Nasib hidup tidak harus sama karena Tuhan pun memberikan
porsi cobaan yang berbeda. Sejenak Aku harus menghela nafas dalam-dalam. Menikah
seseuatu yang di inginkan oleh manusia yang masih tergolong normal dari sisi
biologis dan religi. Berawal tentang pengalaman apa itu yang dinamakan cinta. Mengenal
cinta, bagiku sebuah momok yang selalu
menghantui dan tidak jauh dari sebuah kegagalan. Orang lain sangat mudah
mengatakan bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Bagi Aku kegagalan
mencintai seseorang memerlukan porsi pemulihan batin yang cukup lama. Di sadari
ataupun tidak, rasa cinta yang terkadang datang membuatku menjadi tanggung
jawab lebih panjang. Berharap keadaan itu bisa terus berproses ke depan, tapi
lagi-lagi kandas di tengah jalan.
Mengenal diri sendiri akan lebih bisa menjawab alasan
semua itu bisa terjadi. Poin utamanya penyemangat hidup untuk selalu bangkit. Ketika
jiwa sedang terjatuh akan ketakutan tentang ujian hidup, hanya satu sayap
malaikat yang terus memapah berusaha mengajak bangkit dari peraduan. Melihat
hari esok penuh keyakinan. Sosok ibu yang berwajah teduh selalu berkorban
setiap waktu demi masa depan saya, akan selalu aku pertaruhkan bahkan cita-cita
Akuuntuk selalu menjadi pengganti seorang bapak ketika beliau wafat.
Hati Akuselalu bertutur agar kelak beliau selalu
berada dalam kehangatan mesra dekapan istri saya. Melihat mereka berdua sangat
rukun saling mengasihi seakan tidak akan pernah luput selalu bersyukur. Usia
yang sudah terlanjur terlambat menikah harus Akunikmati dan Akusyukuri. Menikah
adalah rezeki ketika kedua orang berbeda jenis kelamin, berbeda pendapat,
berbeda kebiasaan meluruh dalam pengakuan janji suci yang dinamakan pernikahan.
Ya Allah, Aku akan selalu menerima keputusan-Mu
asalkan Engkau tidak merah kepadaku.
No comments:
Post a Comment