Tuesday, 31 July 2018

Sobek

Pak Sam namanya beliau adalah Guru Bahasa Indonesia, sewaktu saya SMP. Tiap awal kali memberikan tugas, beliau seringnya bilang, "Mengerjakannya di kertas sobekan ya, tapi jangan disobek". Awalnya sempat bingung, saling menatap termasuk saya. Akhirnya juga saya mengentikan mengambil lembaran kertas di buku saya. Setelah diberi penjelasan para siswa baru "ngeh" maksud Pak Sam, guru yang akan memasuki masa pensiunnya itu. 

Berbicara tentang sobek menyobek erat kaitannya dengan hal lembaran yang berjumlah banyak. Termasuk kertas. Pada kebutuhan tertentu menyobek adalah langkah praktis guna mendapatkan manfaat terlebih efisien sebagai tujuannya. Coba saja kalau tugas tersebut ditulis di buku catatan. Satu kelas bisa mengumpulkan 40 buku bertumpuk, membawanya saja udah "aras-arasen". Usia ke-60 Pak Sam lebih enjoy menikmati masa bebas tugasnya bersama kerumunan gelagak tawa anak siswa kelas 2 SMP yang berada di pinggir jalur pantura itu. 

Sobek juga berarti mudah terkoyak. Ini hanya ilmu kiralogi saya. Yaitu mengira-ngira, syukur pas kalau tidak ya belum bejonya saja. Kiralogi itu muncul saat keisengan saya menganalisa nama roti sobek yang berada di toko roti terkemuka di Pekalongan. Mengapa kok dinamakan sobek? padahal kan bentuknya tidak tipis. Dari sini sobek pun tidak terikat dari hal bentuk melainkan karakter dari benda tersebut yang mudah disobek. Tentunya hasil itu saya ambil dari saya cara menikmati roti itu dengan mudahnya disobek. Karakternya kemudahan itu berasal dari batas bukit punggung roti yang tiap batas itu ada beda rasa di dalamnya. Di tambah lagi tekstur roti sobek yang lebih berongga dibandingkan dengan jenis roti lain, memudahkan dalam mengkonsumsi roti tersebut. 

Untuk mengetahui makna sobek dan sobekan saja saya harus melipir hingga mengitarai dari berbagai contoh realitas yang ada. Padahal sudah bisa ditebak kalau sobek ini sebuah aktifitas perbuatan dan sobekan itu hasil dari perbuatan itu.

No comments:

Post a Comment