Wednesday, 30 November 2016

Fasilitas “Ngisi Angin” DI SPBU Karanganyar Kabupaten Pekalongan

Bagi masyarakat Kabupaten Pekalongan yang tinggal di bagian selatan tentunya sudah tidak asing lagi dengan SPBU Karanganyar. Terletak kurang lebih di Km 1,5 ke timur dari titik 0 Km tugu Kajen Kabupaten Pekalongan SPBU Karanganyar ini berada. Bangunan di pinggir jalan utama Kajen - Karanganyar mempunyai berbagai fasilitas diantaranya berbagai fasilitas pelayanan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM), pelayanan pelumas Pertamina, pengisian nitrogen, pengisian angin, pengisian air radiator dan toilet.


Kondisi suasana SPBU yang bersih pada sudut-sudut taman dan halaman yang cukup luas memberikan nilai tambah kenyamanan bagi konsumen. Terlebih pada fasilitas toilet yang bersih dan teras bagian depannya tidak ada bekas kerak yang membuat lantai itu kusam. Artinya bisa dibuat kesimpulan bahwa sisi kebersihan pada SPBU Karanganyar patut diacungi jempol bagi yang memperhatikan usaha dari manajemen.

Semenjak diberlakukan fasilitas pengisian angin untuk ban disetiap SPBU maka sudah sering dijumpai banyak konsumen memaanfaatkan keberadaan fasilitas tersebut. Begitu pula di SPBU Karanganyar, sembari menunggu panjangnya antrian pengisian BBM, para konsumen turut memanfaaatkan fasilitas tambah angin sehingga bisa dikatakan fasilitas ini ramai penggunanya.

Konsumen sudah bisa melakukan pengisian angin dengan mudah. Disaat kran angin diputar maka bunyi angin “seeeesssst” pertanda bahwa  angin telah siap melakukan pengisian. Bersamaan dengan itu bagian kepala selang berupa stik logam  diarahkan kedalam ke bagian knob angin pada ban, dengan sendirinya angin akan masuk secara perlahan. Konsumen secara otodidak belajar  menggunakannya dari pengalamannya melihat sendiri ketika mengisi angin di tukang tambal ban atau dari konsumen sebelumnya  disaat pengisian angin secara gratis ini.

Dari hasil pantauan yang dilakukan selama kurang lebih 20 menit, ada sedikitnya 7 konsumen yang memanfaatkan fasilitas tambah angin gratis di SPBU Karanganyar. Dari ke 7 tersebut 3 orang terakhir mempunyai jeda 3 menit artinya selama 3 menit itu selang angin dalam keadaan tidak terpakai. Bersamaan dengan itu bunyi “seeeeesssst”  masih terdengar memang kran angin tidak ditutup kembali. Datang lagi konsumen baru yang ingin memanfaatkan isi angin gratis, kemudian hal serupa juga diulang langsung meninggalkan tempat.


Manajemen SPBU sudah berusaha terbaik bagi konsumen, fasilitas umum sudah diberikan secara cuma-cuma demi pencapaian pelayanan prima. Mestinya konsumen juga turut andil menjaga kelangsungan fasilitas, minimal mengembalikan posisi keran ke tempat semula. Dengan langkah  tersebut maka akan menghemat stok angin di tabung karena tidak akan terbuang sia-sia. Semakin banyak pengisian angin ke tabung maka semakin banyak pula biaya operasioalnya dan tentunya penyusutan mesin disel semakin cepat.

Langkah terkecil akan membawa dampak besar semakin banyak orang yang merawat fasilitas umum maka rasa cinta kepada negara dalam mempertahankan pembangunan. Semuanya itu diawali dari diri kita masing-masing. Semoga.  

Tuesday, 29 November 2016

Kembali Ke Tanah

Saat ini kita bisa berada diatas tanah
Berpijak berlagak tiada menghiraukan
Menyakiti tanah menggali segala hal
Sesuatu yang bisa mendatangkan materi
Menjadi budak ketamakan
Perut yang besarnya tak terbendung
Emas sebesar gunung
Air yang jumlahnya tak terhitung
Manusia terus mencari untung
Dibiarkanya seolah tanah tak mengerti apa-apa
Mengenai masa depan manusia
Derap langkah empat manusia paling depan
Seperti arak-arakan konvoi berjalan
Lalu burung diatas pohon kamboja bertebaran
Terusik dari arah segerombolan seakan menyerang
Tanah yang telah lama tertidur dibangunkan kembali
Menyambut tamu keabadian nan suci
Kembalilah manusia kealam asal
Sebagai penghuni tanah
Biarkanlah mereka yang terus tertawa penuh kealpaan
Menari, menginjak-injak terus bertelanjang
Ah... nantinya kau akan pulang 
Dalam keadaan benar-benar ada balasan

Sunday, 27 November 2016

Realita Mahasiswa Kesehatan Mencari Pekerjaan

Wisuda merupakan puncak ritual pendidikan politeknik, perguruan tinggi, sekolah tinggi atau universitas yang disematkan dalam sebuah acara senat yang dihadiri oleh guru besar dan wali mahasiswa. Euforia kebahagiaan terus terpancar menjadi tonggak keberhasilan jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Perubahan status dari mahasiswa kemudian masuk ke dalam ranah ikatan alumni pendidikan yang bersangkutan sudah mulai terasa. Terlebih disaat ketua alumni profesi memberikan lencana penghormatan sebagai tanda sejawat dan wajib menjunjung etika profesi yang embannya.


Perlu disadari bersama bahwa pendidikan bidang kesehatan bukan pendidikan kedinasan yang setelah lulus kuliah bisa langsung mendapat surat keputusan tugas bekerja. Saat setelah momen wisuda itu terjadi, munculah sifat ego masing-masing mahasiswa menentukan langkah selanjutnya memulai karier dan berjalan dari titik 0 menyandang predikat pencari kerja. Rasa ego tersebut muncul secara alami betapa ketatnya persaingan didunia pekerjaan. Keadaan ini sangatlah lumrah khususnya lowongan kerja di Pulau Jawa semakin hari jumlahnya semakin sedikit sedangkan jumlah lulusan mahasiswa di tiap kabupaten atau kota semakin tahun akan meningkat. Meski dalam hal ini Saya belum mendapatkan data secara spesifik kebutuhan pasar tenaga kesehatan ditiap kota atau kebupaten. Keadaan tersebut hanya pandangan subyektif yang keabsahannya patut ditelaah lebih lanjut.

