Sepeda gunung memang
sangat identik dengan dangan dataran tinggi, sesuai habitatnya medan terjal,
curam, naik atapun berliku-liku tetap harus dilewati. Jenis sepeda harus
disesuaikan trek yang akan dilaluinya. Gowes kali ini Jum’at tangal 21 Oktober
2016 akan menelusuri jalur enduro Afdeling Jolotigo-Mesoyi tepatnya di daerah
Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan.
Untuk mencapai tujuan
titik start goweser disarankan loading dari arah Pantura Kota
Pekalongan. Istilah loading berarti
sepeda dan goweser harus dinaikkan alat transportasi seperti truk atau mobil pick up. Adapun pertimbangan loading karena jarak tempuh dari pantura
ke Jalur Enduro Afdeling Jolotigo sekitar 35 kilometer, lumayan jauh bukan?.
Selanjutnya sebagai efisiensi waktu agar bisa dilaksanakan setengah hari secara
optimal.
Bertempat di rumahnya
Om Hoze kegiataan loding mulai dilaksanakan, berbagai suguhan menarik sudah
disiapkan sebagai bekal aktifitas gowes. Dibantu oleh rekan sopir yang tentunya
sudah bisa mengerti kegiatan rutin bersepeda dengan sangat sigap menata sepeda
ke dalam bak pick up agar lebih
banyak muatannya.
Perjalanan loading
menuju Jalur Enduro Afdeling Jolotigo dimulai menempuh perjalanan sekitar 45
menit dengan jalur aspal dan makadam yang terus menanjak. Disela-sela
perjalanan tak lupa menambah bekal makanan dan minuman kecil sebagai suplai
tenaga disaat perjalanan. Kerukunan serta tawa riang canda mereka menyatu dalam
tujuan bersama olah raga dan sosial persahabatan.
Sampai pada titik start goweser harus siap-siap turun berbenah
menyiapkan sepeda guna mengikuti breifing
oleh kapten Repoeblik MTB yaitu Om Rowi. Checking
terakhir penggunaan alat keselamatan goweser helm dipastikan dalam keadaan
terkunci dibagian dagu dan knee guard sudah
terpasang dengan baik. Dipandu oleh beliau doa bersama agar aktifitas gowes
bisa berjalan dengan lancar. Setelah berdoa bersama goweser mulai turun satu
per satu meninggalkan titik start dan memulai aktifitas gowesnya.
Jalur awal berupa
turunan makadam beraturan kemudian diselingi jalanan setapak dengan kontur
tanah datar sepanjang kurang lebih satu kilo meter. Kawasan ini merupakan
perkebunan karet memasuki daerah selanjutnya yaitu terasering dengan
masing-masing ketinggian tanah kurang lebih hampir satu meter artinya trek ini
bisa disebut mini downhill. Saya menyebutnya mini downhill karena obstacle yang
harus dilalui oleh goweser harus bisa mengatur handling serta banyak jebakan lubang antara lapisan tanah bagian
atas dan bawah. Apabila salah menentukan titik landas roda depan sepeda rider
bisa terperosok oleh lubang yang lebih dalam. Sangat menguji teknik kemampuan
memilih jalur yang apabila dalam keadaan hujan lebat bisa menjadi jebakan
karena tertutup oleh genangan air.
Awalan trek yang
menegangkan pacuan ritme heart rate semakin
terpacu, sementara keringat sudah keluar begitu derasnya. Disusul dengan
keadaan tangan yang terasa tegang dalam memegang grip hadlebar saat setalah handling berlangsung sekitar kurang
lebih 2 kilometer yang disebut trek mini downhill. Bagi yang pertama melalui
jalur ini disarankan berada di bagian tengah rombongan dengan pertimbangan safety dalam pemilihan jalur. Setelah
melewati jalur mini downhill yaitu evaluasi perjalanan setiap goweser melewati
segala macam obsacle yang dilaluinya.
Tak jarang Kapter Repoeblik Om Rowi memberikan saran teknik kepada goweser agar
kedepannya bisa lolos melewatinya.
Jalur selanjutnya
lebih kearah all mountain beruppa
tanjakan berupa makadam dan turunan menuju sungai kecil dibagian bawahnya.
