Popo, adalah panggilan kesayangan kita
sewaktu SMA. Meski akhir-akhir ini karena kita udah nggak, ABG lagi, panggilan itu semakin berkurang dan berganti
dengan Aditya. “Masih ingat Po? Siapa yang pertama kali memberi nama
panggilanmu ini?”
Mungkin aku nggak terlalu akrab dengan teman kita ini. Namanya Munawir atau
Gembus, setahuku dia pernah ngomong, panggilan
Mr. Popo ini lebih familier dan simpel, diantara panggilan layaknya anak-anak kodya
kala itu. Tapi sebab panggilanmu ini Po, bagiku kamu adalah teman supel, cepat
nyambung hingga persahabatan ini di usia kita menjelang angka tiga puluh (sam
gong) dan dua juniormu Zafar dan Fajar kini tumbuh lucu, gemesin dari asuhan
kalian berdua dengan Rena.
Aku sempat mbatin diantara bangku kelas 1 SMA paling rame dan paling rada
gokil di kelas 1 6. Di sana ada teman sekampung yaitu Ardi alias Gepeng atau Kancil
dan Afed alias Sodron. Sedang nama panggilanku di kampung sering di bawa oleh
Ardi. Dia sering memanggilku Dek Tonk atau Ngot-ngot. Alhasil, kita sudah akrab
dulu di kampung sebelum kita dinyatakan bisa sekolah SMA ini. Dua temenku ini, sering
cerita tentang model guyonan anak-anak kelas 1 6 yang super somplak, konyol dan paling rame sendiri
kalau pas jam kosong. Mungkin itu benih dari keakraban itulah Po, kita sering
pulang bareng ke rumah Ardi sebelum nanti kamu harus bela-belain pulang sendiri
dari Wiradesa ke Kradenan naik motor sendirian.
Ramenya the gank-nya kita ini belum ketambahan Mas Bos alias Widya
Setianto atau Doploh, Yayan Si Kembar, dan Cholil alias Aziz mereka adalah
penghuni kelas 1 6 juga yang turut koplaknya kalau disuruh guyonan hingga kemekelen. Sebelum pulang biasanya kita cangkruk depan gerbang kelas 3 IPA. Biasanya kelas 1 6 paling cepat kumpul di
Gerbang dibanding kelas lainnya.
“Po, weruh Dek Tonk ora wes metu
durung yo Po?”, tanya Ardi yang pakai helm Jogja putih.
“Durung metu, Wul kayake”
“Rombongan kelas liyane yo podo durung ketok”, jawab Popo
yang pakai helm DMI kuning.
“Wes ngenteni kene bae, Wul”, Popo
menjawab sambil menghentikan laju motor cempenya Wuldi.
“Iyo, Po...Kowe pak cangkruk neng omahku
dhisek opo ora? seh jam setengah loro be?” tanya Ardi.
“Ya Wul, karo rokoan sek ra, Sodron
neng endi Wul?”,
“Sodron seh njupuk jupitere Po, ya wes
ngenteni kene bae bareng-bareng”.
Kalau sudah kumpul semua kita naik
motor keluar bareng, naik motornya santai. Apalagi model naik motornya Sodron yang motornya super ceper. Dia sangat phobia sama jeglongan apalagi kena cipratan genangan air di jalan. Sedangkan
asyiknya kamu Po, meski kamu anaknya Pak Mugi guru fisika kamu tetap nggak sungkan-sungkan bergaul dengan
rombongan rewo-rewo seperti ini.
Po, masih ingat pas kita kelas 2 SMA dan
diantara temanmu satu kelas yang paling akrab yaitu dengan Fadil alias Frengky.
Dia juga temen SMP nya Ardi. Jamannya musim kepingan VCD kita sering nonton
film bareng. Kalau tidak ada kesempatan minimal kita saling nuker kepingan VCD.
Setiap pindah kelas kamu pasti punya temen deket satu bangku, tapi kalau temen
main kamu tidak akan jauh-jauh dengan aku, Wuldi, Sodron, Cholil, Mas Bos dan
Yayan. Postur tubuhmu ya nggak jauh
beda dari kelas 1 masih bunder kita masih tetep asyik menyapamu dengan
panggilan, “Popo”.
Po, sewaktu kita kelas 3 banyak
kenangan yang nggak bakal bisa
dilupain. Bisa jadi kita malah semakin akrab mengerti keadaan masing-masing.
Iya bener, Po. Kita bareng satu kelas di IPA 3. Sodron, Ardi, Cholil dan Mas
Bos di kelas IPA 2 sedang diantara 2 kelas itu bersebelahan.
Kesibukan ngerjain tugas PR Matematika, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris seringnya
dua kelas ini join buku tugas. Bisa diakui
dari semua kelas IPA yang katanya pinter-pinter, hanya IPA 2 yang penghuninya
juga heboh. Ini bisa memberikan warna tersendiri orang pinter hanya bebera
spesies saja. Yang terpenting adalah menyongsong kerja sama termasuk dalam
mengerjakan tugas dan ujian nasional.
Ada lagi Iwan Katub atau Ikhwanudin yang gigi depannya
ompong. Laki-laki bak buaya berdarah dingin ini sering menghayal dan
mengidolakan Ahmad Dhani ini paling pinter membuat gaduh seluruh ruang kelas. Ketambah
lagi Linda dan Tina berasal dari satu suku Tirtonese
mereka sering guyonan hingga saking seringnya guyonan kita sering main ke rumah Iwan. Tina tidak sendirian dari
Tirto, ada sahabat kampungnya yaitu Nana alias menthuk dan Dani Panggilan menthuk
ini aku yang mulai karena pipinya ini yang tak lazim seperti pipi
kebanyakan orang. Kalau pipinya di pegang bergetar empuk layaknya bakpao
makanya panggilan menthuk ini sangat
lucu. Apalagi kebiasaannya dia paling aneh. Bisa menjadi cewek pendiam kalau
sedang laper.