Rasa peduli kepada teman seangkatan akan timbul kembali setelah mendapatkan pekerjaan. Semangat kebersamaan terasa tidak akan hilang begitu saja, perasaan senasib sepenanggungan masih ada. Sekiranya itu bisa terjadi, maka akan diulangi kembali di dunia baru yaitu pekerjaan. Bagi mahasiswa yang sudah memiliki pekerjaan tentunya tidak serta merta mengajak temannya untuk bekerja satu atap ruang kerja. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kriteria tersebut, yaitu mengenai karakter sifat dan kualitas etos kinerja yang dapat dinilai disaat melakukan Praktek Kerja Lapangan selama di pendidikan. Faktor tersebut sangat mungkin terjadi, karena bekerja dalam bidang kesehatan adalah kerja tim yang membutuhkan koordinasi dan loyalitas yang tinggi. Maka menurut Saya sangat mungkin ada korelasi kualitas karakter pribadi disaat menjadi mahasiswa dengan nasib disaat mencari pekerjaan.

Kesulitan Yang Sering Dijumpai
Dalam beberapa pengamatan yang Saya lakukan ada beberapa kesulitan yang sering sering dijumpai tenaga kesehatan disaat mencari pekerjaan. Secara garis besar kesulitan tersebut dibagi menjadi 2 macam yaitu:

Berasal dari Internal
Pada fase ini lebih menekankan kesulitan yang berasal dari pencari kerja sebut saja tenaga kesehatan. Saya awali dari pola cara berfikir mengenai letak tempat kerja. Ada beberapa pencari kerja khususnya orang Jawa enggan merantau meninggalkan pulau tercintanya.  Faktor yang penyebab masalah tersebut sangatlah variatif diantaranya karena masalah jarak terlalu jauh, susah meninggalkan keluarga, kesiapan mental, kesehatan orang tua, pasangan hidup dan masih banyak sekali kaitannya. Meski tidak dapat dipungkiri bahwasanya masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi asas “makan gak makan asal kumpul”. Jadi selain disebutkan di atas memang sudah menjadi  apabila di Pulau Jawa masih memungkinkan mencari pekerjaan, kenapa harus keluar pulau? hanya untuk mengejar sebuah karier.

Pola cara berfikir mengenai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat. Adanya perekrutan tenaga PNS melalui tes CPNS secara online banyak diantaranya pencari kerja rela menunggu kegiatan tersebut diadakan. Menunggu dalam ketidakpastian, pasalnya pemerintah semakin menunjukkan moratorium CPNS dan mengedepankan tenaga kesehatan di instansi pemerintah melalui sistem Badan Layanan Usaha baik pusat maupun daerah. Apabila terus berpaku mengharap belas kasihan pemerintah sama halnya menggantungkan harapan hidup yang penuh ketidakpastian.

Pola cara berfikir bekerja di rumah sakit swasta menjadi kasta nomor dua setelah rumah sakit umum milik pemerintah. Pandangan ini berlaku di daerah yang kondisi secara finansial penggajian menggantungkan nilai Upah Minimum Regional (UMR) sedangkan penambahan fasilitas jasa lainnya sangat minim bahkan tunjangan-tunjangan lainnya tidak terkondisikan dengan baik. Kembali dengan mindset menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah menjadi pandangan masyarakat sebagai standarisasi kelayakan hidup. Maka disisi lain ada keengganan bekerja di instansi swasta dibandingkan dengan instansi milik pemerinatah, meski secara ketentuan manajerial karyawan instansi swasta lebih memenuhi kaidah peraturan perundangan Kementrian Ketenagakerjaan.

Sebab terakhir yaitu mengenai kemampuan komunikasi dengan Bahasa Inggris. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Bali, penggunaan Bahas Inggris sudah familiar di lingkungan kerja rumah sakit. Bahasa komunikasi tersebut tidak hanya digunakan disaat menerima pasien asing, melainkan membudayakan bahasa dalam pertemuan antar unit terkait dalam sebuah manajerial rumah sakit. Informasi tersebut Saya dapatkan dari sejawat yang telah menggunkan english conversation disaat melakukan meeting dengan unit lain. Jadi siap-siap mempunyai nilai TOEFL yang cukup bagus apabila ingin bekerja di rumah sakit ternama di kota besar.

Berasal dari Eksternal
Kesulian yang ditimbulkan dari pihak eskternal berasal dari luar tenaga kesehatan. Kesulitan pertama yang sering dijumpai yaitu manajemen rumah sakit menerapkan prinsip ekonomi yang begitu mendasar. Manajemen rumah sakit menekan sedikit mungkin pengeluaran sisi finasialnya untuk karyawan sedangkan segala macam pressure kinerja sangat tak terbatas mengedepakan loyalitas. Bahkan ada beberapa tipe rumah sakit swasta yang penggajiannya 50% selama masa orientasi minimal 3 bulan bahkan ada yang hingga 6 bulan berturut-urut. Pemberitahuan keadaan sistem penggajian ini sering dijumpai disaat pencari kerja sudah akan memasuki tahap seleksi karyawan. Tidak jarang tenaga kesehatan mangkir dari panggilan akad kontrak kerja saat setelah tes dilakukan yang berakhir mundur dari melamar kerja.

Kesulitan kedua berasal dari keluarga, orang-orang terdekat misalnya orang tua yang telah bersusah membesarkan serta menyekolahkan anak-anaknya tidak ingin tinggal berjauahan mengingat kondisinya tidak muda lagi. Diusia senja terkadang perhatian yang mereka inginkan dibandingkan pemberian finansial, kalaupun mereka membutuhkan hanya sebatas kebutuhan pokok harian. Keadaan tersebut terkadang membuat hati tersentak melihat sisi lain meski keadaan hati telah mantap meninggalkan tanah kelahiran untuk bekerja diperantauan. Seperti kondisi yang telah dikemukakan di atas bahwa realita budaya kehidupan orang Jawa sangat begitu tunduk menghormati perkataan orang tuanya. Bahkan meminta pertimbangan bekerja pun selama orang tua masih hidup maka mereka selalu dilibatkan.

