Kalau Sampeyan ini kebetulan singgah di Pekalongan dan juga suka kuliner,
terasa kurang lengkap kalau belum mencicipi makanan khas angkringan. Sebagai
masyarakat ‘Ngkalongan angkringan ini mulai dilirik oleh pengusaha dari Klaten
kurang lebih sekitar pada tahun 2014. Meskipun tergolong warga baru dalam
deretan kuliner, ternyata tiap malam angkringan ini tidak sepi pelanggan. Rata-rata sih dari
anak-anak muda yang gemar ngobrol bareng
teman-temannya dengan tarif ekonomis dibandingkan dengan harus nongkrong di
warung biasanya.
Biasanya angkringan dapat dijumpai di pinggir jalan dengan bentuk tenda tertutup hingga ke bagian bawah. Penerangan
angkringan menggunakan lampu teplok bersumbu,
yang berbahan bakar minyak tanah. Terasa remang-remang, gaes!. Yap! memang benar tema angkringan ini layaknya warung rakyat
wong cilik yang tidak lepas dari nuansa
tradisional Jawa.
Selain penerangan yang masih menggakan
lampu teplok, tungku arang merupakan
ciri khas angkringan berguna untuk merebus 3 ceret yang berisi air. Meskipun
menggunakan arang, panasnya bukan main lho, gaes!.
Coba saja Sampeyan duduk pas di
depan ceret ini, panasnya langsung bisa dirasakan sampai ke wajah. Memang
gerobak angkringan pada bagian arang ini dilapasi lembaran seng agar tidak membakar bahan lain
yang terbuat dari kayu.
Menu makanan berupa sego kucing dan minuman
jahe susu adalah menu wajib yang hampir ada disetiap angkringan. Bentuk nasinya
sudah dibungkus dengan kertas dengan ukuran nasi sangat sedikit kurang lebih
4-5 sendok makan beserta masing-masing lauknya. Nanti Sampeyan bisa memilih menu yang tersedia seperti teri (ikan kecil),
oreg-oreg tempe, mie goreng dan lainnya. Sedangkan minuman jahe susu tidak
lepas dari kreatifnya para pedagang angkringan. Konon awal mulanya sih hanya wedhang jahe namun karena pelanggan meminta varian tambahan susu,
akhirnya jahe susu ini sudah menjadi trade
mark dari angkringan.
Rata-rata mereka yang datang ke
angkringan lebih lama ngobrolnya dibanding
dengan menyantap menu makanan yang tersedia. Tahu bacem erat sangat mempunyai
estetika khas makanan jawa bentuknya coklat kehitam-hitaman manis ketika
dimakan. Faedah tersendiri saya meyakini pada prinsipnya bentuk luar dari
sesuatu bisa sangat beda dengan rasa yang bisa dihadirkan salah satunya contohnya makanan satu ini. Selanjutnya sate kerang dan sate burung puyuh lebih panut karena bentuknya
kecil-kecil dan lebih simpel ketika dijadikan bentuk satu tusuk. Apalagi ada
angkringan yang mau bakarin lalu
diberi sambal kecap maka ada kesan makan sate layaknya para bos. Ternyata sangat simpel menikmati hidup meskipun hanya kesan saja mereka
bisa haha hihi ngerokok sambil paarrr poorr dan angkringan salah satu
bagian hidup mereka.
No comments:
Post a Comment