Monday, 21 November 2016

Pe-Nulis Pesan Politik

Era digitalisasi informasi sekarang yang Saya ketahui ada 2 penulis kontemporer dari masing-masing kubu politik turut menghiasi pembenaran opini-opini masyarakat.

Posisi rating "bagikan" di time line mereka kemungkinan bisa mengalahkan dari postingan motivator nasional yang tiap harinya mempunyai followers yang cukup banyak.

Masyarakat pun masih mudah tersuasana keadaan dengan turut memberikan opini dasar mereka. Maka penulis kontemporer ini mulai bekerja dengan cukup lihai dalam mengkondisikan asumsi publik bahkan bisa memutar balikkan fakta yang terjadi.

Secara beban mendekati pilpres ataupun pilkada tugasnya mereka lebih banyak menuangkan bahasan politiknya. Melalui penggiringan karya tulisan di berbagai media elekronik yang mudah diakses serta dibagikan semua pihak.

Mereka tidak tanggung-tanggung mempunyai data-data penelitian yang secara kevaliditasanya masyarakat begitu cepat mempercayainya.

Ya...penelitian kita masih tergantung dengan siapa yang memesan dan masih mengandalkan hasil material yang bisa menguntungkan pihak peneliti.

Merujuk dari penelitian tersebut bagi masyarakat awam sangat begitu mempercayainya.

Maklumlah, pendidikan kita masih tergantung teoritikal. Meneliti tentang hubungan makan dan keringat sangat susah dilakukan oleh setara SMA. Apalagi mengenai korelasi politik dengan isu SARA yang akan diangkat oleh strata 1 sarjana mungkin 2 semester masih masuk proposal. Sedangkan esensi istilah SARA pun mereka belum tahu sebenarnya.

Maka apapun yang dibicarakan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan beragumen dasar maka sudah pasti diakui keabsahannya. Meskipun kemurnian kevaliditasannya masih dipertanyakan siapa pemesannya?


Yaa..memang era sekarang semua harus banyak belajar yang lebih giat. Paling urgent belajar untuk mengkondisikan kedamaian minimal di ruang lingkup halaman akun media sosial kita.

Semoga!

No comments:

Post a Comment