Kesulitan terakhir yang sering dijumpai yaitu link atau jejaring komunikasi dan relasi. Kadaan ini hampir merata dan sama di bidang lain termasuk di bidang kesehatan. Relasi informasi pekerjaan berhubungan ada informasi lowongan pekerjaan yang diberikan oleh senior almamater yang mengetahui secara detail kemampuan, atitude dan kinerjanya. Biasanya penilaian tersebut akan dinilai disaat menjadi mahasiswa dalam Praktek Kerja Lapangan yang kebetulan menjadi lahan prakteknya. Kecocokan atas prinsip bisa diajak bekerja dalam kerja tim membawa efek  nyata dengan memberikan informasi lowongan pekerjaan yang dengan kondisi tidak di publikasikan secara umum melainkan pemanggilan beberapa kandidat calon karyawan.

Berbeda dengan relasi yang hanya mengedepakan hubungan vertikal birokrasi. Pendekatan kepada pihak yang mempunyai cakupan kedudukan lebih tinggi dengan meminta rekomendasi meski hanya sebuah tanda tangan dan nama terang akan mempengaruhi keputusan hasil akhir dari serentetan tes calon karyawan. Sama-sama mempunyai kualifikasi pendidikan, kemampuan berfikir, intelejensi, kecepatan serta ketepatan akan berakhir pada relasi dari pembawa lamaran pekerjaan. Meskipun sulit menembus batas dan bukti nyata atas asas “bawaan” yang masih lekang dalam birokrasi kantor atau sejenisnya yang sudah membudaya. Fenomena permainan ini sangat halus sekali bahkan bisa dikatakan sulit dibuktikan hal itu terjadi.


Pemaparan diatas menunjukkan bahwa masih banyak tuntutan serta tahapan lain yang harus dihadapi oleh tenaga kesehatan dalam mencari pekerjaan. Keberuntungan seseorang sangatlah berbeda satu dengan yang lain adakalanya kemampuan intelektual di kampus mengalahkan dari keberuntungan karier menurut Saya adalah rezeki yang tidak terduga dari Allah SWT. Berusaha serta memohon petunjuk terbaik dari-Nya serta bersabar menunggu panggilan adalah proses kehidupan yang harus dijalani sebagai tanda kelemahan manusia yang tidak mempunyai daya serta upayanya.

“Mbah Adem”, Penjual Kue Bandhos di Pasar Doro

Sebuah narasi hidup yang tidak menampakan belas kasihan orang lain, justru memberikan inspirasi makna ketekunan, ketelatenan dan juga kerja keras dalam menjemput rezeki berupa nafkah kepada keluarga.


Seorang laki-laki tua sedang duduk di pinggir  jalan perempatan Pasar Doro Kabupaten Pekalongan menunggu adonan terigu yang sedang dimasaknya.  Mbah Adem beliau sering disebutnya, laki-laki berasal dari kampung Dororejo yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang kue bandhos dengan bahan dasar terigu berserta parutan kelapa. Diusianya yang sudah mencapai 72 tahun beliau masih tetap bersemangat giat bekerja. Perempatan Pasar Doro merupakan tempat strategis aktifitas lalu lalang perekonomian. Baginya spot perempatan tersebut dipilihnya agar kue bandhos dapat mudah dijumpai calon pembelinya.


Menekuni usaha dagang kue bandhos bukan hal sepele atau mudah dilakukan. Tidak hanya bermodal alat dan bahan pembuat kue untuk bisa eksis hingga sekarang. Hal yang paling utama adalah kesabaran, telaten dan semangat berdagang yang tiada hentinya. Sangat mengagumkan pada tahun 1977, Mbah Adem merintis usahanya di sebuah kota di Jawa Timur  yaitu Wonokromo. Pengalaman kerja yang tidak singkat, 38 tahun masih setia berdagang kue bandhos hingga sekarang. Selama kurun waktu bertahun-tahun Mbah Adem bermukim disana, terkadang rasa kangen keluarga pasti ada. Apabila keadaan sudah memungkinkan kembali ke Pekalongan tentunya akan pulang dengan membawa bekal nafkah kepada keluarganya. Faktor usialah yang mengharuskannya beliau pulang kampung dan melanjutkan dagangnya keliling dekat rumahnya.

Mbah Adem berusaha ramah disaat melayani pembeli dan suka bercanda. Meski senyumnya yang tak lagi terlihat giginya, namun kedamaian hidup terpancar dalam raut wajahnya. Serasa hidup dibuat senang meski beban terkadang menghimpit hidupnya. Sebuah prinsip hidup yang memang harus dijalani ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT.


Tersenyum adalah cara Mbah Adem yang tidak ingin terlalu membebani hidupnya. Beliau menekankan prinsip meringankan semua permasalahan, berusaha tersenyum agar penat pikiran dan hati tidak melanda. Ujian hidup berupa waktu luang ataupun sempit, disaat ramai atau sepi pembeli dan pelajaran hidup lainnya, sesuai dengan ucapannya, “Urip kuwi kudu dijalani, gari manut kaleh Gusti Allah”, sebuah saran dari Mbah Adem disela-sela candanya. Meski sangat sederhana dan dikemas dalam suasana bercanda maksud dari perkataan Mbah Adem diantaranya tentang hidup tetap semangat dan terus menyadari agar tetap mematuhi sesuatu yang digariskan oleh Allah SWT.

Saat ditanya tentang libur berdagang, beliau menjawab. “Libur kulo dinten Jemuah, ben biso Jumatan” ucap Mbah Adem sembari meniriskan kue bandhos yang sudah matang. Nuansa religi Mbah Adem tersirat atas penghormatan hari Jum’at sebagai hari raya agamanya. Kegiatan hari Jum’at meskipun tidak berdagang Mbah Adem masih mengurusi ladang kecil dekat rumahnya. Selain itu terkadang beliau masih mengurusi sawah tinggalan orang tuanya. Diusianya yang bisa dikatakan tua, secara fisik tentunya masih mampu dalam batasan ringan. Menghargai waktu baginya sebuah ketelatenan terhadap apapun yang beliau bisa lakukan, selama itu masih mampu.



Orang lain melihatnya Mbah Adem dengan rasa haru yang mendalam atas usia yang tak lagi muda masih tetap mencari nafkah. Namun, itu menjadi kemuliaan baginya karena selama nafas berjalan prinsip hidupnya tak pernah padam. Beliau tidak ingin mengandalkan pemberian dari anak-anaknya. Mengenai harapan, dia hanya pasrah menjalani hidup dan berusaha dalam langkah kaki membawa dua kotak yang berisi kompor masak dan tempat penyajian kue bandhos. Pembeli yang bisa membaca keadaan terkadang akan merasa malu atas semangatnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan barokah hidup kepadanya.


