Wednesday, 14 February 2018

Oleng

"Kapal oleng, Kapten!," slogan tersebut sama halnya pengalaman seorang saudagar di Pesisir Pantura.
Konon sebelum menyandang sebagai saudagar beliau adalah seorang pelaut ulung yang 4 bulan sekali pulang ke rumah. Ingin merasakan bercanda bersama istri dan buah hatinya harus bisa menaklukan ombak seperti perjuangan cintanya popeye dengan olive bisa mesra bersama.

Semangat bekerjanya tak padam. Perlahan kemudian meninggalkan gubuk yang sepertiga bagian bawah tergenang air rob. Pelaut itu masih tersenyum yakin, saat kembalinya nanti bisa digunakan membayar uang seragam sekolah anaknya yang menginjak kelas 1 SD. Betul sekali, hari itu resmi, pelaut pergi berlayar.

Suatu malam, di perairan Selat Karimata rekan kerjanya merasa lapar. Sedang ia masih menyiapkan umpan dari mata pancing sebagai tanda aktifitas bekerja pun sedang berjalan.

Tak lain rekan yang ingin menepis rasa laparnya itu merebus mie instan di dapur sedang jarak 5 meter bawahnya adalah penyimpanan bahan bakar. Di saat bersamaan angin dari arah tenggara bergulir cepat diiringi ombak besar naik menghujani geladak kapal.

Hempasan ombak itu sangat dahsyat. Semua kru kapal panik, mengambil bagian agar berdirinya pun tetap pada posisi tidak terpelanting. Dari depan itu salah satu kru kapal itu berpesan, "Kapal oleng, Kapten!" teriaknya dengan keras. Kapten pun merasakan hal sama, hilang keseimbangan. Seketika itu kapal oleng ke kiri. Ada sebagian kru yang terjun bebas ke laut lepas karena tangannya sudah tidak mungkin bisa terus berpegangan.

Keberuntungan justru tiba, karena kepandaian teknik berenang pelaut itu bisa berenang menuju pulau kecil di sekitar Selat Karimata. Lalu ia bercermin perjalanannya berlayar itu bukan dari satu cara menggapai tujuan hidup.

Ada cara lain yaitu berdagang membuatnya ia menunjukan jatidirinya sebagai pribadi yang kuat. Berdiri di atas ketidakpastian, berpasrah atas kehidupan. Namun, beliau selalu berpesan bagi teman-temannya yang sedang berlayar "Untuk menjadi pelaut sejati itu tidak lahir dari air tenang", demikian pesannya dalam perjalanannya mengembara barang dagangannya.

No comments:

Post a Comment