Memulai kebiasaan menabung dari
kecil cukup baik dibandingkan dengan mendidiknya sebagai pelaku konsumtif. Di
sekolah, pendidikan menabung biasanya mulai diterapkan. Beruntung jika guru
Sekolah Dasarnya bisa telaten menjadi fasilitator keperluan tersebut.
Meski pada prakteknya kebiasaan
menabung bukan esensi menyisikan uang saku siswa, melainkan program menabung
orang tua kepada wali murid yang pada akhir semester itu bisa diminta saldonya.
Namun, itu semua bukan menjadi masalah mendasar. Seperti halnya menyuruh anak
menyerahkan uang ke dalam kotak infaq masjid. Dari itu semua hal mengajarkan
pendidikan kebaikan sejak kecil.
Seiring dengan perkembangan anak,
pendidikan menabung masih berlanjut. Lembaga keuangan juga menerbitkan produk
penyimpanan tabungan untuk anak-anak dengan berbagai fasilitas. Di antaranya
kepemilikan resmi buku tabungan miliknya meski dibawah usia 12 tahun. Selain
itu aneka hadiah langsung sebagai urutan beberapa pendaftar yang ditentukan
oleh bank. Tidak lain anjuran tersebut sebagai tongkat estafet dari pakar
pendidikan yang dilirik oleh pakar ekonomi perbankan dan itu menurut saya
sah-sah saja.
Beranjak seorang anak menjadi
remaja bahkan ketika dewasa, program dari lembaga keuangan seolah mengalami
perubahan. Memaknai seolah, berarti saya belum tentu mencapai kesesuaian penuh
terhadap realitas data studi program lembaga keuangan yang masih menekankan
produk tabungan. Pendekatan yang saya pakai adalah antara hubungan
menguntungkan antara dua belah pihak yakni nasabah dan lembaga keuangan dalam
mengatasi kebutuhan modal pada umumnya kepeluan lain pada khususnya.
Hal yang mengena pada diri saya
ketika pamflet tawaran pinjaman uang berada di atas mesin atm. Tentunya
penunjukan produk pinjaman tersebut ditawarkan kepada mereka kaum dewasa yang
dulunya diajari untuk rajin menabung. Sangat kentara fungsi dasar dualisme
lembaga keuangan ini mencokol pada beberapa proses antara menerima dan
menyalurkan penerimaan keuangan.
Pinjaman uang tersebut layaknya
bukan halnya sebagai aurat yang sebenarnya ditutupi sebagaimana cara pencapaian
kebutuhan yang menurut saya adalah sebuah kerahasiaan. Sedangkan demi mengejar
proses target pinjaman, segala cara dilakukan hingga menawarkan pinjaman di
tempat terbuka.
Cerita hemat pangkal kaya bagi
anak-anak merubah paradigmanya dari akibat iklan pinjaman uang 30 menit cair.
Sejenak dan sedangkal itu hanya pandangan subyektif saya dan tidak diyakini
untuk dibenarkan.
No comments:
Post a Comment