Wednesday, 28 February 2018

Nabung dan Kredit

Memulai kebiasaan menabung dari kecil cukup baik dibandingkan dengan mendidiknya sebagai pelaku konsumtif. Di sekolah, pendidikan menabung biasanya mulai diterapkan. Beruntung jika guru Sekolah Dasarnya bisa telaten menjadi fasilitator keperluan tersebut.

Meski pada prakteknya kebiasaan menabung bukan esensi menyisikan uang saku siswa, melainkan program menabung orang tua kepada wali murid yang pada akhir semester itu bisa diminta saldonya. Namun, itu semua bukan menjadi masalah mendasar. Seperti halnya menyuruh anak menyerahkan uang ke dalam kotak infaq masjid. Dari itu semua hal mengajarkan pendidikan kebaikan sejak kecil.

Seiring dengan perkembangan anak, pendidikan menabung masih berlanjut. Lembaga keuangan juga menerbitkan produk penyimpanan tabungan untuk anak-anak dengan berbagai fasilitas. Di antaranya kepemilikan resmi buku tabungan miliknya meski dibawah usia 12 tahun. Selain itu aneka hadiah langsung sebagai urutan beberapa pendaftar yang ditentukan oleh bank. Tidak lain anjuran tersebut sebagai tongkat estafet dari pakar pendidikan yang dilirik oleh pakar ekonomi perbankan dan itu menurut saya sah-sah saja.

Beranjak seorang anak menjadi remaja bahkan ketika dewasa, program dari lembaga keuangan seolah mengalami perubahan. Memaknai seolah, berarti saya belum tentu mencapai kesesuaian penuh terhadap realitas data studi program lembaga keuangan yang masih menekankan produk tabungan. Pendekatan yang saya pakai adalah antara hubungan menguntungkan antara dua belah pihak yakni nasabah dan lembaga keuangan dalam mengatasi kebutuhan modal pada umumnya kepeluan lain pada khususnya.

Hal yang mengena pada diri saya ketika pamflet tawaran pinjaman uang berada di atas mesin atm. Tentunya penunjukan produk pinjaman tersebut ditawarkan kepada mereka kaum dewasa yang dulunya diajari untuk rajin menabung. Sangat kentara fungsi dasar dualisme lembaga keuangan ini mencokol pada beberapa proses antara menerima dan menyalurkan penerimaan keuangan.

Pinjaman uang tersebut layaknya bukan halnya sebagai aurat yang sebenarnya ditutupi sebagaimana cara pencapaian kebutuhan yang menurut saya adalah sebuah kerahasiaan. Sedangkan demi mengejar proses target pinjaman, segala cara dilakukan hingga menawarkan pinjaman di tempat terbuka.
Cerita hemat pangkal kaya bagi anak-anak merubah paradigmanya dari akibat iklan pinjaman uang 30 menit cair. Sejenak dan sedangkal itu hanya pandangan subyektif saya dan tidak diyakini untuk dibenarkan.

No comments:

Post a Comment