Doro, 26 November 2016

Belum Sempat Jadi Guru

Tentunya hari ini sangat membahagiakan bagi profesi seorang guru. Berbagai ucapan kata selamat atas hari jadi terus mengalir dari berbagai kalangan masyarakat. Bagi masyarakat sampai saat ini masih melekat sebutan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa".

Predikat pahlawan masih tersirat dari sebutan penduduk desa dengan menyebut profesi guru sebagai subyek panggilan.

Acap kali Saya menjumpai sapaan polos dari wali murid yang kebetulan bertemu di warung dengan seorang guru, "Ngucali sarapan....Pak Guru?",ujar seorang separuh baya dengan gaya pakaian ala penduduk desa.

Meski wali murid ini usianya lebih tua terkesan ada rasa begitu hormat mendalam kepada profesi seorang guru. Sifat penghormatan ini melekat bagi guru karena penduduk desa menyadari kekurangan mereka kemudian, menitipkan anak-anaknya untuk di berikan pendidikan yang kelak menjadi manusia berguna.

Saya memang sempat "kepincut" dengan profesi mulia ini. Sebuah latar belakang seorang teristimewa yaitu ibu kandung Saya sendiri yang mempunyai profesi sebagai guru. Bisa jadi keadaan ini menjadi motivasi untuk meniru, bahkan akan lebih mudah belajar privat kepada beliau mengenai teknik mendidik, mengasuh, atau menguasai kepribadian siswa.

Pada akhirnya Saya pun harus berdamai dengan keadaan. Damai tersebut menjadikan Saya menyadari bahwa menikmati hidup itu akan lebih indah. Saat itu pula Allah SWT menempatkan kedamaian menjadi profesi lain yang bagi Saya menuntut untuk tiap hari belajar melayani orang lain.
Ternyata memberikan pendidikan kepada orang lain tidaklah mudah. Pada prinsipnya mendidik itu bukan menjadi lebih pandai. Akan tetapi merubah tatanan kepribadian lebih baik dari sebelum dididik. Pola kecerdasan atau kepandaian banyak sekali faktor yang melatar belakanginya. Menanamkan rasa kesungguhan dalam bidang apapun insyaAllah akan menuai hasil yang tentunya itu bukan ranahnya manusia, untuk menentukan.

Meski keinginan menjadi profesi guru itu, dulu pernah ada saat ini Saya masih memberikan rasa hormat kepada jasa-jasa beliau terutama ibu Saya sendiri.


Selamat Hari Guru, 25 November 2016

Thursday, 24 November 2016

“Ngangkring Bareng” MTB Pekalongan

Hobi bersepeda tidak bisa lepas namanya dengan sebuah jalinan komunitas dengan penghobi yang sama. Komunitas sepeda gunung Pekalongan  atau yang sering disebut MTB Pekalongan pada hari Kamis (24/11) malam kemaren mengadakan acara kumpul bersama di Angkringan BRD Pringrejo Pekalongan. Acara tersebut berlangsung mulai pukul 20.00 WIB dan dihadiri oleh goweser (sebutan penghobi sepeda.red) yang berdomisi dari Pekalongan dan sekitaranya.



Istilah “Ngangkring Bareng”  memberikan makna tersendiri bahwa tempat yang paling cocok untuk sekedar ngobrol  santai dipelataran warung angkringan. Adapun menu istimewa yang disuguhkan konon mempunyai ciri khas wedhang jahe yang sangat menyatu menghangatkan suasana.

Meski acara yang sama sudah berjalan tiap minggunya oleh sebagian pengurus MTB Pekalongan kali ini ada yang lebih menarik dengan tambahan anggota lain yang belum sempat  mengenali satu dengan yang lainnya. “Acara ini udah tiap minggu berjalan kok mas tapi hanya gowes itu-itu (yang aktif) saja ”, ungkap Burhan salah satu admin grup MTB Pekalongan. Memang sangat diperlukan keberlangsungan acara kopdar agar perkenalan tidak sebatas dunia maya dan tujuan utamanya agar bisa menjalin silaturahmi pertemanan lebih baik.

Agenda pertemuan kali ini membahas tentang keberlangsungan acara “Nangkring Bareng” MTB Pekalongan untuk ditetapkan menjadi agenda bulanan yang dilaksanakan pada malam jumat pada minggu pertama. Hasil kesepakatan tersebut mendapatkan persetujuan dari Afed, koordinator lapangan MTB Pekalongan, “Oke ndak papa jadi untuk pertemuan rutin diambil malam jumat minggu pertama di tiap bulannya”, tegas Afed pada pertemuan malam tersebut.

Untuk agenda pertemuan bulan selanjutnya akan di update melalui grup MTB Pekalongan. Mengenai tujuan pertemuan masih sebagai sarana komunikasi antar goweser saling mengenal satu sama lain. Meski tidak bisa melakukan kegiatan gowes pada waktu yang sama, minimal ada ajang acara pertemuan yang digagas dalam tiap bulannya. Acara “Nangkring Bareng” menjadi sarana istimewa merekatkan persaudaaan. Siapapun anggota goweser yang masuk grup sejatinya mereka adalah saudara, s baik dalam satu hobi yang sama mereka disatukan sebagai masyarakat Pekalongan dan sekitaranya pada umumnya.


Tuesday, 22 November 2016

“Kulo Sinau Kaleh Sampeyan, Mas!”

Judul dari berbahasa Jawa, Apabila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebihnya “Saya belajar sesuatu dari Anda”. Penggunaan judul benggunakan Bahasa Jawa bertujuan agar penyatuan ruh antara gambar isi yang akan disampikan lebih terasa.


Terlihat seorang pemuda pengendara (kusir) andong (alat transportasi yogyakarta) yang mengenakan tutup kepala yang berupa blangkon dan baju yang dikenakan berkerah shanghai  dengan empat saku pada bagian depan. Pemandangan ini diambil dari komplek sekitaran Jalan Malioboro Yogyakarta.

