Kata
tersebut pertama kali Saya lihat disebuah gambar meme (baca; mim) yang beredar
di facebook. Disana terdapat dua orang yang sedang memancing ikan yang berbalikan
arah, satu menghadap sungai dan satunya lagi menghadap ke sawah. Meskipun
mempunyai tujuan sama yaitu memancing namun mempunyai prinsip cara yang berbeda. Secara
visual memang gambar ini bisa membuat ketawa bagi siapa saja yang melihatnya. Hal lain masih
bertemakan tentang gambar orang mancing yaitu berada di kubangan jalan aspal rusak
terasa nonsens atau tingkah yang
dianggap konyol bagi sebagian orang.
foto :google
Kreatifitas mereka (para pembuat) meme tergolong sangat aplikatif terhadap hubungan dengan isi slogan yang menggunakan bahasa jawa. Kata “sing” berarti "yang" dalam bahasa Indonesia menjadi cikal bakal slogan tersebut laris manis digunakan. Budaya Jawa yang bersifat terbuka bisa menerima sesuatu hal yang baru termasuk orang-orang jawa pada umumnya. Bahkan mereka lebih bisa mantap yakin terhadap kehidupan yang belum nyata kan hadir di depan mata. Dengan bekal kata “Bismillah sing penting yakin”, seluruh sel tubuh seakan bangkit mengalirkan energi positif ke dalam pikiran masyarakat jawa.
Tidak
seampuh keyakinan bangsa lain yang segala teori yang belum tampak kemudian
menyikapinya dengan perhitungan meski dalam hal yang sangat sepele. Berbeda
dengan keyakinan masyarakat Jawa penuh semangat hidup yang penting jalani serta
hadapi segala sesuatunya. Kemampuan tersebut mempunyai nilai lebih dalam bentuk
rasa pasrah dari seorang hamba kepada sang Khaliq atas dasar pengakuan
kelemahan diri manusia tanpa daya serta upayanya. Sangat menarik jika gambar
tersebut memang sengaja dibuat atas ketidakmungkinan terjadi jika tangan
manusia yang bekerja. Sedangkan pesan dari slogan “Sing Penting Yakin” merupakan salah satu dari bentuk rasa iman
manusia dalam konteks kepasrahan diri sepenuhnya atas keinginan manusia.
Puncak
dari kemauan manusia adalah kepasrahan tertinggi kepada Tuhannya. Betapa tidak,
dari berbagai keinginan tiap manusia mereka disibukkan dengan berbagai usaha untuk membayarnya. Semenjak itu memang Tuhan terkadang bercanda dengan
kegagalan atas usahanya manusia. Sebenarnya Tuhan masih mengajak manusia
berdiskusi atas keabsahan substansi pengakuan imannya. Lalu setiap usaha Tuhan
akan mencatat namun manusia menganggapnya hanya sebuah kealpaan nilai yang tak
ada artinya.
No comments:
Post a Comment