Saturday 14 September 2019

Tanpa Bawahan


Namanya Lek Karyo ada-ada saja akalnya. Memang karakternya uniknya dia engga banyak omong. Tingkahnya bagi orang yang melihatnya bikin aneh. Namun dibalik semua itu dia ingin sekali menyampaikan pelajaran.
Suatu ketika saat diundang di pesta pernikahan anaknya Pak Camat, tingkah Lek Karyo kembali menuai galak tawa hadirin yang datang. 

Saat semuanya datang dengan berbagai kostum resmi. Lek Karyo hanya menggunakan jas berwarna hitam dan celana kolornya ada cap tepung gandum segita biru. Tak ada yang tak tertawa melirik pakaian Lek Karyo. Ada yang malu-malu menahan senyum, tapi akhirnya terlepas juga tawanya terbahak-bahak.
Pihak EO acara tersebut melarangnya. Namun, karena pihak Pak Camat mengerti kebiasaan Lek Karyo beliau mengizinkannya masuk. EO pun menyerah, akhirnya Lek Karyo masuk ke dalam gedung tanpa pengawalan dari siapapun.

Sontak, disesi acara salaman seluruh tamu yang datang matanya tertuju ke hadapannya. Tanpa basa-basi Lek Karyo berjalan naik pelaminan, menyalami kedua mempelai pengantin tak lain adalah anak dari Pak Camat.
Respon Pak Camat sendiri tidaklah canggung, wong dia sudah kenal sekali dengan Lek Karyo. Tapi malah tiba-tiba Pak Camat menyetop pihak MC agar memberikan mikrofon kepada Lek Karyo memberikan ucapan selamat kepada mempelainya.
Setelah mikrofon diserahkan kemudian dari pojok kanan pelaminan Lek Karyo berkata,
"Selamat siang tamu undangan...."
Seluruh tamu menjawab sapaan dengan tertawa lepas
"Sungguh, tak ada kebahagian yang luar biasa yang Anda rasakan setelah melihat saya. Saya pun bergembira melihat Anda bisa tertawa lepas"

"Betul sekali, bahwa sengaja siang ini saya tidak memakai bawahan celana panjang. Agar Anda ini selalu tersadar bahwa menjadi bawahan itu bukan hal yang hina. Bahkan menjadi penyelamat dari potensi kehinaan itu sendiri".
Seketika itu suara tamu resepsi hening tak ada lagi tertawa sedikitpun dari hadirin yang datang.
"Saya kira pastinya Anda ini pernah membicarakan Pak Camat di belakangnya. Tanpa sepengetahuan Pak Camat Anda ini sering "ngglendengi" beliau. Anda sering su'udhon terhadap beliau. Bahkan ketika mendapatkan tugas dari Pak Camat, seringnya mengeluh, merasa hina menjadi bawahan".
Respon tamu bermacam-macam beberapa tamu yang tertunduk merasa bersalah.

"Sekarang Anda semua harus mengerti bahwa posisi Anda sebagai bawahan tidak sedangkal yang Anda pikirkan. Posisi Anda sangat vital dalam mencapai kesempurnaan kehormatan. Buang sifat rendah diri. Biasakan berkompromi dengan atasan dalam kadar kebaikan"
Suasana haru biru mendengar Lek Karyo terus memberikan nilai-nilai budi pekerti kepada staf bawahannya Pak Camat. Setelah mencapai puncak nasihat. Maka Lek Karyo bertanggung jawab mengembalikan momen nuansa acara kebahagiaan seperti semula. Di akhir pidatonya Lek Karyo kemudian berujar.

"Namun, semua ini sebenarnya bukan hal unsur kesengajaan. Kalau boleh saya bercerita bahwa tadi pas perjalan menuju gedung ini. Celana saya kecantol kawat keranjang bakul sayur. Akhirnya saya terpental, hingga celana saya robek hampir terbuka semuanya. Biar engga telat buru-buru saya lepas dan hanya celana pendek ini yang tersisa"
Suasana pesta kembali riuh. Semua hadirin bersorak tepuk tangan. Ada pula yang melempar botol air mineral ke kepala Lek Karyo.
"Dasar Lek Karyo, edan", ucap teman satu letingnya pas SMA.

No comments:

Post a Comment