Era digitalisasi informasi
sekarang yang Saya ketahui ada 2 penulis kontemporer dari masing-masing kubu
politik turut menghiasi pembenaran opini-opini masyarakat.
Posisi rating "bagikan"
di time line mereka kemungkinan bisa mengalahkan dari postingan motivator
nasional yang tiap harinya mempunyai followers yang cukup banyak.
Masyarakat pun masih mudah
tersuasana keadaan dengan turut memberikan opini dasar mereka. Maka penulis
kontemporer ini mulai bekerja dengan cukup lihai dalam mengkondisikan asumsi
publik bahkan bisa memutar balikkan fakta yang terjadi.
Secara beban mendekati pilpres
ataupun pilkada tugasnya mereka lebih banyak menuangkan bahasan politiknya.
Melalui penggiringan karya tulisan di berbagai media elekronik yang mudah
diakses serta dibagikan semua pihak.
Mereka tidak tanggung-tanggung
mempunyai data-data penelitian yang secara kevaliditasanya masyarakat begitu
cepat mempercayainya.
Ya...penelitian kita masih
tergantung dengan siapa yang memesan dan masih mengandalkan hasil material yang
bisa menguntungkan pihak peneliti.
Merujuk dari penelitian tersebut
bagi masyarakat awam sangat begitu mempercayainya.
Maklumlah, pendidikan kita masih
tergantung teoritikal. Meneliti tentang hubungan makan dan keringat sangat
susah dilakukan oleh setara SMA. Apalagi mengenai korelasi politik dengan isu
SARA yang akan diangkat oleh strata 1 sarjana mungkin 2 semester masih masuk
proposal. Sedangkan esensi istilah SARA pun mereka belum tahu sebenarnya.
Maka apapun yang dibicarakan oleh
seseorang yang mempunyai kemampuan beragumen dasar maka sudah pasti diakui
keabsahannya. Meskipun kemurnian kevaliditasannya masih dipertanyakan siapa
pemesannya?
Yaa..memang era sekarang semua
harus banyak belajar yang lebih giat. Paling urgent belajar untuk
mengkondisikan kedamaian minimal di ruang lingkup halaman akun media sosial
kita.
Semoga!
No comments:
Post a Comment