Pagi
yang cukup cerah bersepeda menjadi kebiasaan yang enggan ditinggalkan. Selain
menjadi kegiatan olah raga tentunya ada kesan tersendiri disaat bisa melewati
tempat-tempat yang asyik di sekitar kita. Akan lebih menarik jika secara teknik
jalur sepeda bisa memenuhi dan sekaligus ada nilai lain seperti wisata yang
bisa menjadi sarana penghilang penat rutinitas sehari-hari.
Jalur cross country atau yang lebih sering
disebut XC menurut Saya merupakan perpaduan jalur dengan berbagai keadaan jalan
diantaranya aspal, tanah (setapak) , makadam (batu) dan sedikit rintangan
dintaranya tanjakan ataupun turunan dengan jalur minimal 10 km. Adapun obstacle (rintangan) yang biasanya dilalui oleh goweser berupa jalanan tanah yang tidak
begitu rata, sehingga secara teknik goweser harus bisa belajar handling yang
baik, setidaknya bertahan agar tidak jatuh.
Gowes
kali Saya memilih jalur XC Afdeling Blimbing-Rogoselo terletak berada di
wilayah Kecamatan Karanganyar sekitar 2
kilometer ke arah selatan. Bersama Om Ady, Om Yasno dan Pak Firdaus kami pun
memulai perjalanan menuju titik start di
perkebunan PTPN Blimbing. Ditempuh melalui jalanan beraspal dari jembatan
panjang Karanganyar ke arah selatan dengan tanjakan landai sebagai pemanasan
awal bersepeda. Tanpa terasa keringat sudah mengucur begitu deras, ritme pedal
statis menanjak seakan tanpa hentinya derap jantung penuh irama stabil kemudian
sampai digerbang PTPN Blimbing kami pun berisirahat. Sembari menunggu Om Yasno
yang kebetulan masih asyik dengan penggunaan speed 8 dipilihnya disaat melewati
tanjakan.
Meluangkan
waktu beristirahat sejenak adalah momen terpenting dalam dunia pergowesan.
Selain untuk menurunkan heart rate (detak
jantung) beristirahat memberikan peluang kita menikmati keadaan sekitar menilai
keadaan daerah yang kemungkinan bisa diambil sisi baik disetiap tempat
peristirahatan. Seperti dipertigaan PTPN Blimbing disini merupakan akses
bertemunya tiga jalur yaitu perkebunan karet, wisata lolong dan jalur dari
Karanganyar. Selain menjadi titik strategis disekitar pertigaan terdapat
fasilitas umum seperti masjid, praktek bidan juga terdapat bengkel motor dan
warung kelontong yang kebetulan pagi itu belum ada tanda-tanda sudah mulai
buka. Tidak ada masyarakat sekitar yang bisa kami temui untuk diajak sharing menggali lebih dalam tentang
hal yang menarik mengenai sekitaran perkebunan.
Perjalanan
dilanjutkan memasuki area perkebunan karet, jalur aspal yang sudah mulai
menampakkan kerusakan parah tidak menjadi masalah bagi sepeda MTB yang memang
didesain untuk berbaai medan. Sampai disuatu tikungan kami menjumpai 2 orang
ibu yang sedang membawa kayu dipunggunggnya. Sudah menjadi kebiasaan disaat
bertemu dengan kearifan masyarakat lokal kami pun sekedar memeluk mereka dengan
percakapan ringan seolah-olah sok akrab, terserah apapun penilaiannya tapi
sebenarnya kepada siapapun kita harus berlajar tentang kehidupan. Kedua ibu ini
sering mencari potongan kayu berasal dari perkebunan karet. Betapa mulia
tentang semangat bekerja mengangkut tumpukan kayu dipundaknya paling tidak 20
kg mereka sunggi melewati jalur
perkebunan karet. Bukan saat ini saja Saya menemukan contoh kegigihan
masyarakat didaerah pegunungan sangat kental dengan kekuatan fisik tanpa
membedakan jenis kelamin maka seharusnya masyarakat lain juga bisa berkaca
dengan keadaan seperti ini.
Menginjak
jalur selanjutnya yaitu jalur setapak atau tanah disaat memasuki jembatan
tradisional yang konon jembatan ini buatan jaman Belanda entah mungkin belum
bisa dipastikan tentang kebenarannya. Turunan yang tidak begitu curam namun
lumayan panjang sekitar 500 meter menuju jembatan sangat mengasyikkan sebagai
tanda sudah melewati separuh perjalanan jalur XC. Keadaan jembatan berlubang harus ekstra
berhati-hati ketika melaluinya.
Diseberang
jembatan memasuk hutan di Kecamatan Doro dengan jalur makadam atau bebatuan
kasar. Sebelah kiri hutan berbagai tanaman semak belukar, sedangkan sebelah
kanan adalah jurang dengan kedalaman kurang lebih 20 meteran atau setinggi
pohon durian khas Doro. Udara lebih segar beserta gemercik air disamping jalan,
sangat terasa nikmat Allah SWT bagi manusia. Agar berdamai dengan hate rate yang semakin kencang pada
akhirnya kami menyerah dengan keadaan denga menuntun sepeda melawan tanjakan.
Bukan hal asing lagi istilah MTB juga berarti Manjat Tuntun Bareng dipergunakan
dalam keadaan ini.
Rumah
penduduk sudah mulai terlihat yang berarti peradaban masyarakat telah nampak
sebagai tanda titik finish yaitu kawasan Rogoselo akan segera sampai.
Rogoselo terkenal dengan sumber air yang sangat bagus di Kabupaten Pekalongan.
Pemilik Perusahaan Air Minum berplat merah pun mengambil sumber air dari
kawasan ini. Selain merupakan air pegunungan Rogoselo juga terkenal dengan
komoditas buah durian yang sering diadakan pesta durian tiap tahunnya. Kawasan
air pegunungan bersumber pada sungai Rogoselo yang penuh bebatuan besar
menumpuk sepanjang sungai. Keadaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa
saja yang jarang melewati jalur sungai, seperti kita yang turut menikmati
segarnya air. Tak salah jika memang benar adanya betapa segar sumber air di
sungai ini, ada keistimewaan tersendiri disaat derasnya air turun mengguyur
badan terasa Rahmat tercurah kepada manusia, terima kasih Allah SWT atas nikmatnya
kepada kami.
Jalur
XC PTPN Blimbing-Rogoselo dengan jarak tempuh kurang lebih 15 kilometer dari
arah Kecamatan Karanganyar. Keadaan jalan aspal, setapak dan makadam menjadi
ciri khas disaat melewatinya sangat pas jika ingin belajar teknik handling bagi
MTB pemula. Persiapkan sepeda dalam keadaan benar-benar fit, tidak disarankan menggunakan ban roadbike , meskipun gowes kali ini ada teman Saya yang mencoba
menggunakannya namun Saya kira masih kurang bersahabat disaat melewati jalur
makadam.. Semoga semua bisa mengambil manfaatnyaa.
No comments:
Post a Comment