Friday, 7 October 2016

Kebanggaan dari Salaman (2)

Desir angin dari arah utara menggerakkan daun kecil di depan teras rumah. Mentari enggan menampakkan sinarnya meskipun waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB masih terasa mendung. Hari ke-dua teman Saya Dodok yang konon jika dilihat selintas mirip orang timur (baca: papua) padahal asli dari Salaman Kabupaten Magelang. Pagi ini telah memulai aktifitasnya disaat berlibur di Pekalongan. Sesuai dengan plannig semalam, bahwa dia berencana gowes tipisan di sekitaran Wiradesa. Entah wangsit atau sekedar coba-coba hobi baru yaitu bersepeda.

Berbekal 2 sepeda jenis Moutain Bike (MTB) aktifitas gowes dimulai keluar dari rumah menuju jalan raya pantura. Meski area pegunungan terlalu jauh, alternatif area sepeda di pilih agar medan tetap memiliki jalur tanah atau sering disebut single track. Di daerah Wiradesa Kabupaten Pekalongan terdapat jalur tanah sepanjang 2 kilometer yaitu di bantaran Sungai Sipait Kecamatan Siwalan. Tentunya jalur tersebut menjadi destinasi utama agar habitat sepeda tidak begitu keluar dari jalurnya.

Pertigaan jalan Sipait menjadi akhir dari jalur pantura lalu kemudian memasuki jalur single track. Memasuki area terlihat bangunan jembatan sungai yang sepertinya masih baru dibangun. Tumpukan bekas timbunan proyek menjadi pemandangan jika melewatinya. Turunan khas dari bahu jalan raya menuju peralihan jalan tanah menjadi tanda dimulai jalur utama bersepeda. Semak belukar berupa tanaman ilalang adalah ciri khas single track. Sebelah kanan atau bahu sungai terdapat kebun tanaman melati sebagai komoditas petani setempat, sedangkan sebelah kiri merupakan rumah penduduk sekitaran Sungai Sipait.

Aktifitas masyarakat disekitaran jalur single track adalah memanen melati. Tampaknya kesibukan mereka terlihat disepanjang sungai. Sinar mentari terus menyinari dibalik pepohonan diantara sisi bantaran. Liku jalanan diatas tanah membuat aksen handling  sepeda mengasyikkan ditambah lagi permukaan tanah adakalanya naik kemudian turun seakan menambah variasi medan yang disuguhkan. Jalur ini merupakan jenis crosscountry (XC) dalam dunia sepeda.

Mendekati titik akhir dari single track hamparan kebun tanaman sengon milik masyarakat terhampar beberapa meter menambah rindangnya suasana pagi. Kawasan jalanan beraspal pun mulai tampak, serasa masih ingin lagi menambah jarak bersepeda. Selanjutnya destinasi akhir yaitu Pantai Depok yang letaknya 4 kilometer dari kawasan jalur single track. Akhirnya kami pun kesana dengan perjalanan kurang lebih 45 menit.

Sesampainya di kawasan pantai, sudah terlihat hamparan pantai khas pantura. Pohon kelapa memang banyak terdapat di pinggiran pantai. Tapi kami memilih ke arah timur menuju penyeberangan perahu menuju Desa Wonokerto. Jarak dari pintu gerbang wisata Pantai Depok kurang lebih 2 kilometer  melewati perkebunan melati dan rumah penduduk setempat. Jalur penyeberangan ini merupakan penghubung antara daerah timur dengan barat sungai. Dengan merogoh kocek sebesar Rp. 1500 tiap penumpang bisa menyeberang menuju Desa Wonokerto. Sangat lebih dekat dengan rumah tentunya tidak harus memutar balik arah.


Gowes kali ini menempuk jarak hampir 40 km melewati jalur aspal, single track, dan pesisir pantura. Jalur ini memang dipilih agar bisa mendekatkan teman Saya Dodok kepada pantai yang jarang sekali dijumpai. Dataran tinggi daerah Salaman sebagai tempat tinggalnya sangat sering disinggahi maka sangat ideal jika gowesnya kali ini turun ke pantai sekaligus bisa menikmmati eksotisnya pemandangan pantai utara. Tentunya kedatangan orang Salaman menjadi kebanggan bagi keluarga.



No comments:

Post a Comment