Dari jarak 15 meter foto tersebut Saya ambil, dari durasi lama pengambilan kurang lebih 5 menit. Pemilihan pose yang tepat membuat kepuasan secara pribadi, selain itu pengambilan spot agar bisa memberikan manfaat terutama bagi Saya agar bisa mengambil kebaikan dari obyek tersebut.

Suasana jalanan masih lengang memang dari sekian obyek yang paling menarik adalah beliau pemuda yang menginspirasi Saya menyambut pagi di Yogyakarta. Saya tidak menyempatkan membuka sedikit obrolan, serasa kurang pantas akan hal itu bisa mengganggu kegiatan persiapan mulai mengkondisikan dokar untuk bekerja.  

Mata pemuda ini begitu tajam tertuju pada bagian badan dokar kemudian membersihkan debu yang menempel pada bagian-bagiannya. Waktu luang pagi itu memang benar-benar dia habiskan, sebagai kegiatan persiapan yang menurut Saya dia tipikal pemuda bersungguh-sungguh dalam pekerjaan. Bunyi peluit Pak Polisi di jalan seberang bak sebagai menjadi suara latar sabagai tanda pengatur lalu lintas jalan dan dia sadari sebagai unsur didalamnya.


Ibarat sebuah sistem dia menjalankan sesuatu menurut protap tanpa harus ada selembaran kertas disisi kemudi dan dia bertindak sebagai mana mestinya sebuah aturan. Penilaian tersebut Saya ambil tatkala pemuda ini mengecek komponen bagian bawah dokar yang secara bagian Saya sendiri kurang begitu jelas karena memang jaraknya cukup jauh darinya. Asumsi Saya pada bagian belakang dokar terdapat bagian berupa stok makanan kuda dan berbagai komponen penggerak bagian as roda. Sepertinya Saya terus tertegun hampir saja kehilangan spot foto di momen terbaik itu.

Masih belum tersadar kamera disaat dia kembali berdiri kemudian membersihkan lampu dokar berbahan logam kuningan disebelah kiri badan dokar.  Nilai estetika seni dokar salah satunya dari keunikan lampu penerangan meski secara fungsi akan digunakan pada malam hari, tak luput diperhatikan kebersihannya oleh pemuda ini. Semakin jelas etikad kesungguhannya bekerja.


Meski tidak sempat menggali lebih dalam tentang identitas ataupun informasi lainnya terasa Saya sudah menemukan kebaikan yang tentunya membuat Saya berdecak kagum dibuatnya. Meskipun tergolong masih muda mempunyai tanggung jawab baik secara elektabilitas maupun kapasitas sebagai kusir yang patut dicontoh keberadaannya. Menjalankan aktifitas bekerja di jalan raya sudah standby jam 06.20, tentunya sebelum jam tersebut banyak sekali aktifias yang harus dijalankan. Selain mempersiapkan kebersihan bagi dirinya, dia juga harus mempersiapkan kuda dari kandangnya dari membersihkan kandang hingga memberi makan. Tentunya waktu tersebut tidaklah singkat dan apabila dia terlambat bangun tidur pastinya akan mempengaruhi kualitas pekerjaannya.

Tanggung jawab atas pekerjaan, termasuk mengenai persiapan sebelum bekerja mulai diusahakan, secara detail mengenai masalah keselamatan bagi penumpang serta kebersihan menjadi prioritas utama. Secara prosedural kebiasaan dia sudah berusaha melakukan, terlebih secara tertulis mungkin tidak ada protapnya, namun secara praktek dia konsisten terhadap hal-hal yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan. Sangat patut ditiru bukan banyaknya peraturan yang dikedapankan melainkan kebiasaan yang sesuai aturan yang berusaha dia lakukan.

Monday, 21 November 2016

Pe-Nulis Pesan Politik

Era digitalisasi informasi sekarang yang Saya ketahui ada 2 penulis kontemporer dari masing-masing kubu politik turut menghiasi pembenaran opini-opini masyarakat.

Posisi rating "bagikan" di time line mereka kemungkinan bisa mengalahkan dari postingan motivator nasional yang tiap harinya mempunyai followers yang cukup banyak.

Masyarakat pun masih mudah tersuasana keadaan dengan turut memberikan opini dasar mereka. Maka penulis kontemporer ini mulai bekerja dengan cukup lihai dalam mengkondisikan asumsi publik bahkan bisa memutar balikkan fakta yang terjadi.

Secara beban mendekati pilpres ataupun pilkada tugasnya mereka lebih banyak menuangkan bahasan politiknya. Melalui penggiringan karya tulisan di berbagai media elekronik yang mudah diakses serta dibagikan semua pihak.

Mereka tidak tanggung-tanggung mempunyai data-data penelitian yang secara kevaliditasanya masyarakat begitu cepat mempercayainya.

Ya...penelitian kita masih tergantung dengan siapa yang memesan dan masih mengandalkan hasil material yang bisa menguntungkan pihak peneliti.

Merujuk dari penelitian tersebut bagi masyarakat awam sangat begitu mempercayainya.

Maklumlah, pendidikan kita masih tergantung teoritikal. Meneliti tentang hubungan makan dan keringat sangat susah dilakukan oleh setara SMA. Apalagi mengenai korelasi politik dengan isu SARA yang akan diangkat oleh strata 1 sarjana mungkin 2 semester masih masuk proposal. Sedangkan esensi istilah SARA pun mereka belum tahu sebenarnya.

Maka apapun yang dibicarakan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan beragumen dasar maka sudah pasti diakui keabsahannya. Meskipun kemurnian kevaliditasannya masih dipertanyakan siapa pemesannya?


Yaa..memang era sekarang semua harus banyak belajar yang lebih giat. Paling urgent belajar untuk mengkondisikan kedamaian minimal di ruang lingkup halaman akun media sosial kita.

Semoga!

Friday, 18 November 2016

Politikus Facebook Mendekati Masa Kampanye

Jejaring media sosial seperti facebook hampir dimiliki oleh setiap masyarakat di era digitalisasi komunikasi. Menurut data HarianTI.com pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut 95% nya digunakan untuk mengakses jejaring sosial. Beragam fitur mengenai fasilitas dari facebook data postingan berupa pemikiran, foto, video hingga tautan dengan sumber berita dimanfaatkan sebagai ajakan positif ataupun bisa berpotensi menggiring khalayak menilai sebuah peristiwa yang masih hangat terjadi. Kolom komentar sebagai cara untuk memancing tanggapan atas berita atau informasi sehingga setiap pemilik akun mempunyai pandangan subyektifitas masing-masing. Sangatlah mungkin, mereka menanggapinya menurut kacamata yang mereka pakai dan kebenarannya masih patut dipertanyakan.



