Di pagi yang dingin masih enggan
beranjak dari tempat tidur, hembusan udara pegunungan mulai masuk melalui dua
daun pintu yang sudah terbuka lebar dari lantai 2 Villa Sampurna. Kala itu waktu sudah menunjukkan
pukul 05.00 segenap ibadah harus segera
dimulai sebagai rasa syukur yang begitu mendalam atas kenikmatan hidup
dari-Nya. Segala persiapan launching jersey baru, persembahan dari pihak yang
selalu mendukung acara gowes yaitu Klinik Auraderma Pekalongan, Laboratorium dan
Radiologi Gajah Mada Pekalongan, Toko Manunggal Pekalongan dan BDS Semarang, mulai
dipersiapkan sebagaimana yang direncankan.
Membasuh diri dalam air hangat, di
kaki Gunung Selamet langkah awal menikmati kesegaran wisata kemudian
merenungkan betapa kerdilnya manusia dalam segala kepongahan tingkah yang
melebihi kewajaran. Terasa guyuran deras dua air yang berbeda suhu dalam satu
tempat seakan berbicara bahwa Dia adalah Maha Penguasa Alam dan seisinya. Merugilah
menjadi manusia yang selalu egois mementingkan keuntungan menimbang kerugian
bahkan tak ingin merugi dalam setiap keadaan. Berbangga beriang-riang pula
selagi dapat dirasakan namun lebih baik menjadi manusia melingkupi kejernihan
hati dengan rasa syukur seutuhnya.
Waktu sekitar satu jam berendam
diantara guyuran sumber air hangat teman-teman menikmati keceriaan dengan
pengunjung lain. Sementara itu Saya memilih berada diatas lokasi pemandian
sebagai pengabadian gambar dari pose-pose kelucuan mereka. Sangat menyenangkan
bisa melihat mereka bisa berbahagia, gelora kebersamaan tercurah seperti
turunnya air menyegarkan segala hal dibawahnya.
Oleh-oleh meskipun sangat sepele
sangat kurang mantap jika tidak ditunaikan sebagai buah tangan bagi orang-orang
terdekat yang sudah menunggu di rumah. Dikawasan oleh-oleh banyak penjaja
pakaian khususnya kaos oblong deng slogan kata GUCI bertebaran di kios menuju
pintu keluar pemandian. Adapun komoditas pertanian seperti sayur juga tersedia
di pinggir jalan dengan harga relatif sangat murah. Sangat masuk akal betapa
dekatnya dengan sumber produsen langsung terasa sangat segar dari hasil petik
persawahan menuju tempat wisata dan sekaligus sebagai tempat pemasaran, ini
menjadi penyebab harga tersebut dipatok menjadi komoditi murah daripada lainnya.
Sesi selanjutnya sarapan sebagai bekal
tenaga persiapan gowes pulang menuju Pekalongan. Musyawarah dan briefing singkat kita lakukan agar
mengetahui tujuan dari perjalanan yang akan direncanakan. Seluruh peserta gowes
ada 9 rider yang akan menempuh perjalanan. Ada usulan dari Om Arifudin untuk
mampir ke teman kerjanya Om Heru yang juga teman kita kebetulan klub gowes ini
satu lingkungan kerja yang sama. Berada di Kecamatan Moga sekitar 20 km berada
di bawah dari tempat wisata GUCI tentunya menjadi agenda yang sangat menarik
dalam perjalanan. Musyawarah berakhir pada jam 09.30 WIB dilanjutkan persiapan
sepeda turun ke jalan.
Cuaca cukup mendung namun pancaran
sinar matahari menembus bagian tertentu yang bisa dikatakan suasana cerah tidak
begitu merata. Pengunjung kawasan wisata
semakin berdatangan rentetan kendaraan mulai meringsek masuk menuju gerbang
utama wisata. Bus-bus pariwisata keluar dan masuk silih bergantian, bunyi
klakson khas telolet terus berdendang
melewati telinga kita. Bismillah kita mulai gowes meninggalkan tempat wisata
dengan jalur turun semakin banyak. Lebih berhati-hati banyak kendaraan yang
akan masuk berlawanan arah setidaknya kampas rem sepeda terus bekerja agar
memasuki titik aman perjalanan. Menelusuri kawasan pertanian sayur terasa sejuk
menghinggapi udara yang masuk kedalam dua ruang paru-paru dan dihembuskan
kembali melalui dua lubang hidung. Betapa nikmat udara segar pagi ini tanpa
polusi kendaraan, kemacetan beruntun dan kesibukan manusia tanpa lelahnya.
Perjalanan terus menurun hingga dipersimpangan arah Slawi dan Moga, dilanjutkan
sedikit pedaling landai kurang lebih 5 km menuju ke rumah Om Heru.
Ternyata sudah dipersiapkan dengan
sedemikian rupa olahan masakan tentunya menjadi pengganti tenaga bagi kita dengan jamuan istimewa. Dalam
pikiran teman-teman masih bertanya kembali seakan tak percaya berarti selama
ini Om Heru mondar-mandir Moga – Pekalongan, sungguh luar biasa jauhnya.
Pelajaran yang dapat dipetik bahwa kebersamaan keluarga lebih penting dari
jarak yang bisa ditempuh meskipun rasa lelah kan tetap ada. Namun semuanya itu
akan tergantikan dengan kebahagiaan memeluk segenap anggota keluarga dan
bercengkrama dengan anak-anaknya. Suasana tersebut memang sudah dapat kita
rasakan dihari libur ini anak yang paling bungsu begitu dekatnya dengan beliau.
Semoga kedamaian keluarga terus memupuk menjadi keluarga sakinah ma waddah wa
rahmah bagi Om Heru.
Suasana berubah menjadi gerimis
tatkala usai pamit dari rumah Om Heru menuju ke arah Pemalang. Percika gerimis
semakin deras menjadi butiran-butiran air hujan terus membasahi perjalanan. Jas
hujan sebagai alat pelindung agar air hujan tidak langsung mengenai jersey sehingga
basah kuyup pun tidak terjadi. Jalan menurun yang berlawanan angin membawa air
hujan terus mengguyur selama perjalanan menuju Kecamatan Randudongkal.
Istirahat sejenak menunaikan sholat ashar tak terasa hujan mulai reda paling tidak jas hujan bisa di rapikan dan
gowes pun dimulai kembali menuju ke arah Pemalang.
Sekitar pukul 17.00 rombongan sudah
sampai di depan Polsek Taman, pertanda sudah memasuki arah pantura. Koordinasi
masih terus dilaksanakan dengan rider dibelakang, sementara itu teman-teman
masih istirahat menikmati tegukan air mineral. Perjalanan sampai ke Pekalongan
menjelang isya yang dilanjutkan dengan makan malam bersama. Meski lelah
melanda, badan terasa ringan karena berolah-raga, gelora kebersamaan menyatukan
tujuan menikmati keagungan Allah SWT. Semoga kebersamaan ini kelak menjadi
sebab bertemunya kita dalam kebaikan, Amin.
Pekalongan, 11 November 2016
No comments:
Post a Comment