Ungkapan bahasa Jawa Silune dunyo kebak ing perkoro dalam
bahasa Indonesia bisa berarti silaunya dunia terdapat banyak masalah. Boleh
jadi menurut saya kata silau ini mengandung makna berupa kemegahan, iming-iming
atau gemerlap tatanan kehidupan yang sudah merambah begitu cepatnya. Meski
hanya sebatas pendekatan empiris, Sampeyan
tidak perlu mengernyitkan dahi yang berujung beda pendapat karena dari
pendekatannya saja hanya sebuah rasan-rasan
belaka.
Sampeyan
bisa
mengamati sendiri keadaan kanan kiri tetangga Sampeyan. Saya pun tidak akan memberikan justifikasi seperti apa
keadaan perekonomian Sampeyan saat
ini ataupun hari esok. Dapur ngebul bukan
hanya pertanda hari itu bisa makan, namun lebih persisnya dari mana beras itu
dapat diperoleh sesuai dengan kapasitas terbaik oleh Tuhan. Semoga capaian itu
bisa sama sisi dan sebangun dari harapan Tuhan menghidupkan kita di dunia
sebagai mahluk yang terus memperbaiki kehidupannya.
Kalaupun tidak ada
laba untuk hari ini paling tidak uang kembali modal bisa dipakai sementara
untuk membeli beras secukupnya atau beberapa bahan makanan seperti tempe dan
tahu. Kiranya itu jika dianggap rezeki
terbaik maka nikmati dan harus bisa tersenyum lega hari ini. Rasa lelah
berkerja pun terjadi karena pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia ada
batasannya. Tidak selamanya badan itu sehat, maka setiap manusia butuh
beristirahat. Minimal masih ada sanak saudara atau bahkan tetangga yang
dimintai tolong meminjam beberapa lembar uang pecahan sekedar melanjutkan perjalanan
hidup tiga hari ke depan. Mungkin diantara saya dan Sampeyan pernah mengalami hal yang sama pada waktu tertentu keadaan
keuangan menipis berharap kepada manusia tidak satu pun yang berhasil disitulah
Tuhan sedang berdialog langsung kepada diri kita kemanakah langkah selanjutnya
selain tertunduk malu meminta pertolongan-Nya.
Ada diantara manusia
memang dibekali dengan berbagai kemuliaan harta yang melimpah. Pengklaiman itu
juga datang dari sesamanya manusia bahkan sampai 7 turunan itu tidak akan
pernah habis. Namun sejatinya sifat dari sebuah barang, kebahagiaan itu bisa
hilang begitu cepat. Yang membuat barang itu bahagia adalah dari kebahagiaan
hati yang merasakannya. Sangat manusiawi ketika sedang mengalami kesusahan
sedang diantaranya melihat seseorang yang sedang bersenda gurau menikmati
segala kemewahan. Dari situlah manusia yang sedang diuji dengan berbagai
kesulitan maka akan berandai andai. Coba kalau kaya semuanya tidak akan seperti
sekarang. Coba kalau bisa mempunyai segala kemudahan akses pekerjaan semuanya
bisa mudah dan seterusnya. Segala kenikmatan yang diahdirkan sebagaimana
layaknya cahaya yang menyilaukan mata. Terus memancar sehingga menjadi pusat
perhatian manusia. Apabila hati tidak dibekali rasa sumeleh pasrah kepada Sang Khalik semuanya itu akan benar-benar
silau dan mata ini tak kuat menahannya padahal jalan singkat ini dipergunakan
bekal kembali pulang.
No comments:
Post a Comment