Friday, 16 February 2018

Kita Semua Sayang Kamu, Po!

Popo, adalah panggilan kesayangan kita sewaktu SMA. Meski akhir-akhir ini karena kita udah nggak, ABG lagi, panggilan itu semakin berkurang dan berganti dengan Aditya. “Masih ingat Po? Siapa yang pertama kali memberi nama panggilanmu ini?”

Mungkin aku nggak terlalu akrab dengan teman kita ini. Namanya Munawir atau Gembus, setahuku dia pernah ngomong, panggilan Mr. Popo ini lebih familier dan simpel, diantara panggilan layaknya anak-anak kodya kala itu. Tapi sebab panggilanmu ini Po, bagiku kamu adalah teman supel, cepat nyambung hingga persahabatan ini di usia kita menjelang angka tiga puluh (sam gong) dan dua juniormu Zafar dan Fajar kini tumbuh lucu, gemesin dari asuhan kalian berdua dengan Rena.

Aku sempat mbatin diantara bangku kelas 1 SMA paling rame dan paling rada gokil di kelas 1 6. Di sana ada teman sekampung yaitu Ardi alias Gepeng atau Kancil dan Afed alias Sodron. Sedang nama panggilanku di kampung sering di bawa oleh Ardi. Dia sering memanggilku Dek Tonk atau Ngot-ngot. Alhasil, kita sudah akrab dulu di kampung sebelum kita dinyatakan bisa sekolah SMA ini. Dua temenku ini, sering cerita tentang model guyonan anak-anak kelas 1 6 yang super somplak, konyol dan paling rame sendiri kalau pas jam kosong. Mungkin itu benih dari keakraban itulah Po, kita sering pulang bareng ke rumah Ardi sebelum nanti kamu harus bela-belain pulang sendiri dari Wiradesa ke Kradenan naik motor sendirian.

Ramenya the gank-nya kita ini belum ketambahan Mas Bos alias Widya Setianto atau Doploh, Yayan Si  Kembar, dan Cholil alias Aziz mereka adalah penghuni kelas 1 6 juga yang turut koplaknya kalau disuruh guyonan hingga kemekelen.  Sebelum pulang biasanya kita cangkruk depan gerbang kelas 3 IPA.  Biasanya kelas 1 6 paling cepat kumpul di Gerbang dibanding kelas lainnya.

“Po, weruh Dek Tonk ora wes metu durung yo Po?”, tanya Ardi yang pakai helm Jogja putih.
“Durung metu, Wul kayake”
“Rombongan  kelas liyane yo podo durung ketok”, jawab Popo yang pakai helm DMI kuning.
“Wes ngenteni kene bae, Wul”, Popo menjawab sambil menghentikan laju motor cempenya Wuldi.
“Iyo, Po...Kowe pak cangkruk neng omahku dhisek opo ora? seh jam setengah loro be?” tanya Ardi.
“Ya Wul, karo rokoan sek ra, Sodron neng endi Wul?”,
“Sodron seh njupuk jupitere Po, ya wes ngenteni kene bae bareng-bareng”.

Kalau sudah kumpul semua kita naik motor keluar bareng, naik motornya santai. Apalagi model naik motornya  Sodron yang motornya super ceper. Dia sangat phobia sama jeglongan apalagi kena cipratan genangan air di jalan. Sedangkan asyiknya kamu Po, meski kamu anaknya Pak Mugi guru fisika kamu tetap nggak sungkan-sungkan bergaul dengan rombongan rewo-rewo seperti ini.

Po, masih ingat pas kita kelas 2 SMA dan diantara temanmu satu kelas yang paling akrab yaitu dengan Fadil alias Frengky. Dia juga temen SMP nya Ardi. Jamannya musim kepingan VCD kita sering nonton film bareng. Kalau tidak ada kesempatan minimal kita saling nuker kepingan VCD. Setiap pindah kelas kamu pasti punya temen deket satu bangku, tapi kalau temen main kamu tidak akan jauh-jauh dengan aku, Wuldi, Sodron, Cholil, Mas Bos dan Yayan. Postur tubuhmu ya nggak jauh beda dari kelas 1 masih bunder kita masih tetep asyik menyapamu dengan panggilan, “Popo”.

Po, sewaktu kita kelas 3 banyak kenangan yang nggak bakal bisa dilupain. Bisa jadi kita malah semakin akrab mengerti keadaan masing-masing. Iya bener, Po. Kita bareng satu kelas di IPA 3. Sodron, Ardi, Cholil dan Mas Bos di kelas IPA 2 sedang diantara 2 kelas itu bersebelahan.  

Kesibukan ngerjain tugas PR Matematika, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris seringnya dua kelas ini join buku tugas.  Bisa diakui dari semua kelas IPA yang katanya pinter-pinter, hanya IPA 2 yang penghuninya juga heboh. Ini bisa memberikan warna tersendiri orang pinter hanya bebera spesies saja. Yang terpenting adalah menyongsong kerja sama termasuk dalam mengerjakan tugas dan ujian nasional.

