Keadaan malam ini di Pekalongan dan
sekitarnya gerimis. Meskipun begitu aku tetap menjalankan sesuai jadwal aktifitasku.
Hari ini Kamis, 16 Febuari 2018 adalah jaga dinas malamku untuk ke-dua kalinya.
Dalam satu minggu jumlah jatah dinas malam sebanyak maksimal dua kali. Dinas
malam ini adalah yang terakhir dan besok adalah hari libur.
Mata ini harus selalu dapat dikompromikan
selama 10 jam ke depan. Oleh karena itu, bekal nasi kucing ini bisa untuk
mengganjal rasa laparku. Aku beranjak dari tempat parkir motor kemudian turun
tangga yang kebetulan ruang kerjaku berada di lantai dasar dalam sebuah gedung
bertingkat.
Suasana gerimis diluar kantor masih
terasa. Efeknya hawa dingin pun aku rasakan meski tubuh ini telah memakai jaket
agak tebal. Setelah langkah ini memasuki ruang kerja, tas dan jaket kemudian aku taruh di loker yang tersedia.
Beberapa tugas pekerjaan berdatangan, satu-persatu alhamdulillah dapat
diselesaikan.
Jam di layar hapeku menunjukkan pukul 00.18 WIB
artinya waktu ini sudah berbeda tanggal. Semakin malam ruang kerjaku semakin hening. Hanya terdengar suara
hentakan detik jam dinding memutar tiada habisnya. Keheningan itu tiba-tiba
memecah ketika jam 02.18 suara dering di hapeku
tiba-tiba berbunyi. Nama dalam layar itu tertulis, Pak Mugi yang tak lain adalah ayahnya Adhitya. Sebelum aku buka
percakapan, pikiranku mulai berkecamuk. “Jangan-jangan Pak Mugi mau pesan ruang
rawat inap. Tapi sudahlah diangkat”, pertanyaan itu terus mendesakku.
Beberapa detik setelah
nada buka panggilan itu aktif, terdengar suara Pak Mugi masih dalam kedaaan
menangis.
“Mas Syukron...ini Pak Mugi Papanya Dhyta”.
“Oh iya Pak Mugi”,
“Mas...Dhyta
meninggal dunia mas...” suaranya semakin lirih menahan tangisnya.
“Dhyta siapa Pak?”,
tanyaku semakin jelas.
“Dhyta...Adhitya anak
saya, meninggal barusan”,
“Innalillahi wa inna
ilaihi rojiun...Lho meninggal kenapa pak?”
“Barusan karena
serangan jantung, mohon teman-temannya dikabari ya”
“Oh iya pak nanti
saya kabari”, aku mencoba tenang tapi dada ini terasa sulit bernafas.
“Ya sudah mas,
Assalamualaikum”
“Waalaikum salam
warahmatullahi wabarakatuh”
Ya Allah...begitu
cepat Engkau memanggil sahabat baikku. Belum lama ini kita masih ngobrol dan
kamu masih dalam keadaan sehat. Sepertinya tidak pernah terdengar keluhan
apapun terhadap kesehatanmu.
“Dhit...Kok lungamu
cepet temen...Aku durung sempat mbales kebaikanmu...”
"Dhit...Kita semua sayang kamu"
***
"Ya...Allah mugi Khusnul Khotimah...",
sembari ngetik tangis ini terus bergejolak kehilangaanmu, Dhit!.
Inna lillahii wa inna ilaihi rojiun.
No comments:
Post a Comment