Friday, 18 November 2016

Politikus Facebook Mendekati Masa Kampanye

Jejaring media sosial seperti facebook hampir dimiliki oleh setiap masyarakat di era digitalisasi komunikasi. Menurut data HarianTI.com pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut 95% nya digunakan untuk mengakses jejaring sosial. Beragam fitur mengenai fasilitas dari facebook data postingan berupa pemikiran, foto, video hingga tautan dengan sumber berita dimanfaatkan sebagai ajakan positif ataupun bisa berpotensi menggiring khalayak menilai sebuah peristiwa yang masih hangat terjadi. Kolom komentar sebagai cara untuk memancing tanggapan atas berita atau informasi sehingga setiap pemilik akun mempunyai pandangan subyektifitas masing-masing. Sangatlah mungkin, mereka menanggapinya menurut kacamata yang mereka pakai dan kebenarannya masih patut dipertanyakan.



Memasuki percaturan politik di Indonesia tak ubahnya memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye. Masih ingat peristiwa mendekati Pilpres tahun kemarin banyak sekali informasi saling sahut menyahut berlomba memperoleh penilaian dari masyarakat. Tujuan utamanya meraih simpati dari masyarakat agar nantinya bisa menjadi pasangan terpilih. Tim sukses memegang peranan penting selain memberikan strategi turun langsung di lapangan melainkan juga membuat program kampanye melalu media sosial. Facebook salah satunya fanspage didalam jejaring sosial yang wajib dimiliki, alasan yang mungkin karena sebagian orang telah mempunyai akun yang terus diaksesnya. Wadah tersebut selalu diisi perkembangan kegiatan kandidatnya yang diusungnya kemudian berlomba-lomba menghimpun dukungan masyarakat sebanyak-banyaknya.

Setiap postingan yang diunggah mendapat apresiasi dari masyarakat yang sudah menjadi anggota fanspage. Tanggapan berupa rasa suka terus membanjiri postingan  dengan semakin bertambahnya jumlah “like” di pojok kiri postingan.  Selain itu pada kolom komentar dapat dijadikan sebagai ruang untuk beropini dengan kegiatan tersebut. Terasa masih dini dengan pencapaian tanggapan dari anggota fanspage , pada pojok kanan postingan terdapat fasilitas untuk membagikan kepada khalayak lain yang masih belum bergabung.

Tidak menjadi masalah facebook dijadikan sarana berkampanye asal mempunyai prinsip bukan saling menjatuhkan, setidaknya mereka mempunyai program-program tersendiri yang diunggulkan. Setiap detik tanggapan bergulir pembagian informasi dalam hitungan detik dibagi oleh ratusan orang. Dari tiap orang tersebut mempunyai 1000 pertemanan, apabila 50 % jumlah orang yang membaca berita tersebut maka semakin banyak pula yang meyakini keakuratan berita, meskipun masih ada yang ragu meyakininya.

Kompetisi saling mengunggulkan diantara kandidat menyebabkan rasa fanatik yang berlebihan. Anggoota fanspage terus beradu argumen meyakinkan kebenaran yang terjadi kepada masyarakat lainnya.  Hal ini terkadang sangat berbeda dengan kandidat oposisi dengan memberikan kampanye hitam melalui steatment yang memunculkan kontroversi bahkan bisa menjadi bumerang bagi kelangsungan karier partai pengusungnya. Para anggota fanspage yang mendukung dan secara sengaja terus menerus membagikan kegiatan kandidatnya,  Saya memberi julukan nama sebagai Politikus Facebook. Secara garis besar dia tidak mempunyai latar belakang ilmu yang mumpuni sebagai aktor intelektual politik. Sumber data yang dia bagi kepada khalayak hanya mengekor dari pertemanan lainnya yang kebetulan mempunyai pendapat yang sama. Keadaan tersebut tidak mengajarkan masyarakat berfikir jernih dalam menerima informasi. Bisa dikatakan demokrasi di Indonesia sudah begitu bebasnya berbicara, menghasud, berprasangka mengandung unsur fitnah yang luar biasa dampaknya.

Semoga kelak para Politikus Facebook ini terus berkurang jumlahnya, minimal dari diri kita terus bertindak sebagai aktor independen dalam menyikapi informasi yang beredar.

No comments:

Post a Comment