Ada lagi  Iwan Katub atau Ikhwanudin yang gigi depannya ompong. Laki-laki bak buaya berdarah dingin ini sering menghayal dan mengidolakan Ahmad Dhani ini paling pinter membuat gaduh seluruh ruang kelas. Ketambah lagi Linda dan Tina berasal dari satu suku Tirtonese mereka sering guyonan hingga saking seringnya guyonan kita sering main ke rumah Iwan. Tina tidak sendirian dari Tirto, ada sahabat kampungnya yaitu Nana alias menthuk dan Dani Panggilan menthuk ini aku yang mulai karena pipinya ini yang tak lazim seperti pipi kebanyakan orang. Kalau pipinya di pegang bergetar empuk layaknya bakpao makanya panggilan menthuk ini sangat lucu. Apalagi kebiasaannya dia paling aneh. Bisa menjadi cewek pendiam kalau sedang laper.

“Po, mengko bali sekolah neng Katub yo!”, aku mengingatkan Popo pas setelah jam istirahat pertama.
“Oh kumpul-kumpul biasa pok Ngot?”, jawab Popo.
“Iya Po, lotekan biasa neng omahe Katub”.
“Ohh, ya wes mengko kumpul neng ngarep bae yo”.
“Iyo...Po..sipp!”

Kalau pas guru-guru sedang rapat seringnya sekolah dibubarin. Maka waktu yang paling enak adalah maen ke temen-temen. Termasuk ke rumahnya Iwan di belakang pasar Wiradesa.  

Po, puncak kelas 3 musimnya pada ikut les di lembaga pendidikan Neutron dan Primagama kita malah milih ikut les fisika di rumahmu Mega Prima pengampunya Pak Mugi. Waktu itu yang ikut les Aku, Ardi, Sodron, Mas Bos, Tina, Iwan, Nana dan masih banyak teman satu SMA lainnya. Berangkatnya sehabis ashar naik motor bareng Ardi. Sedangkan kamu langsung standby di rumah nyiapin ruang kelas termasuk alas tulis untuk membahas soal-soal fisika. Kamu itu orangnya penurut , Po. Meskipun pekerjaan sepele kamu terus melakukan kebiasaan ini di rumahmu. Kursi lipat merah merek Chitose ini sebelumnya terlipat rapi. Ketika les akan dimulai keadaan ini harus siap untuk 2 ruang sekaligus dengan jumlah peserta les 15 – 20 peserta les. Bisa dibayangkan setelah pulang sekolah tidak langsung istirahat. Setelah makan siang kamu pasti ngerapihin ruang kelas dan menata seluruh kursi lipat itu, menunggu ashar tiba. Itu berlangsung juga ketika kegiatan les selesai, kamu juga yang beresin seluruh kursi lipat tanpa kecuali.

Aku dan ardi biasanya datang awal waktu dari teman-teman yang hadir. Po, kamu sukanya pakai celana skater yang lebarnya sampai bawah dan kaos yang kamu pakai sukanya berwarna kuning.  Aku bareng Ardi ngobrol duduk-duduk di kursi kayu didepan rumah. Tentang modiifkasi motor ceper atau yang sedang tren anak-anak MUHI, Popo sering sharing mengenai hal itu. Kalau teman lainnya sudah datang maka les fisika pun dimulai. Seringnya kamu duduk paling belakang dan paling pojok sendiri. Barisan paling belakang diisi oleh aku, Ardi, Sodron dan Iwan.

Po, mungkin diantara temen-temen yang ikut les fisika hanya aku dan Ardi yang paling suka main di rumahmu. Jika ada jadwal les di hari Sabtu seringnya aku dan Ardi pulangnya paling akhir.  Setelah Pak Mugi menutup sesi lesnya semuanya pada pulang. Aku dan Ardi masih ngobrol di depan rumah ngalor-ngidul hingga magrib pun menjelang. Entah karena kamu yang suka ngobrol kita fine-fine saja bisa jadi sifat Papa (Pak Mugi) dan Ibu juga selalu ramah membuat kita selalu betah berlama-lama.

“Ngot, ojo balek dhisek sholat magrib neng kene”, pinta Popo.
“Piye Di?”, pandanganku ke arah Ardi.
“Yo, wes Po bar magrib baline yo”.
“Pokoke ojo bali sak durunge bakul sego goreng lewat”, ujar Popo sambil masuk rumah mengambil sarung.
“Walah, di?”, aku saling menatap bareng Ardi.

Kenangan makan malam sehabis les, bareng kamu dan keluargamu itu paling berkesan, Po.  Semua itu tidak akan bakal bisa terulang kembali hingga saat ini. Belum lagi keceriaan lain di momen pergi ke Semarang pas musim ujian masuk kuliahan. Momen pergi ke Jogja dan Bali bareng Sodron tapi memang waktu itu aku dan Ardi nggak bisa ikut karena kesibukan kuliah. Masih banyak sekali kemesraan ini kita berharap akan terus ada hingga anak-anakmu beranjak dewasa nanti.

Kita semua merasakan kedermawaan kamu, supelnya kamu, cara guyon-nya kamu hingga cara ketawamu yang terlalu cepat semua itu berlalu. Kita sudah tidak ada batasan teman, melainkan tali persaudaraan yang terjalin erat. Kepergianmu itu sebagai bukti sayangnya Allah SWT kepada hamba-hamba terbaik dan terpilih. Kita meyakini seluruh kebaikan itu sangat tulus terpancar dari keihlasanmu. Semoga Allah SWT tetap akan selalu menyayangimu dan mencintaimu, hingga nanti kita semua akan menyusulmu hingga kita akan berjumpa kampung akherat bersamamu kelak. Kita semua menyayangimu, Po.  

Alfatikhah
Foto ini adalah karyamu Po, kita semua seneng banget.



No comments:

Post a Comment