Thursday 5 May 2016

Hari Peringatan dan Liburan


Peringatan sebuah momentum bagi diri kita untuk menyediakan pikiran, waktu, material bahkan mengorbankan kepentingan  mengulang  kembali peristiwa yang terjadi pada hari itu yang telah terjadi. Terlepas dari semuanya bahwa di Indonesia banyak sekali peringatan yang berhubungan dengn masalah sejarah berdirinya negara, pahlawan nasional, profesi, hari besar keagaamaan dan sesuatu yang bersifat universal didunia. Keberagaman budaya, suku, agama, ras,  kekayaan alam serta kepentingan di dalamnya, mendorong kebijakan pengesahan hari peringatan  menjadi libur nasional.

Bangsa Indonesia suka dengan hari libur. Makna menyukai disini perasaan riang gembira apabila aktifitasnya kesehariannya berhenti meskipun hari peringatan tersebut hanya satu hari. Aktifitas yang dimaksud diantaranya  baik sebagai pelajar, mahasiswa, maupun pekerja yang jam kerjanya mengikuti peredaran jam kerja sesuai dengan kalender. Pada pergantian tahun memberikan wacana terhadap jatuhnya hari libur di tiap bulannya. Sebelum bulan tersebut datang,dilihatlah jumlah tanggal merah yang paling banyak dalam setiap bulannya. Setelah itu tanggal merahnya jatuh di awal minggu atau dipertengahan minggu bahkan jatuhnya peringatan di hari Minggu pun biasanya hari peringatannya di tambahkan dihari berikutnya. Sungguh sangat loyal sekali pemerintah kita.

Peringatan keagamaan memberikan rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia menjadi prinsip utama dalam hari libur nasional. Bahwa merujuk kepada UUD bahwa setiap warga Negara berhak memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercaayaan itu atau masih dipertegas lagi bahwa dasar negara yang mempercayai arti Ketuhanan Yang Maha Esa. Sekiranya alasan tersebut sangat tepat agar dipergunakan sebagaimana mestinya terlebih hanya bagi mereka yang mampu berfikir lebih bijak dan menanggapi dengan rasa syukur atas keluangan yang telah diberikan.

Sangat relevan jika yang mempunyai hari peringatan besar agama lebih besar mendekatkan diri dan menyerahkan jiwa raganya atas peringatannya. Mengandung makna bahwa adanya hari libur keagamaan maka tentunya ruh yang terdapat dalam diri manusia akan semakin dekat kepada pemilik-Nya. Tuhan pun sengaja memberikan peristiwa yang terjadi agar manusia mencari maksud tujuannya. Semakin dekat ruh kepada pemilik-Nya maka cahaya sifat Maha Pengasih akan terpancar dalam setiap hati manusia yang melahirkan akhlak baik baginya. Maka lingkungan sekitar sangat mendambakan esensi dampak dari peringatan hari besar agama. Bahkan mereka sangat menantikan jiwa-jiwa yang baru yang lebih berpotensi memberi motivasi ditengah kehidupan masyarakatnya.

Pergeseran pemikiran hari libur nasional. Seperti yang telah dikatakan bahwa bangsa Indonesia suka dengan hari libur maka tabiatnya meskipun dalam satu bulan telah merasakan hari libur maka semuanya itu akan merasa kurang. Meskipun dalam hitungannya semisalkan dalam satu minggu mempunyai 5 hari kerja aktif dan 2 hari libur dalam satu bulan maka jumlah total hari liburnya 8 hari. Apabila dalam satu bulan mempunyai 3 peringatan hari libur nasional berarti jumlah hari liburnya 11 hari. Itu pun masih mengharapkan agar hari libur nasional berurutan mendekati akhir pekan.

Lebih pintar memilih menikmati liburan bukan hanya sekedar mobiltas semata. Tuhan Maha Paling Pintar menciptakan perangkat makhluknya dengan segala fasilitas yang dimiliki.  Namun makhluknya tidak berusaha untuk membaca sesuatu yang ada dalam dirinya.  Manusia dan seperangkatnya, yang dirinya  tidak mengetahui sesuatu yang dimiliki. Maka pencarian diluar mereka yang dia sibukkan. Mencari sesuatu yang tidak dimiliki atau mencari sesuatu yang orang lain miliki. Pencarian kebahagiaan diluar yang bukan porsinya sebagai kepentingan urgen, bukan porsinya baginya dengan ingin meniru gaya hidup orang lain, manjadikan sesak hatinya melihat sesuatu yang orang lain atas kebahagiaannya. Ruang hatinya yang seharusnya melebar maka dibendung keinginan-keinginan yang Tuhan ,mengatakan bahwa semuanya belum pantas bagi dirinya. Tuhan pun tersenyum dengan mengatakan bahwa “Maka nikmat mana lagi yang Engkau dustakan?”

No comments:

Post a Comment