Saturday 21 September 2019

Grup WA


Dunia nyata dan dunia maya erat kaitannya seperti permukaan sendok yang berada di atas dan di bawah. Lebih kongkritnya ruang di dunia maya berada di permukaan bawah sendok. Seseorang bisa berbicara tanpa raut muka, intonasi serta gestur yang dapat diketahui oleh lawan bicara. Sedang ketika seseorang berinteraksi langsung menggambarkan pertemuan realnya manusia saling bertatap, serta mengerti kapasitasnya.

Ada salah satu penggunaan aplikasi interaksi media sosial percakapan. Setelah penggunaan BlackBerry Massanger (BBM) surut, aplikasi tersebut telah digantikan dengan aplikasi WhatsApp Massanger (Pesan WA). Meski hal tersebut terdapat kekurangan yaitu tidak tersedianya notifikasi persetujuan dari pengguna untuk masuk ke dalam ruang grup diskusi. Jadi ketika ada orang lain mengundang nomor kita, bisa secara langsung masuk ke dalam grup tanpa adanya persetujuan diterima,dibiarkan atau ditolak.

Sepertinya hal tersebut sedikit menjadi penyebab "ewuh pakewuh" untuk tetap berada ataupun harus melipir keluar ketika nomor kita sudah masuk dalam arena diskusi. Ada yang memang mempunyai rasa antusias terhadap dibentuknya grup tersebut. Juga sebenarnya ada yang merasa keberatan dengan alasan berbagai hal. Dari mulai hape sudah terlalu sering menahan "nge-hang" karena kapasitas memori rendah sampai ketakutan sering salah kirim gambar berbau pornografi.

Semuanya ada pilihannya, tergantung dari pihak penggunanya. Ada yang lebih tegas ketika sudah dimasukan dalam grup langsung keluar tanpa ada pemberitahuan alasan sebelumnya. Tipikal seseorang yang selektif seringnya memilah. Keadaan ini lebih cenderung menyikapinya dengan melihat aktivitas grup dengan pertimbangan faedah ataupun un faedah dan sebagainya. Namun, yang lebih ditekankan adalah tetap berkomunikasi dengan alasan keluar dari grup dengan cara yang santun dalam beretika media sosial.

Saya memilih lebih sering menjaga perasaan seseorang. Patutnya kita lebih bersyukur. Karena ketika kita diundang ke dalam grup berarti kita sebagai tamu agar diajak berkomunikasi dan berdiskusi bersama. Sedang arahnya menyangkut berbagai hal diantaranya keluarga, pekerjaan, hobi, komunitas, alumni teman sekolah (bukan alumni 212 ya...hihihi) ataupun kepentingan lainnya. Meski gambaran ini menyebabkan jumlah grup dalam WA semakin menjamur dan dibiarkan beberapa suwung tanpa adanya aktivitas apapun.

Mengenai keaktifan dalam grup saya lebih memilih hubungan jarak. Semakin saya lebih sering berinteraksi dalam kehidupan nyata maka akan lebih sering mengikuti perkembangannya. Jarak tersebut dapat diartikan dengan kedekatan emosional mengenai karakter yang sudah tahu sama tahu. Mengerti bahwa ada beberapa situasi dimana percakapan yang kita maksud hanyalah sebagai guyonan dan tidak dianggap serius. Kalaupun ada sedikit terjadi kesalahpahaman percakapan dalam grup maka akan lebih terurai dalam kondisi nyata. 

Komitmen grup adalah ruang gerak berinteraksi dan berkomunikasi. Ada sastrawan yang berprinsip bahwa manusia hidup ketika tangannya bergerak menulis. Bagi saya, mengaktifkan kembali jalinan komunikasi grup WA adalah pertanda bahwa diri kita masih bisa membuka hape minimal orang lain mengetahui bahwa nomor WA kita masih aktif. Seperti grup WA komunitas gowes saya misalnya, ketika tidak ada aktifitas pergowesan sebisa mungkin saya harus memulainya. Memulainya dengan nge-vlog ala kadarnya agar mereka juga bisa melihat ekspresi muka saya yang mlotrok keringetan....haha....hihi....

No comments:

Post a Comment