“Po, mengko bali sekolah neng Katub yo!”, aku mengingatkan Popo pas setelah jam istirahat pertama.
“Oh kumpul-kumpul biasa pok Ngot?”,
jawab Popo.
“Iya Po, lotekan biasa neng omahe
Katub”.
“Ohh, ya wes mengko kumpul neng ngarep
bae yo”.
“Iyo...Po..sipp!”
Kalau pas guru-guru sedang rapat
seringnya sekolah dibubarin. Maka waktu yang paling enak adalah maen ke
temen-temen. Termasuk ke rumahnya Iwan di belakang pasar Wiradesa.
Po, puncak kelas 3 musimnya pada ikut
les di lembaga pendidikan Neutron dan Primagama kita malah milih ikut les
fisika di rumahmu Mega Prima pengampunya Pak Mugi. Waktu itu yang ikut les Aku,
Ardi, Sodron, Mas Bos, Tina, Iwan, Nana dan masih banyak teman satu SMA
lainnya. Berangkatnya sehabis ashar naik motor bareng Ardi. Sedangkan kamu
langsung standby di rumah nyiapin ruang
kelas termasuk alas tulis untuk membahas soal-soal fisika. Kamu itu orangnya
penurut , Po. Meskipun pekerjaan sepele kamu terus melakukan kebiasaan ini di
rumahmu. Kursi lipat merah merek Chitose ini
sebelumnya terlipat rapi. Ketika les akan dimulai keadaan ini harus siap untuk
2 ruang sekaligus dengan jumlah peserta les 15 – 20 peserta les. Bisa
dibayangkan setelah pulang sekolah tidak langsung istirahat. Setelah makan
siang kamu pasti ngerapihin ruang
kelas dan menata seluruh kursi lipat itu, menunggu ashar tiba. Itu berlangsung
juga ketika kegiatan les selesai, kamu juga yang beresin seluruh kursi lipat
tanpa kecuali.
Aku dan ardi biasanya datang awal
waktu dari teman-teman yang hadir. Po, kamu sukanya pakai celana skater yang
lebarnya sampai bawah dan kaos yang kamu pakai sukanya berwarna kuning. Aku bareng Ardi ngobrol duduk-duduk di kursi kayu didepan rumah. Tentang modiifkasi
motor ceper atau yang sedang tren anak-anak MUHI, Popo sering sharing mengenai
hal itu. Kalau teman lainnya sudah datang maka les fisika pun dimulai.
Seringnya kamu duduk paling belakang dan paling pojok sendiri. Barisan paling
belakang diisi oleh aku, Ardi, Sodron dan Iwan.
Po, mungkin diantara temen-temen yang
ikut les fisika hanya aku dan Ardi yang paling suka main di rumahmu. Jika ada jadwal
les di hari Sabtu seringnya aku dan Ardi pulangnya paling akhir. Setelah Pak Mugi menutup sesi lesnya semuanya
pada pulang. Aku dan Ardi masih ngobrol di depan rumah ngalor-ngidul hingga magrib pun menjelang. Entah karena kamu yang
suka ngobrol kita fine-fine saja bisa jadi sifat Papa (Pak
Mugi) dan Ibu juga selalu ramah membuat kita selalu betah berlama-lama.
“Ngot, ojo balek dhisek sholat magrib
neng kene”, pinta Popo.
“Piye Di?”, pandanganku ke arah Ardi.
“Yo, wes Po bar magrib baline yo”.
“Pokoke ojo bali sak durunge bakul
sego goreng lewat”, ujar Popo sambil masuk rumah mengambil sarung.
“Walah, di?”, aku saling menatap
bareng Ardi.
Kenangan makan malam sehabis les, bareng
kamu dan keluargamu itu paling berkesan, Po.
Semua itu tidak akan bakal bisa terulang kembali hingga saat ini. Belum
lagi keceriaan lain di momen pergi ke Semarang pas musim ujian masuk kuliahan. Momen
pergi ke Jogja dan Bali bareng Sodron tapi memang waktu itu aku dan Ardi nggak bisa ikut karena kesibukan kuliah.
Masih banyak sekali kemesraan ini kita berharap akan terus ada hingga
anak-anakmu beranjak dewasa nanti.
Kita semua merasakan kedermawaan kamu,
supelnya kamu, cara guyon-nya kamu
hingga cara ketawamu yang terlalu cepat semua itu berlalu. Kita sudah tidak ada
batasan teman, melainkan tali persaudaraan yang terjalin erat. Kepergianmu itu
sebagai bukti sayangnya Allah SWT kepada hamba-hamba terbaik dan terpilih. Kita
meyakini seluruh kebaikan itu sangat tulus terpancar dari keihlasanmu. Semoga
Allah SWT tetap akan selalu menyayangimu dan mencintaimu, hingga nanti kita
semua akan menyusulmu hingga kita akan berjumpa kampung akherat bersamamu
kelak. Kita semua menyayangimu, Po.
Alfatikhah
Foto ini adalah karyamu Po, kita semua
seneng banget.
No comments:
Post a Comment