Sunday, 22 July 2018

Terima Kasih Ibu


“Ibu, bolehkah aku bersimpuh di hadapmu? Maafkan aku sebagai anakmu aku masih belum bisa sepenuhnya membahagiakanmu,” sungkem ,dalam kepada Ibu.

Terima kasih atas kasih sayangmu karena bagiku, engkau adalah udara yang aku hirup bersama hidupku. Kekuatan menuju jalan mencarai ketenangan hati, pikiran serta tingkah laku. Kedekatanku semenjak kecil dan menyadari ibu sebagai tempat ternyamaku dalam dekapannya. Aku selalu takjub atas pengorbanannya dari melahirkan serta mendidik aku serta dua kakaku.  Masa kecil ibu tidak seberuntung aku. Banyak pelajaran hidup yang bisa petik dari beberapa pengalaman dan ternyata aku tak bisa membayangkan jika masa kecilku sama seperti masa kecil ibuku.

Tujuan ibuku menghadapi hidup adalah sederhana agar kelak anak-anaknya lebih beruntung hidupnya dibanding dengan kehidupan masa kecilnya. Tujuan itu aku pahami ketika remaja. Saat aku bisa mengerti begitu berat mamaknai proses yang bernama menjemput rezeki. Kini beliau sudah berada dimasa senja. Kemampuannya sudah tidak seperti sedia kala. Ibu, maafkan anakmu belum bisa membalas semua kebaikanmu. Aku hanya ingin membuatmu bisa tersenyum. Aku mengerti atas do’a yang selalu engkau panjatkan terutama untuk kebahagianku dikehidupan kelak bersama istri serta keturunanku. Ibu sungguh tidak ada seseorang yang sangat bisa mengerti perasaanku kecuali Ibu.

Terima Kasih,  Ibu.

No comments:

Post a Comment