Desir angin dari arah utara
menggerakkan daun kecil di depan teras rumah. Mentari enggan menampakkan
sinarnya meskipun waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB masih terasa mendung. Hari
ke-dua teman Saya Dodok yang konon jika dilihat selintas mirip orang timur
(baca: papua) padahal asli dari Salaman Kabupaten Magelang. Pagi ini telah
memulai aktifitasnya disaat berlibur di Pekalongan. Sesuai dengan plannig semalam, bahwa dia berencana
gowes tipisan di sekitaran Wiradesa. Entah wangsit atau sekedar coba-coba hobi
baru yaitu bersepeda.
Berbekal 2 sepeda jenis Moutain Bike (MTB) aktifitas gowes
dimulai keluar dari rumah menuju jalan raya pantura. Meski area pegunungan
terlalu jauh, alternatif area sepeda di pilih agar medan tetap memiliki jalur
tanah atau sering disebut single track. Di
daerah Wiradesa Kabupaten Pekalongan terdapat jalur tanah sepanjang 2 kilometer
yaitu di bantaran Sungai Sipait Kecamatan Siwalan. Tentunya jalur tersebut
menjadi destinasi utama agar habitat sepeda tidak begitu keluar dari jalurnya.
Pertigaan jalan Sipait menjadi akhir
dari jalur pantura lalu kemudian memasuki jalur single track. Memasuki area terlihat bangunan jembatan sungai yang
sepertinya masih baru dibangun. Tumpukan bekas timbunan proyek menjadi
pemandangan jika melewatinya. Turunan khas dari bahu jalan raya menuju peralihan
jalan tanah menjadi tanda dimulai jalur utama bersepeda. Semak belukar berupa
tanaman ilalang adalah ciri khas single
track. Sebelah kanan atau bahu sungai terdapat kebun tanaman melati sebagai
komoditas petani setempat, sedangkan sebelah kiri merupakan rumah penduduk
sekitaran Sungai Sipait.
Aktifitas masyarakat disekitaran jalur
single track adalah memanen melati.
Tampaknya kesibukan mereka terlihat disepanjang sungai. Sinar mentari
terus menyinari dibalik pepohonan diantara sisi bantaran. Liku jalanan diatas
tanah membuat aksen handling sepeda mengasyikkan ditambah lagi
permukaan tanah adakalanya naik kemudian turun seakan menambah variasi medan
yang disuguhkan. Jalur ini merupakan jenis crosscountry
(XC) dalam dunia sepeda.
Mendekati titik akhir dari single track hamparan kebun tanaman
sengon milik masyarakat terhampar beberapa meter menambah rindangnya suasana
pagi. Kawasan jalanan beraspal pun mulai tampak, serasa masih ingin lagi
menambah jarak bersepeda. Selanjutnya destinasi akhir yaitu Pantai Depok yang
letaknya 4 kilometer dari kawasan jalur single
track. Akhirnya kami pun kesana dengan perjalanan kurang lebih 45 menit.
Sesampainya di kawasan pantai, sudah
terlihat hamparan pantai khas pantura. Pohon kelapa memang banyak terdapat di
pinggiran pantai. Tapi kami memilih ke arah timur menuju penyeberangan perahu
menuju Desa Wonokerto. Jarak dari pintu gerbang wisata Pantai Depok kurang
lebih 2 kilometer melewati perkebunan
melati dan rumah penduduk setempat. Jalur penyeberangan ini merupakan
penghubung antara daerah timur dengan barat sungai. Dengan merogoh kocek
sebesar Rp. 1500 tiap penumpang bisa menyeberang menuju Desa Wonokerto. Sangat
lebih dekat dengan rumah tentunya tidak harus memutar balik arah.
Gowes kali ini menempuk jarak hampir
40 km melewati jalur aspal, single track,
dan pesisir pantura. Jalur ini memang dipilih agar bisa mendekatkan teman Saya
Dodok kepada pantai yang jarang sekali dijumpai. Dataran tinggi daerah Salaman
sebagai tempat tinggalnya sangat sering disinggahi maka sangat ideal jika gowesnya
kali ini turun ke pantai sekaligus bisa menikmmati eksotisnya pemandangan
pantai utara. Tentunya kedatangan orang Salaman menjadi kebanggan bagi keluarga.
No comments:
Post a Comment