Memasuki percaturan politik di Indonesia tak ubahnya memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye. Masih ingat peristiwa mendekati Pilpres tahun kemarin banyak sekali informasi saling sahut menyahut berlomba memperoleh penilaian dari masyarakat. Tujuan utamanya meraih simpati dari masyarakat agar nantinya bisa menjadi pasangan terpilih. Tim sukses memegang peranan penting selain memberikan strategi turun langsung di lapangan melainkan juga membuat program kampanye melalu media sosial. Facebook salah satunya fanspage didalam jejaring sosial yang wajib dimiliki, alasan yang mungkin karena sebagian orang telah mempunyai akun yang terus diaksesnya. Wadah tersebut selalu diisi perkembangan kegiatan kandidatnya yang diusungnya kemudian berlomba-lomba menghimpun dukungan masyarakat sebanyak-banyaknya.

Setiap postingan yang diunggah mendapat apresiasi dari masyarakat yang sudah menjadi anggota fanspage. Tanggapan berupa rasa suka terus membanjiri postingan  dengan semakin bertambahnya jumlah “like” di pojok kiri postingan.  Selain itu pada kolom komentar dapat dijadikan sebagai ruang untuk beropini dengan kegiatan tersebut. Terasa masih dini dengan pencapaian tanggapan dari anggota fanspage , pada pojok kanan postingan terdapat fasilitas untuk membagikan kepada khalayak lain yang masih belum bergabung.

Tidak menjadi masalah facebook dijadikan sarana berkampanye asal mempunyai prinsip bukan saling menjatuhkan, setidaknya mereka mempunyai program-program tersendiri yang diunggulkan. Setiap detik tanggapan bergulir pembagian informasi dalam hitungan detik dibagi oleh ratusan orang. Dari tiap orang tersebut mempunyai 1000 pertemanan, apabila 50 % jumlah orang yang membaca berita tersebut maka semakin banyak pula yang meyakini keakuratan berita, meskipun masih ada yang ragu meyakininya.

Kompetisi saling mengunggulkan diantara kandidat menyebabkan rasa fanatik yang berlebihan. Anggoota fanspage terus beradu argumen meyakinkan kebenaran yang terjadi kepada masyarakat lainnya.  Hal ini terkadang sangat berbeda dengan kandidat oposisi dengan memberikan kampanye hitam melalui steatment yang memunculkan kontroversi bahkan bisa menjadi bumerang bagi kelangsungan karier partai pengusungnya. Para anggota fanspage yang mendukung dan secara sengaja terus menerus membagikan kegiatan kandidatnya,  Saya memberi julukan nama sebagai Politikus Facebook. Secara garis besar dia tidak mempunyai latar belakang ilmu yang mumpuni sebagai aktor intelektual politik. Sumber data yang dia bagi kepada khalayak hanya mengekor dari pertemanan lainnya yang kebetulan mempunyai pendapat yang sama. Keadaan tersebut tidak mengajarkan masyarakat berfikir jernih dalam menerima informasi. Bisa dikatakan demokrasi di Indonesia sudah begitu bebasnya berbicara, menghasud, berprasangka mengandung unsur fitnah yang luar biasa dampaknya.

Semoga kelak para Politikus Facebook ini terus berkurang jumlahnya, minimal dari diri kita terus bertindak sebagai aktor independen dalam menyikapi informasi yang beredar.

Wednesday, 16 November 2016

Masalah Sebagian Besar Siswa SMA (Pendekatan Lokal)

Luangkan sejenak waktu yang sudah diberikan dengan menatap wajah-wajah remaja SMA dengan senyum yang semestinya harus diarahkan termasuk orang-orang terdekat mereka.
foto : google


Sewajarnya Sekolah Menengah Atas pendidikan lanjutan dengan berbagai disiplin ilmu yang diberikan melalui sebuah kurikulum pendikan dengan mencanangkan ilmu secara mendasar sebagai pengetahuan bukan ilmu aplikatif kejuruan. Secara teknik asupan pemberian ilmu ini tidak jauh beda, dengan yang dipelajari pada tingkatan sebelumnya yaitu Sekolah Menengah Pertama. Pemberian materi, diskusi, pemberian tugas tulis, praktek dan meliputi evaluasi termasuk ujian yang diselenggarakan tiap semesternya.

Banyak sekali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakter pelajar, kondisi lingkungan, sosial, ekonomi dan motivasi  baik disaat masuk hingga keluar dari bangku SMA. Kondisi lingkungan pelajar di kota besar sangat berbeda sekali dengan lingkungan didaerah meskipun masih dalam pulau Jawa. Kebiasaan hubungan sosial baik menyangkut tata krama, strata pada umumnya, serta pengangkatan norma masyarakat setempat erat kaitannya terhadap atitude kebiasaan pelajar.

Dilingkungan SMA daerah masih menjunjung tinggi norma kewajaran tata krama misalnya disaat pertama masuk pintu gerbang harus bersalaman dengan Bapak gurunya. Hal ini menjadi pilihan kedua atau bahkan ditiadakan mengenai kebiasaan yang terjadi dilingkungan sekolah kota besar. Mungkin karena alasan banyak kemacetan sehingga Bapak gurunya juga bisa sama-sama terjebak dalam perjalanan sehingga semuanya belum bisa dilakukan.

Faktor ekonomi menyangkut kemampuan finansial baik sebagai biaya utama pendidikan maupun alat penunjang. Orang tua dari pelajar di daerah masih mempertimbangkan banyak hal disetiap pengeluaran finansial yang menyangkut pendidikan meskipun tidak semua orang tua melakukan hal demikian. Sedangkan mayoritas orang tua di perkotaan sudah menyadari pentingnya pendidikan dengan orientasi masa depan kelak anaknya.

