Pak Sam namanya beliau
adalah Guru Bahasa Indonesia, sewaktu saya SMP. Tiap awal kali memberikan
tugas, beliau seringnya bilang, "Mengerjakannya di kertas sobekan ya, tapi
jangan disobek". Awalnya sempat bingung, saling menatap termasuk saya.
Akhirnya juga saya mengentikan mengambil lembaran kertas di buku saya. Setelah
diberi penjelasan para siswa baru "ngeh" maksud Pak Sam, guru yang
akan memasuki masa pensiunnya itu.
Berbicara tentang sobek
menyobek erat kaitannya dengan hal lembaran yang berjumlah banyak. Termasuk
kertas. Pada kebutuhan tertentu menyobek adalah langkah praktis guna
mendapatkan manfaat terlebih efisien sebagai tujuannya. Coba saja kalau tugas
tersebut ditulis di buku catatan. Satu kelas bisa mengumpulkan 40 buku
bertumpuk, membawanya saja udah "aras-arasen". Usia ke-60 Pak Sam
lebih enjoy menikmati masa bebas tugasnya bersama kerumunan gelagak tawa anak
siswa kelas 2 SMP yang berada di pinggir jalur pantura itu.
Sobek juga berarti
mudah terkoyak. Ini hanya ilmu kiralogi saya. Yaitu mengira-ngira, syukur pas
kalau tidak ya belum bejonya saja. Kiralogi itu muncul saat keisengan saya
menganalisa nama roti sobek yang berada di toko roti terkemuka di Pekalongan.
Mengapa kok dinamakan sobek? padahal kan bentuknya tidak tipis. Dari sini sobek
pun tidak terikat dari hal bentuk melainkan karakter dari benda tersebut yang
mudah disobek. Tentunya hasil itu saya ambil dari saya cara menikmati roti itu
dengan mudahnya disobek. Karakternya kemudahan itu berasal dari batas bukit
punggung roti yang tiap batas itu ada beda rasa di dalamnya. Di tambah lagi
tekstur roti sobek yang lebih berongga dibandingkan dengan jenis roti lain,
memudahkan dalam mengkonsumsi roti tersebut.
Untuk mengetahui makna
sobek dan sobekan saja saya harus melipir hingga mengitarai dari berbagai
contoh realitas yang ada. Padahal sudah bisa ditebak kalau sobek ini sebuah
aktifitas perbuatan dan sobekan itu hasil dari perbuatan itu.
No comments:
Post a Comment