Era atmosfer politik dimasa skarang
tidak hanya dikemas dalam suasana perang dingin secara nyata. Pemanfaatan media
baik cetak maupun elektronik merebak berserakan menuai kontroversi bagi
pembacanya. Sikap saling adu benar mengalahkan argumen lawan, membuat sutradara
penjegalan pamor dan bahkan fitnah acap kali terus membumbung tinggi. Media
elektronik paling efektif membuat rudal-rudal berita mengeruhkan suasana mungkin
yang bisa mempengaruhi pandangan bisa berawal dari peringatan bahkan ancaman. Gambaran
ini seakan menyerupai kayu bakar kering siap dipantik dengan api memungkinkan
terjadi penyulutan api besar-besaran.
Momok yang beredar dari informasi
berasal dari pemikiran tentunya dari sebuah prediksi yang dilandasi dengan atau
tanpa fakta yang belum atau dapat dipercaya kevalidannya. Saya bukan pakar
politik ataupun seseorang yang mengetahui sebenarnya yang sedang terjadi di
negara kita. Apabila disuatu pagi ada seseorang memberikan sebuah piring diatas
meja lalu dituliskan pertanyaan, “Bagaimana pendapat Anda tentang pemimpin A
dan pemimpin B?” saya akan balik bertanya kepada pemberi piring. “Kapasitas
Anda dan Saya memberikan pertanyaan dan jawaban tentang perpolitikan itu
sebagai apa?”. Warga negaara, pencarian dukungan atau mengajak ke meja berdebat
yang menjadi kusir sebagai tunggangannya. Ternyata kita sama-sama belum
mengetahui mengenai tugas hidup masing-masing yang sebenarnya.
Kegampangan terpancing emosionalnya dari
deretan tulisan dengan mengetahui informasi hanya di permukaan saja. Membagikan
informasi setiap orang kemudian terlalu malas untuk memperdalam fakta kebenaran
yang terjadi. Menimbulkan kesan pahlawan pembela tokoh calon pemimpin namun
enggan mengenal lebih dalam latar belakang, siapa promotor dibalik panggung sandiwaranya. Hanya membaca sekilas biografi, pencapaian kerja, mengenai
visi dan misinya apapun bentuknya
sekalipun dia nomor satu sebagai orang paling super maka terus akan dia
banggakan. Kembali lagi media menjadi sumber ajang promosi yang efektif
meyakinkan seseorang.
Teknik kopi tempel (copy paste) dan bagikan memudahkan
manusia sekarang lebih mudah meyakini informasi dengan kemasan sedemikian rupa
tanpa pendalaman kebenaran secara faktual. Bahkan menyampaiakan sebuah argumen
dengan tendensi mengajak duel dalam berdebatan. Tidak memandang strata
kehidupan nyatanya mereka sudah terhanyut mengikuti arus dan tanpa berenang
menepi. Gagasan tersebut tidak berdiri sendiri hanya menyandar dari sebuah
informasi yang sesuai pendapatnya. Semuanya akan membuat kerdil dari sisi
pemikiran pribadi maupun kemampuan rasa
tanggung jawab terhadap yang diutarakannya.
Lalu bilamana ada manusia super menjadi
petugas rakyat dengan segala kekuatan yang begitu tegas dan lantang memporak-porandakan
tembok birokrasi. “Tanpa harus melibatkan action
didepan kamera apa kurang mantap bekerja untuk rakyat?”. Lalu berbagai opini memberikan applause kepadanya dengan jargon “Ini
baru pemimpin kita, Seharusnya begini...dsb”. Kalaupun Anda sebagai petugas
rakyat (Saya malas menyebutnya sebagai
pemimpin) dan berhasil mencapai tujuan yang sebenarnya diinginkan rakyat
itu sudah menjadi tugas Anda. Tanpa
harus mencapai titik pemberitaan media sebagai bukti Anda bekerja. Rakyat juga
jangan terlalu gumunan terhadap petugas
rakyat (lagi-lagi Saya malas menyebutnya
sebagai pemimpin) yang terjadi di negara kita. Andaikan setiap hari petugas
rakyat seperti pemungut sampah dijalan diizinkan menjadi trending topik sebagai
pahlawan kebersihan negara tentunya mereka akan berpeluang menjadi manusia
super yang patut diandalkan sebagai petugas rakyat yang sebenarnya.
Menjadi manusia yang sebenarnya dengan
mengambil keputusuan hati mulia dan pemikiran sehat tanpa harus menyebarkan yang
bukan menjadi spesifikasi kualitas pemikiran yang tidak sesuai kapasitasnya. Commond sense akan lebih halus dari
dalam hati disaat mata terpenjam, pikiran terfokus, maka hati akan berkata
sejujurnya bahkan kebaikan terkecil akan tampak bercahaya.
foto :google
No comments:
Post a Comment