kebaikan serta
perlindungan dari Allah SWT selalu menjadi harapan bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment