Sunday, 22 July 2018

Unjuk Gigi


Ada sebuah cerita sejarah pada kurun waktu yang lalu pemerintah melarang "unjuk gigi" berlaga mempertontonkan kepiawaian salah satu tim peserta cabang olah raga di serial pesta pertandingan nasional. Alasan tersebut ditengarai ada beberapa supporternya yang tidak hanya sekali melakukan aksi kriminal. Pelemparan batu, pengeroyokan, vandalism, penjarahan dan sebagainya.

Deskripsi kronologis, latar belakang, serta berbagai macam fakta-fakta pendukung di lapangan tidak luput dari catatan sejarah yang tersimpan. Selang beberapa puluh bahkan beberapa ribu tahun ke depan tidak banyak golongan manusia mempelajari mengenai resolusi pandang tentang sejarah tersebut. Kalaupun mempelajari hanya headline yang mengutamakan larangan "unjuk gigi" ketika bertanding. Sedang subtansi alur kejadian sebagai hukuman pelanggaran tidak seraya di perdalam maksud tujuannya. Bahkan bisa jadi, karena sanadnya sudah berbeda tafsir akan hal kejadian, bisa terputus hubungan maknanya, aspek tujuan atas kejadian tersebut.

Sampai saat waktunya tiba, setelah ribuan tahun berikutnya rumor menggempar di peraturan cabang olah raga tentang larangan "unjuk gigi" kian menghangat. Jadi, bahasan sementaranya pemain tidak boleh mengeluarkan giginya satupun ketika saat sedang melakukan pertandingan. Ini karena ada beberapa dari kalangan pengamat yang menemukan catatan sejarah ribuan tahun yang lalu yang melarang aksi "unjuk gigi".

Sontak, beberapa pemain serta pelatih cabang olah raga tersebut keheranan. Pasalnya tidaklah mungkin disebuah pertandingan huforia semangat laga pertandingan tidak bisa terelakkan dengan semangat antar sesama pemain, tentunya harus berkomunikasi dan mengunjukan gigi keluar mulutnya. Mereka saling bertanya, tentang wacana peraturan baru tersebut. "Lantas kalau kita main olah raga harus mingkem enggak boleh mengeluarkan giginya?", kok jadi aneh saja ini peraturan".

Dari kejadian di atas sangatlah perlu tentang mempelajari sejarah dari berbagai sudut pandang karena tidak hanya satu bagian yang mengalami sejarah tersebut. Kemudian tentang resolusi pandang tentang kejernihan melihat substansi yang di sampaikan terhadap kejadian. Serta tidak serta mempelajari hanya larangan dari hal yang tertulis. Adakalanya kita dituntut bersabar, bernafas panjang. Belajar mempelajari urutan kronologi mengungkap fakta dari berbagai pihak agar tidak menjadi "wong gumunan, kagetan" dan masuk anginan.

No comments:

Post a Comment