Secara garis besar permasalah pelajar SMA di daerah dan di perkotaan hampir sama yaitu kenakalan remaja, buta  harapan masa depan dan perhatian dari orang terdekatnya.
1.     Kenakalan Remaja
Sudah menjadi kodratnya rasa ingin tahu remaja begitu tinggi terhadap segala disekitarnya dan cenderung mencontoh figur idola. Dua sifat tersebut akan berubah menjadi kegiatan posisif apabila disalurkan kepada hal yang yang positif dan mereka belum mengetahui sesuatu yang harus diperbuatnya. Sesuatu yang sudah menjadi wajar sebagaimana sifat tersebut akan tidak tepat dalam menyalurkan kegiatannya akan berubah menjadi momok yang disebut kenakalan remaja.  

Sudah menjadi tanggung jawab bersama mengenai koordinasi lingkungan sekolah dan lingkungan rumah senantiasa menciptkan kegiatan positif yang bisa membangun karakteristik pribadi seperti melatih kepemimpinan, ekstrakulikuler, dan kegiatan lainnya rasa ingin tahu tersebut menjadi tersalurkan dari pemaparan teknik dari masing-masing kegiatan. Tentunya pengawasan secara berkesinambungan masih dirasa sangat perlu agar penyimpangan yang terjadi dapat diminimalisir.

Hal demikian sudah dilakukan oleh sekolah ditambah lagi kegiatan tersebut sangat banyak yang sekiranya sesuai dengan minat masing-masing pelajar. Sekolah hanya bisa mengakomodir penggiringan kegiatan positif dalam kelompok dan hanya bisa memberi pengawasan pelajar jika benar-benar terjadi arah perbuatan yang menyimpang melalui Bimbingan Penyuluhan.

2.     Sering berbeda pendapat dengan orang tua
Kematangan cara berfikir masa remaja merupakan peralihan secara pengakuan ingin menjadi manusia yang lebih dewasa. Namun, kematangan tersebut masih berproses sehingga sifat kekanak-kanakan masih saja melekat meski tanpa mereka sadari. Diantara perbedaan pendapat misalkan antara seorang anak dan bapak seharusnya ibu menjadi penengah didalamnya.  Meskipun secara logika pendapat ibu lebih membenarkan pendapat bapak, dalam keadaan mendesak boleh berpura-pura sedikit memberikan pembelaan kepada anak, meski diwaktu yang berbeda akan tetap menjelaskan sisi kebaikan pendapat dari seorang ayah kepada anaknya.

Langkah begitu sepele namun berdampak lebih nyaman dirasakan seorang anak, pendapatnya tidak merasa terpojokkan dalam sebuah adu argumen. Dengan cara tersebut juga bisa meredam aksi nekat keluar rumah alias kabur beberapa hari meninggalkan rumah karena dianggapnya melakukan hal yang serba salah.

3.     Ingin serba instan dalam segala hal
Dizaman yang serba digitalisasi, efisien, praktis dan ekonomis. Merubah cara berfikir mendapatkan sesuatu dengan kata segera tanpa melalui proses perjalanan.  Terasa angan mereka masuk dalam sinetron malam hari dengan mudahnya mendapatkan fasilitas seperti kendaraan atau alat penunjang lainnya. Suatu faslitas yang bisa memudahkan jalan seseorang, maka sifat kreatifitasnya  akan hilang satu poin dan rasa perjuangan akan tumpul minimal satu langkah. Ibarat tersebut mengartikan bahwa tidak selamanya rasa susah tanpa fasilitas memadahi akan berubah menjadi keburukan ataupun kesialan. Dibalik sesuatu yang dijalani dengan penuh cara akan membuat anak lebih memikirkan segala sesuatunya dengan belajar mengatasi masalahya. Selain itu memorinya akan menyimpan secara permanen mengenai perjuangan mendapatkan sesuatu tak semudah membalikkan tangan.

Diantara kemudahan fasilitas yang didapatkan oleh anak, akan menjadi bumerang dengan menurunnya daya kreatifitas pemecahan masalah dan sisi perjuangan dalam mendapatkan sesuatu hal. Orang-orang yang sukses terbentuk bukan dari fasilitas  penunjang yang begitu lengkap melainkan kesungguhan meningkatkan kreatifitas memcahkan masalah kehidupannya.

4.     Bingung langkah setelah lulus SMA
Rasa senasib sepenanggungan akan dirasakan sewaktu bersama-sama di bangku sekolah, namun itu hanya sementara. Predikat sahabat  bagi remaja yang mengedepankan perasaan jiwa sehidup semati memang sangat lekang dimiliki olehnya. Padahal sesuatu tersebut justru tidak ia sadari bahwa semuanya akan segera berakhir yangg berganti dengan mencari kesibukan setelah lulus SMA.

Meskipun sama-sama bingung setelah lulus SMA, pelajar yang sudah disiapkan melanjutkan ke jenjang berikutnya akan lebih ringan dibanding dengan mereka yang tidak ada harapan melanjutkan kembali pendidikannya karena masalah finansial atau bahkan karena tidak ada rasa ketertarikan sama sekali terhadap pendidikan.

Satu persatu bahasan kita urai, pendidikan di negara kita masih mempertimbangkan esensi hasil akhir setelah menempuh pendidikan yaitu mengenai pekerjaan.  Bagi orang tua yang telah mempunyai rencana terhadap keinginan anaknya sudah seperti menemukan jalan tinggal kualitas berkesinambungan baik komunikasi dan motivasi antara anak dan orang tua memasuki jalan tersebut. Permasalahan lain meski orang tua secara finasial berpredikat mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya, keadaan anak masih belum bisa menentukan pilihan jurusan yang diminatinya. Tak jarang dari berbagai mahasiswa mengalami salah jurusan disaat yang dia tuju tidak sesuai dengan kemampuannya atau malah tidak respon rasa ketertarikannya mempelajari lebih dalam.

Kebingungan teramat dalam bagi pelajar SMA yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya karena alasan finansial. Saya batasi cakupannya, disini hanya ketidaksanggupan sisi finansial, memang biaya pendidikan perguruan tinggi tidak semurah yang dibayangkan. Coba ditengok sisi positif lain yang dimiliki oleh pelajar disaat sisi lemah menjadi batu penghalang langkahnya. Tentunya pihak sekolah SMA bisa memfilter dan mencari jalan keluar bagi pelajar dengan keterbatasan satu sisi finansial namun mempunyai sisi ceme rlang dari prestasi yang dicapainya. Saya beru ‘ngeh ternyata ada program pemerintah melalui pihak SMA yang mengusulkan beberapa pelajar yang berprestasi dengan keterbatasan biaya perkuliahan. Disini peran sekolah sangat vital dalam menolong nasib pelajar yang masih ingin bermimpi atas cita-citanya.

