Wednesday, 28 February 2018

Logo Yang Pernah Tenar di Jamannya

Gejala sesorang yang sedang demam diantaranya pada fase tertentu akan mengalami kenaikan suhu badan. Peristiwa itu juga saya analogikan terhadap taruhan eksistensi  nostalgia generasi jaman now tahun 2003 di daerah saya Pekalongan. Jadi saya ingin mengatakan sebelum Sampeyan mengutuk polah sering makan micinnya anak-anak jaman now tahun 2018 maka sepatutnya juga melihat tingkah di masa now-nya Sampeyan. Ada kejanggalan atau keanehan yang menyeruak yang tidak disadari juga sangat wagu jika dilihat oleh jaman old kala itu.

Seiring hitsnya lagu Risalah Hati milik Dewa pada tahun 2003 turut membuat atmosfer dunia percintaan anak muda semakin romantis saja. Persaingan masalah percintaan itu sangat wajar. Namun, tidak diuntungkan bagi mereka yang harus pupus karena faktor kalah bondho. Eh...jangan salah bondho itu sangat sakral dan mudah kebawa perasaaan (baper). Bisa jadi kalau keberuntungan dari bin (keturunan) ada gen tajir ya engga masalah. Fasilitas motor sudah lengkap tinggal mengurus jadwal tipe kendaraan yang akan dipakai hari itu. 

Jiwa petualangan pemuda juga tidak luput dari rasa kesandung lebih tepatnya kalah saingan atas sesuatu yang dimiliki. Meskipun lelah atas jalan hidupnya yang tidak mempunyai daya dengan langkah lemah lesu pemuda patah hati itu saat setelah pulang apel dengan sebuah nyanyian,
“Shogun bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski pun kau tak cinta...kepadaku”
 
Nyanyian satir itu ditujukan kepada gadis pujaannya yang lebih memilih seorang pemuda atas dasar mempunyai motor yang merupakan barang mewah dan dikampung saya. Kehadiran  bebek 4 Tak besutan dari Suzuki tersebut membawa energi yang luar biasa. Bentuk lampu segitiga sangat elegan, serta bodi yang ramping bisa menarik perhatian orang lain. Makanya ada tipe gadis ABG pada masa itu sangat senang sekali jika bisa mbonceng menggunakan helm proyek berwarna putih berstiker HuGoS Cafe Tempat Party Separty-partynya. 
Di tahun itu pula motor belum menjamur seperti sekarang. Kalau bukan anak dari seorang bos batik, atau seorang pedagang penyuplai beras keinginan naik motor  yang ada hanya isapan jempol belaka. Tentunya bagi seorang gadis yang mempunyai keinginan untuk eksis dipergaulan maka atas keadaan ini menerima dengan lapang dada. Jika memang ada pemuda sedang dalam misi PDKT meskipun secara tampang tidak ada yang spesial, maka keadaan fasilitas penunjang seperti motor menjadi pertimbangan yang berat sebelah.Saya juga terkadang juga sempat no comment atas fenomena tersebut. Bungkamnya saya pun tidak serta merta takut salah mengatakan sesuatu, akan tetapi saya masih belum bisa sadar atas respon melongo melihat motivasi keduanya. Bahwasanya yang ada sekarang itu tidak berati sesuatu hasil yang diusahakan, melainkan posisi mereka adalah masih tahap proses menuju kehidupan. Seharusnya juga tidak mudah bisa haha...hihi...sedang posisi masa depan masih dalam awang-awang. Saya pun tidak akan turut memaksakan orang lain harus sependapat, karena memang menasehati seseorang yang sedang jatuh cinta adalah sebuah kekonyolan belaka.

Rumus menjadi anak gaul sangat simpel. Dandan pakaian yang berwarna jreng stabilo hijau atau ada variasi 3 warna merah hijau dan kuning kalau berdiri di pinggir jalan mirip lampu bangjo, ewhahahaa...Praktisnya telebih dengan uang 25 ribu bisa membeli helm proyek putih dan stiker 2 ribu rupiah yang bertuliskan HuGoS Cafe saat itu sangat marak diminati. Memantaskan diri ditatanan sosial agar podo karo liane menggunakan 2 jurus jitu tersebut cukup ampuh dalam kategori gadis kodya yang suka gaul, hang out bareng gank dan coker-coker kece.
Mengenai resolusi pengetahuan tentang HuGoS Cafe secara mendalam mereka mempunyai nilai 0 mutlak tentang isi ruang kafe. Tahu persis letaknya kafenya pun tidak tahu apalagi  tentang kebiasaan pengunjung serta bentuk minuman yang disajikan di kafe tersebut. Sedangkan, kalau orang awam sempat membaca Tempat Party Separty-partynya di bawah logo HuGoS Cafe sangat boleh baginya berprasangka baik kalau stiker itu merupakan merchadise seusai masuk dari kafe itu. Meski keadaan realitanya sangat bertolak belakang.  Menurut hemat saya jaman old dan now itu hanya batasan waktu,subyek penilainya yang terpenting adalah filterisasi tren menghadapi peradaban yang semakin jauh dari tatanan budaya lokal setempat.



No comments:

Post a Comment