Friday, 28 October 2016

Berburu Wedhang Jahe Khas Padek Kecamatan Ulujami (Night Ride)

Desa Padek Kecamatan Ulujami terletak 5 km dari jalur jalan raya pantura ke arah utara. Desa Padek terkenal masih mempunyai area persawahan yang cukup luas, selain itu perekonomian masyarakat sekitar ditunjang dengan industri kecil salah satunya industri konveksi. Memang dari dahulu Kecamatan Ulujami terkenal sebagai gudang jasa konveksi pakaian jadi yang dipasok ke berbagai kawasan di Indonesia.

Tidak hanya terkenal dengan sentra industri kecil kuliner di Desa Padek sangat terkenal diantaranya minuman khasnya yaitu wedhang jahe. Ada beberapa penjual wedhang jahe di daerah ini yang rata-rata buka pada malam hari. Selain sangat pas dihidangkan sesuai waktunya ternyata masyarakat sekitar juga sudah terbiasa dengan kebiasaan bekerja lembur menjalankan mesin-mesin konveksi. Adanya alasan tersebut warung-warung kuliner malam sangat ramai dikunjungi oleh pelanggannya.


Minuman berbahan dasar jahe baik yang masih oriiginal atau berbentuk campuran seperti wedhang rondhe, wedhang tahu, wedhang jahe susu, wedhang alang-alang  maupun wedhang uwuh sangat menarik bagi Saya khususnya mengenai khasiatnya. Cita rasa aroma jahe selain bisa melegakan tenggorokan dapat juga berfungsi sebagai penghangat tubuh atau bisa menghilangkan rasa pegal jika ditambahkan daun serai sebagai pelengkapnya. Informasi adanya wedhang jahe khas Desa Padek direkomendasikan oleh teman Saya yang kebetulan berdomisili disana.

Berjarak kurang lebih 10 Km dari Wiradesa Saya bersama Om Budi memulai perjalanan gowes ke Desa Padek Kecamatan Ulujami. Selain lebih aman  dari lalu intas kendaraan besar melalui jalur desa dipilih karena lebih dekat jaraknya. Meskipun ada tantangan tersendiri disaat melewati jembatan Depok sebagai terusan Sungai Sipait Kecamatan Siwalan. Keadaan bantaran jembatan sudah kategori aman, namun kondisi malam yang banyak terpaan angin sangat terasa ditengah jembatan. Saya pun menambah kecepatan kayuhan agar sampai di desa seberang yaitu Yosorejo. 

Jalur pemukiman penduduk dengan banyak kegiatan konveksi menjadi tanda bahwa kawasan tersebut memasuki Kecamatan Ulujami.  Memang sangat kental tentang kegiatan konveksi meskipun malam hari mereka masih sibuk memutar mesin-mesin jahitnya sepertinya sangat giat dalam bekerja. Perjalanan sampai di depan rumah teman Saya Om Furqon tepatnya di Desa Pamutih dan kebetulan beliau berada dirumah. Obrolan ringan bersama diteras rumah sembari melepas lelah menurunkan heart rate dari kayuhan sepeda.


Obrolan dilanjutkan sesaat  setelah beranjak bersama  menuju Desa Padek sebagai destinasi utamanya. Jalanan desa yang masih minim penerangan sangat membuat tak percaya ada kehidupan bermasyarakat menuju desa ini. Kanan dan kiri jalan berupa persawahan orang Jawa sering menyebutnya “mbulak sawah” dan begitu gelapnya jalanan sekitar. Pertigaan pertama menuju dua jalur persawahan desa, sama-sama menunjukkan sisi suasana gelap yang tidak dapat dibedakan. Sekitar 500 meter kemudian terlihat mobil-mobil yang parkir dipinggir sawah. Suasana ini membuat lega setidaknya sudah ada tanda-tanda kehidupan masyarakat.

Disebutkan oleh Om Budi meski warung jahe ini sangat sederhana, namun penikmat wedhang jahe ini dari berbagai kalangan.  Selain masyarakat sekitar juga ternyata masyarakat luar daerah yang sengaja datang kemari merasakan sensasi hangat wedhang jahe. Suasana warung di pinggir sawah seakan sangat jauh dari keramaian masyarakat kampung sangat terasa membutuhkan pengorbanan sekedar menelusuri kawasan persawahan. Strata sosial membaur dalam suasana kehangatan jahe bersatu dalam obrolan khas masyarakat kampung seakan mereka ingin terus berlama-lama dalam suguhan gelas besar berisi ramuan wedhang jahe yang menyegarkan.

Satu persatu keadaan warung Saya perhatikan khususnya adonan meracik wedhang jahe. Pada bagian ruang peracikan  terlihat ada alat penumbuk jahe terbuat dari potongan kayu yang cukup besar. Diatas kayu terdapat batu sebesar genggaman tangan orang dewasa Saya pun menyimpukan alat ini berfungsi sebagai penumbuk jahe. Kemudian disampingnya ada ikatan daun serai yang telah siap sebagai pelengkapnya. Serasa keingintahauan Saya ingin segera berakhir, dipesannya 3 porsi wedhang jahe kepada ibu penjualnya. Kolaborasi yang begitu kompak antara bapak dan ibu penjualnya. Bapak yang segera menumbuk jahe sedangkan ibu menyiapkan berbagai bahan tambahannya seperti susu kental manis, daun serai dan gula aren. 


Tak terasa pesanan sudah sampai di hadapan kami, gelas besar bersama potongan jahe disandingkan daun serai sebagai pengaduk rempah jahe didalamnya. Terasa begitu kental aroma jahe disaat sendok diangkat terasa berat ternyata didalam gelas hampir penuh tumbukan jahe. Hanya adukan kecil memutar agar campuran bahan larut agar bisa segera dinikmati. Warna wedhang telah berurbah agak berwarna putih terlihat komposisi susu sudah menyatu bersama tubukan jahe dan gula aren.  Rasa mendasar jahe yang terasa pedas sampai kerongkongan tekstur susu agak hilang sedangkan manisnya gula aren tidak begitu terasa namun aroma wangi aren semerbak menambah selera. Perpaduan yang sangat cocok dengan mempertimbangkan rasa jahe yang lebih dominan. Dalam hati terus bergumam sayang jarak warung ini yang tidak dekat dengan tempat tinggal Saya yang tidak bisa diulangi dalam tiap kesempatan.


Obrolan terus berlanjut hingga malam  disaat wedhang jahe akan segera habis masih ada tambahan air panas yang disediakan, masih tidak berkurang rasa pedas jahenya. Semakin ditambah air jahe didasar akan terus menambah rasa pedasnya. Sangat pantas jika pelanggan membutuhkan waktu menikmati wedhang jahe sekitar satu jam untuk menikmatinya.

Ada ketulusan yang dimiliki oleh ibu dan bapak penjual wedhang jahe ini, mereka tidak membedakan pelanggan dengan apa dan siapa pembeli itu datang. Seakan mereka menutup mata arti kasta sosial hanya keuletan dan selalu fokus dalam meramu segelas wedhang jahe untuk dipersembahkan kepada pembeli yang budiman. Waktu terasa sudah menuju ke pertengahan malam, saat itu pula Saya segera mempersiapkan diri untuk pulang. Efek badan terasa hangat mulai Saya rasakan disaat perjalan gowes dan  semoga suatu saat bisa bersua kembali.






2 comments: