Mengawali
tulisan ini saya luwih lego lan sumeleh
sebelumnya meminta maaf kepada teman-teman seringnya nyetatus yang bisa memakan luas penampang smartphone Anda. Tidak banyak dari teman-teman saya terkejut, menurutnya
hal itu kuranglah wajar. Saya akui atas ketidakwajaran itu, karena namanya
berbagai teman di media sosial mempunyai latar belakang berbeda. Saya juga
sebenarnya punya pekewuh yang cukup
besar atas tulisan saya yang kadang harus Anda lihat apalagi memaksanya untuk
membaca. Saya lebih suka Anda men-scroll
jauh-jauh agar tidak kembali hadir di halaman pertama. Memang secara gamblang
media sosial itu layaknya swalayan bisa semaunya kita ambil yang perlu. Keinginan
saya meletakkan posisi tulisan saya berada paling pojok di bagian rak paling
ujung. Tapi yang namanya swalayan, barang yang baru masuk kadang ada yang
bertanya melalui komentar kemudian berpindah di rak paling depan. Lagi-lagi
unggahan saya berpotensi menghalangi ruang pandang serta kesempatan Anda
melihat kiriman lain.
Saya
melakukan hal tersebut di atas dasar kebahagiaan berbagi tulisan yang berasal
dari kaca mata saya menyampaikan sesuatu bukan atas usaha untuk mencari
ketenaran ataupun usaha menambah pundi-pundi material. Harapan atas usaha kecil
saya ini, syukur-syukur turut serta mengalihkan mata saya agar tidak mudah
mengomentari berita yang bibit, bebet
dan bobotnya tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Saya lebih
menghargai unggahan yang mempunyai sisi keaslinan tulisan serta ide kreatif yang
berasal dari pikiran Anda. Kalau ternyata perasaan itu kekesalan, kekecewaan
bahkan ketidakadilan yang dirasakan saya lebih legowo serta memaklumi. Menurut saya jika itu benar-bene dijalani secara langsung tanggung jawab Anda terbentuk kedaulatan tulisan Anda.
Ada juga teman yang hobi memasak yang
berbagi tentang tips mengolah bahan makanan yang masih nge-trend digemari remaja saat ini seperti es susu coklat. Bagi saya
kiriman-kiriman tersebut bisa berfaedah bagi pembacanya.
Latar
belakang kehidupan saya adalah orang awam yang tidak tahu keadaan ngalor-ngidul tentang keadaan sosial,
budaya bahkan negara. Gelombang media sosial yang didorong oleh angin yang
bernama akses internet sebagian kecil akal saya terbagi bagi untuk sinau
mengambil sisi positif serta mengambil waktu saya sejenak diam-diam mengamati
beberapa orang-orang di sekitar. Pelajaran yang berharga saya dapatkan dari
pengalaman berdialog dengan masyarakat meskipun sejenak dalam aktifitas hobi gowes saya. Seperti halnya ketika saya
berbagi pengalaman dengan Mbah Adem beliau pedagag bandos keliling. Pengalaman
hidupnya selama 25 tahun menekuni pekerjaannya sebagai pedagang bandos. Beliau
rela menjadi dirinya sendiri serta menikmati apa-apa yang Allah SWT berikan
tanpa harus berangan-angan menjadi manusia yang lebih besar berapangkat ataupun
berharta melimpah. Pengalaman lain saat harus berinteraksi kepada pencari kayu di
hutan sebenarnya masyarakat mempunyai karakter lebih suka diajak berkomunikasi,
berdialektik sehingga terjadi interaksi sesrawungan meski batasan itu sangat
singkat dan sangat ringan tidak seberat membahas masalah negara.
Sekitar 3
bulan yang lalu blog saya yang bernama Klik Syukron tidak banyak melakukan
aktivitas. Faktor penyebabnya sangat
klasik yaitu kesibukan dan media elektronik yang bernama laptop sering
menjadi pertimbangan memulai menuangkan pikiran ke dalam tulisan. Suka
bergantung dari instrument, memang itu masih menjadi penyakit saya yang seharusnya
segera disembuhkan. Lewat blog ini saya berusaha tidak akan memakan ruang
beranda melainkan hanya ulasan singkan sebagai prolog dari masing-masing judul
tulisan yang saya buat, semoga.
No comments:
Post a Comment