Mendengar kata kol dalam bahasa Indonesia berati sayuran hijau yang selalu
dimanfaatkan sebagai bahan masakan atau dikonsusmsi mentah sebagai lalapan.
Namun, istilah “kol”di masyarakat
Pekalongan tentunya mempunyai arti beda dalam bentuk fisik maupun fungsinya.
Sebutan “kol” dipakai sebagai istilah
angkutan kota yang bagi masyarakat sudah mulai berkembang di tahun 80-an
keatas. Sumber tersebut berasal dari salah satu warga Pekalongan yang dahulu
sering menggunakannya.
Konon disaat “kol” menjadi alat transportasi utama berbentuk mobil bak terbuka di
bagian belakang diberi gerbong kemudian bagian dalamnya terdapat tempat duduk yang
saling berhadapan. Kondisi tersebut memudahkan penumpang disaat naik melalui
belakang. Posisi tersebut lebih banyak memberikan ruang longgar sebagai akses
penempatan barang. Penggunaan mobil bak terbuka lebih menguntungkan dengan
semakin lebar bentuk bak dapat memberikan ruang semakin luas.
Pada sekitaran tahun 90-an pengguna “kol” banyak bahkan sebagai alat transportasi
utama masyarakat dari desa ke pusat kota. Bentuk “kol” sudah mengalami
pembaruan seperti bentuk pintu penumpang bergeser disamping mobil dan bentuk
lain yang lebih menunjukkan spesifikasi mobil angkutan. Biasnya warna “kol” dibedakan sesuai dengan trayek jurusan. Seiring
perkembangannya pada kurun waktu hampir 10 tahun ada kompetitor lain angkutan
baru berbentuk minibus yang sering disebut bis tuyul. Memang aneh sebutan
tersebut suatu saat nanti Saya akan membahas lebih lanjut.
Memasuki tahun 2000 perkembangan
bidang otomotif sangat pesat, khususnya roda dua menggeser peran
angkutan kota. Waktu operasi “kol” lebih singkat dari sebelumnya yaitu jam 05.00
hingga jam 21.00 berkurang dari jam 05.00 hingga jam 17.00 waktu Pekalongan setempat. Hal ini sangat
berkorelasi dengan penurunan pendapatan bahkan terancam gulung tikar khususnya
bagi pengusaha angkutan kota maupun sopir angkotan sebagai mitra kerjanya.
Saya lebih penasaran asal muasal
sebutan “kol” untuk model transportasi ini. Saya belum menemukan penggalian
data secara obsevasi sejarah penamaan “kol”
kepada warga masyararakat Pekalongan. Bahkan
salah satu teman Saya malah menyuruh untuk menelusuri lebih lanjut sejarah nama
tersebut. Mungkin diluar sana tetap ada yang bisa mengetahui jawaban secara
detailnya mengenai sejarah angkutan kota di Pekalongan.
Menurut opini Saya, mengenai sejarah
penamaan “kol” berawal dari sebutan
sebuah merek mobil dari angkutan kota tersebut. Merek mobil angkutan kota
dimulai dari perusahaan otomotif Mitsubishi dengan penamaan model mobil bak
terbuka yang disebut “Colt”. Saking
banyaknya model mobil “Colt”
dijadikan angkutan kota masyarakat
Pekalongan mengidentikan penamaan alat transportasi tersebut. Meskipun pada
akhir tahun 2000 produsen otomotif Suzuki mengeluarkan model dengan sebutan “Futura” dan juga dijadikan angkutan
kota, masyarakat Pekalongan masih saja menyebutnya dengan sebutan “kol”.
Masyarakat Jawa dengan kearifan
kejujuran akan lebih mengungkapkan sesuatu yang dilihatnya. Khususnya Pekalongan
yang masih memudahkan penamaan apapun
termasuk penamaan angkutan kota yang menjadi kebanggaan mereka. Semoga
catatan lain bisa memberi pencerahan lain yang lebih spesifik dari sumber
maupun pembahasan yang lebih mendalam. Istilah “kol” menjadi sebutan kejujuran bagi masyarakat Pekalongan.
ya saya baru saja kehilangan kuato 10gb lebih gi mana ni solusi ya
ReplyDeleteBukan hanya di Pekalongan saja, di Purwokerto, Banyumas juga menggunakan istilah kol untuk menyebut angkutan kota
ReplyDeleteSama sama istilahnya ternyata ya mas
Delete