"Kapal oleng,
Kapten!," slogan tersebut sama halnya pengalaman seorang saudagar di
Pesisir Pantura.
Konon sebelum menyandang
sebagai saudagar beliau adalah seorang pelaut ulung yang 4 bulan sekali pulang
ke rumah. Ingin merasakan bercanda bersama istri dan buah hatinya harus bisa
menaklukan ombak seperti perjuangan cintanya popeye dengan olive bisa mesra
bersama.
Semangat bekerjanya tak padam.
Perlahan kemudian meninggalkan gubuk yang sepertiga bagian bawah tergenang air
rob. Pelaut itu masih tersenyum yakin, saat kembalinya nanti bisa digunakan
membayar uang seragam sekolah anaknya yang menginjak kelas 1 SD. Betul sekali,
hari itu resmi, pelaut pergi berlayar.
Suatu malam, di perairan Selat
Karimata rekan kerjanya merasa lapar. Sedang ia masih menyiapkan umpan dari
mata pancing sebagai tanda aktifitas bekerja pun sedang berjalan.
Tak lain rekan yang ingin
menepis rasa laparnya itu merebus mie instan di dapur sedang jarak 5 meter
bawahnya adalah penyimpanan bahan bakar. Di saat bersamaan angin dari arah
tenggara bergulir cepat diiringi ombak besar naik menghujani geladak kapal.
Hempasan ombak itu sangat
dahsyat. Semua kru kapal panik, mengambil bagian agar berdirinya pun tetap pada
posisi tidak terpelanting. Dari depan itu salah satu kru kapal itu berpesan,
"Kapal oleng, Kapten!" teriaknya dengan keras. Kapten pun merasakan
hal sama, hilang keseimbangan. Seketika itu kapal oleng ke kiri. Ada sebagian
kru yang terjun bebas ke laut lepas karena tangannya sudah tidak mungkin bisa
terus berpegangan.
Keberuntungan justru tiba,
karena kepandaian teknik berenang pelaut itu bisa berenang menuju pulau kecil
di sekitar Selat Karimata. Lalu ia bercermin perjalanannya berlayar itu bukan
dari satu cara menggapai tujuan hidup.
Ada cara lain yaitu berdagang
membuatnya ia menunjukan jatidirinya sebagai pribadi yang kuat. Berdiri di atas
ketidakpastian, berpasrah atas kehidupan. Namun, beliau selalu berpesan bagi
teman-temannya yang sedang berlayar "Untuk menjadi pelaut sejati itu tidak
lahir dari air tenang", demikian pesannya dalam perjalanannya mengembara
barang dagangannya.
No comments:
Post a Comment