Thursday 28 April 2016

Negeri Tayamum

Sebatang rokok keluar telah dikeluarkan dari kotaknya, simbah mematik korek api kemudian membakarnya. Kepulan asap keluar satu persatu lalu berceritalah.
"Ngger...ngger... (sebutan kpd cucu)
km tau hakekat bedanya wudhu dan tayamum?" pertanyaan itu terlontarkan dari mulutnya simbah.
Salah satu cucu dari simbah menjawab dg kehatihatiannya.
"Wudhu itu bisa dilaksanakan jika airnya memenuhi syarat mbah...kalau tayamum biasanya si saat gak ada air, pakai debu...begitu mbah!"ujar si cucu.
Senyum terurai dg dahi yg menampakkan garis pengalaman memaknai hidupnya. Seketika itu simbah menanggapi jawaban dari cucu nya.
"Sangat betul ngger..atas jawabanmu, km bisa memaknai dua cara tersebut atas kecemasanmu di saat ini?" sambung pertanyaan lagi kepada cucunya.
"Wah...mbah...kebetulan saya kurang cakap bisa melihat zaman sekarang, memang gimana tho mbah?" jawab sang cucu dg nada menyerah.
Simbah menghela nafas sejenak mencoba menjawab pertanyaan cucunya.
"Kamu hidup sekarang seperti seorang musafir yang akan beribadah, kemudian km mencari tempat wudhu tapi tidak ada air yg mengalir bahkan air mineral yg kamu bawapum telah habis. Tuhan pun memberi jalan atas niat kamu utk mengingatnya dg cara tayamum. Maka tayamumlah utk bisa mengingat Nya kemudian lanjutkan perjalananmu".
"Negara dan seperangkatnya belum bisa memberikan terbaik buat rakyatnya. Maka terima apa yg bisa mereka lakukan sekarang. Kembali lagi kamu menyadari km masih bertayamum".
"Jangan pernah mengharapkan sesuatu kepada negera. Berpikirlah agar kamu bisa melakukan sesuatu untuk negara walaupun dg tingkah laku kecil membuang sampah pada tempatnya".
"Bertayamumlah lalu beribadah (bekerja) teruskan perjalananmu jangan pernah menyerah untuk menemukan sumber air (kebaikan diri sendiri) suatu saat karena keikhlasan ibadahmu, Tuhan akan merubah nasib negaramu. Kalaupun kamu tidak merasakan hasil, mungkin generasi anakmu, kalaupun anakmu belum merasakan, mungkin cucumu tapi yakinlah Tuhan maha melihat atas usahamu utk berbuat baik".
Simbah pun terus melanjutkan pembahasan lain tentang makna kehidupan yg harus pola pemikirannya bukan untuk merubah sistem, melainkan menciptakan mental generasi muda yg jernih dan luas pemikirannya agar menciptakan sistem yg lebih baik.
(Kenduri cinta)


No comments:

Post a Comment