Wednesday, 28 February 2018

Pilihan Ganda

Kebiasaan memilih sudah saya alami semenjak pendidikan dasar. Ada proses pemilahan di antara beberapa jawaban yang tersedia. Dari pemaparan tersebut siswa diberikan kewenangan memilih jawaban yang dianggapnya benar.

Pilihan ganda menjadi makanan yang disajikan disaat ulangan catur wulan saat itu. Memang pilihan ganda membuat siswa merasa terbantu menemukan jawaban. Dari yang semula tahu semakin yakin. Dari yang lupa menjadi ingat karena memang sudah tersedia jawaban yang benar. Begitu pula yang tidak tahu jawaban dari soal yang disajikan. Meskipun telah tersedia jawaban yang benar, tetap kurang yakin bahkan salah dalam memilih jawabannya. Lika-liku pilihan ganda memerlukan persiapan belajar padahal tugas utamanya hanya sekedar memilih jawaban.

Pola pengecualian dari seluruh soal juga diberikan. Biasanya mempunyai kapasitas jumlahnya lebih kecil. Umpanyanya apabila jumlah soal pilihan gandannya 30 soal, pola pengecualian hanya 5% atau sekitar 6 soal. Pola ini umumnya pola identifikasi masalah. Dari hasil pemaparan identifikasi adalah jawaban tinggal para siswa memilih pengecualian dari beberapa jawaban yang benar.

Kebiasaan memilih jawaban yang benar semakin berlanjut ke tingkat pendidikan selanjutnya. Sebagai masyarakat awam saya mengamati kecenderungan bentuk soal pilihan ganda menjadi tradisi pendidik kepada para kaum terdidik. Dari seorang manajer kepada karyawan dan sebagainya.

Ada dampak kehidupan sosial ketika para kaum terdidik terjun di lingkungan masyarakat. Pola memilih sesuatu benar terhadap masalah, menjadi tolok ukur pilihan jawaban yang dianggapnya telah sesuai dengan jawaban kebenaran. Terlebih apabila kaum terdidik tersebut berkumpul dengan rekan kaum pendidik yang memberikan keputusan yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat. Sedang hubungan pendekatan emosi, religi, tradisi serta geografi dan aspek lain tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.

Akhirnya kreatifitas memberikan alternatif jalan keluar dari permasalahan masyarakat menjadi mandek, buntu dan melahirkan babak masalah baru.

Ah, sepertinya soal pola pilihan ganda harus ada batasan. Perberlakuan itu khususnya bagi mereka yang disiapkan menjadi seorang penjawab masalah-masalah bangsa dengan kreatifitasnya sebagai makhluk Pancasila.

No comments:

Post a Comment