Lalu bagaimana dengan mereka para pelajar SMA yang tidak sanggup melanjutkan kuliah karena keterbatasan finansial dan prestasi nilai?

Jawaban untuk mereka tetap berusaha menjadi orang baik dengan belajar terus menerus tentang kejujuran. Tidak ada penyesalan tentang kompetensi kejuruan. Memang sekolah tidak patut disalahkan karena disana bukan mendidik pelajar kejuruan satu bidang. Lantas tetap berusaha  mencari sesuatu yang bisa dijadikan kegiatan misalkan ketrampilan dari dinas tenaga setempat dengan memberikan kursus cuma-cuma kepada pencari kerja. Membuka wawasan pergaulan, meski terkadang harus mau menerima sebuah pekerjaan yang dianggap tidak ada nilainya secara materi, namun tetap terus melakukan yan terbaik sebagai proses kehidupan.


Gambaran tersebut cerminan senyum remaja-remaja kita, penerus masa depan Indonesia. Bimbinglah selagi kita bisa meski hanya sebatas rasa keprihatinan terhadap kelakuan yang mereka lakukan  atau akan lebih baik mendoakan agar Allah SWT memberikan jalan terbaik, mencerahkan rasa hati dan pikirannya mengenai tujuan hidup manusia sebenarnya.

Wedhang Uwuh

Merupakan minuman khas Yogyakarta yang terdiri dari berbagai rempah-rempah diantaranya jahe, kayu manis, kayu secang, cengkeh, pala, daun teh hijau, daun sirsak dan daun sereh.

Cita rasa khas minuman pedas dan harum melekat diantara uap saat setelah disajikan dalam bentuk minuman hangat. Selain sangat cocok sebagai penghangat tubuh, minuman ini mempunyai nilai pelestarian budaya. Konon di zaman keraajaan wedhang uwuh sering disajikan di istana kerajaan.

Kata uwuh berarti "sampah", percampuran dari berbagai rempah menjadi satu minuman. Secara bentuk memang banyak sekali ragamnya. Dari mulai akar, batang, daun semua melebur memberi manfaatnya.

Dari sini dapat di urai mengenai penggunaan kata sampah yang mengalami penurunan nilai berkonotasi negatif. Makna sampah akan hilang bagi mereka yang mengetahui cara memperlakukannya.

Budaya jawa sangat menghormati sampah karena tidak ada satupun yang tidak berguna dan Dia sebaik-baiknya Pencipta.



Tuesday, 15 November 2016

Pesan Senja Penjaja Sop Buah

Senja mulai usai lalu malam akan datang, langkah pemuda menuju gerobak penjaja sop buah di tepi jalan. Sapaan ramah terucap dari mas-mas penjaja dengan postur agak tinggi sembari meracik takaran buah ke dalam makok bercorak putih kemudian ia dihidangkan, meski tergolong masih baru berdagang yaitu Anggar anak pertama Dharma.
foto : okezone google

Masih terdengar lirih suara salam dari jamaah di masjid tepat dibagian utara jalan, adzan magrib masih terasa baru berkumandang. Meski dipinggir jalan sembari menikmati segarnya buah kedamaian suasana pinggiran kota menyejukkan jiwa, masih ada sesuatu yang berusaha memakmurkan masjid yang semakin hari dihiasi kaum senja.

Segarnya buah melupakan obrolan kecil antara pemuda dan Anggar suasana hening diantara keduanya. Mudah ditebak memang, sudah tak dielakkan makanan kesukaan jika sudah ada di depan mata tiada nikmat lagi yang harus ia dustakan, Subhanallah Wal Khamdulillah. Namun suasana terpecahkan disaat kata-kata terlontar dari mulut Anggar dengan pertanyaan “Mas sudah nikah apa belum?”.

Irisan melon dan pepaya langsung berhenti nyangkut di kerongkongan. Sejenak pemuda harus menghentikan menjawab pertanyaan tersebut. “Saya masih sendiri mas”, tak kalah menariknya pertanyaan itu lalu pemuda tersebut membalikkan pertanyaan kepadanya.

Mungkin karena sudah mendengar jawaban dari pemuda terlebih dahulu, dengan tanpa malu-malu Anggar memberikan jawaban serupa. Wajah Anggar terlalu sumringah tatkala ada usia sebayanya yang mempunyai nasib sama. Sedikit nya pemuda itu memberikan pengalaman atas kegagalan mengenai rencana besar yang dinamakan pernikahan. Angger meresponnya bahwa atas dasar cinta permasalahan diantara laki-laki dan perempuan menjadi tanggung jawab mereka. Keabsahan orang tua terletak pada doa  yang terus dipanjatkan untuk kebahagiaan anak-anaknya. Terasa begitu arogan disaat orang tua terlalu memaksakan perasaan anaknya tatkala perasaan telah menguasai segala nalar dan logika.

Sop buah sudah berkurang setengah mangkok kemudian pemuda itu terseyum kecil atas segala respon yang Anggar lontarkan, memang terasa belajar menghargai orang lebih penting dari membenarkan ucapan kita kepada orang lain.


Ada satu sisi kebenaran tatkala perubahan status menjadi suami sudah keluar dari mulut laki-laki berarti tanggung jawab sepenuhnya atas pemimpin keluarga. Orang tua memberikan doa baik berupa restu memang begitu selayaknya. Lantas pemuda tersebut berprinsip yaitu merelakan mempunyai menantu jika sudah mempunyai kemampuan usaha agama paling tidak ada ingin rasa belajar memperbaiki agamanya sangat jarang ditemui dimasa sekarang. Terasa masih belum cukup tenang belum adanya bonus-bonus lain yang sekiranya bisa membuat untung minimal bagi anaknya.  Dunia telah merubah asumsi-asumsi kejernihan menilai permasalahan yang substansi. Anggar mulai memahami penekanan campur tangan orang tua atas penjelasan dari Pemuda itu bahwa ada perubahan paradigma keduniaan diantara substansi yang seharusnya menjadi modal utamanya.


Hanya ucapan sabar dan terus berusaha sabagai yang diucapkan pemuda tersebut kemudian berlalu meninggalkan Anggar sembari mengucapkan terima kasih atas sop buah yang membuat segar pikirannya.