Panjang trek sekitar 3 kilometer dari trek mini downhill. Bagi saya jalur
paling tersulit dengan kemiringan tanah
kurang dari 30 derajat. Untuk melewati jalur curam berbahaya selain
harus menguasai teknik keadaan nyali patut diperlukan, makanya jika keduanya
belum memenuhi mending dituntun akan lebih aman. Keadaan setelah melewati
sungai kecil berbanding terbalik dengan sebelumnya, yaitu tanjakan semak
belukar yang cukup melelahkan. Disamping kiri nya berupa jurang, apabila
tergelincir saat melewatinya bisaa langsung mendarat didasar jurang. Sangat
asyik tentunya sekaligus menegangkan.
Memang komplit
setelah berbecek-becek ria kemudian jalur pesawahan turut sebagai pelengkap dramatisasi
perjalanan. Padi yang menghijau udara segar setelah hujan reda menghadirkan
suasana damai begiitu sejahtera di kawasan Desa Mesoyi. Kearifan masyarakat
lokal sangat gembira melihat jalur pedesaan dillewati komunitas sepeda. Kami pun
turut mendekat disaat istirahat di warung tempatan yang khas dengan pisang
gorengnya.
Masih sekitar 3 kali
memasuki kawasan hutan setelah beristirahat melepas ketegangan bersama. Pertama
hutan semak semak dengan kelembapan menurut Saya cukup tinggi. Keadaan pohon-pohon
tinggi dan semak-semak menutup pancaran sinar matahari. Jalur yang banyak
memerlukan teknik handling serta
kekuatan fokus konsentrasi mata dan fikiran harus menyatu dalam memahami
keadaan jalan.
Rasa menyatu dengan alam gowes kali ini jalur yang terus meliuk-liuk mengikuti jalanan setapak serta
gap-gap kecil khas lumutnya. Rasa
bahagianya terekspresi riuh terpancar sampai-sampai handling bisa kurang
terfokus dan akhirnya ban belakang selip disaat akan melewati gap dengan
kedalaman setengah meter. Akhirnya, “Krusuk...kedua kaki mengangkang
terjerembab bersama sepeda”, kemudian teman-teman segera mengevakuasi
memastikan keadaan Saya baik-baik saja. Alhamdulillah hanya sebatas terpeleset
kedua kaki masih bisa dikondisikan dengan baik dan bisa melanjutkan perjalanan.
Jalur pinus menurut
Saya jalur selfi dimana banyak pemandangan dapat dijadikan background dalam berfoto ria. Tidak banyak obstacle hanya saja kedaan jalanan yang menurun dengan kontur tanah
merah. Seringnya disaat hujan jalur ini dapat menyebabkan ban bisa mendonat,
alias tanahnya menempel hingga keadaan rupa ban tidak dapat dilihat. Namun
cuaca gowes kali ini sangat cerah sehingga keadaan itu tidak terjadi. Akhirnya
kebersamaa goweser bersatu dalam momen foto bersama di sabana hutan pinus. Terasa hangat kebersamaan kita dalam momen
setengah capek dan sepertinya akan bersemangat kembali melihat ekspersi
jepretan lensa dari kamera smartphone masing-masing
goweser.
Jalur terakhir jalur
perkebunan milik penduduk sekitar dengan ciri khas tanaman palawija dan pohon
sengon. Sebagai gambaran jalur ini, masih termasuk jalur setapak dan sedikit pedaling. Namun jalur turunan pun masih
ada sehingga kenikmatan “dronjong” sebagai turunan terakhir ada di jalur ini.
Dilanjutkan dengan jalanan menuju pedesaan di daerah Karangdadap Kabupaten
Pekalongan sebagai titik finish. Sudah terasa nikmat olah raga sore hari sambil
menunggu adzan magrib berkumandang pedal terus dikayuh menuju titik kemenangan.
Penamaan Jalur Enduro
Afdeling Jolotigo-Mesoyi Kabupaten
Pekalongan sepanjang kurang lebih 30 kilometer selayaknya pantas disandang dengan eksotisnya trek berbagai macam
jenisnya diantaranya mini downhill, all mountain, dan cross country. Tak heran
jalur ini menjadi trek kegiatan latihan tiap minggunya bagi Repoeblik MTB Pekalongan. Seringnya mereka menggali
mengeksplorasi lebih dalam mengenai jalur-jalur baru sebagai alternatif
penunjang dalam mengatasi keadaan alam misalnya penebangan hutan ataupun
mengupgrade teknik bersepeda. Terima kasih buat Repoeblik MTB atas berbagi segala
pengalamannya dalam gowes kali ini.
No comments:
Post a Comment