Sunday, 22 July 2018

Demam


Tanda tubuh mulai demam, selain flu dan sakit kepala maka suhu badan menghangat. Efek tersebut jika berkelanjutan lebih dari satu hari. Selama tubuh bisa berjalan keadaan demam paling banter beli obat penurun panas, flu dan deman di warung sebelah. Masalah selesai, bagi wong cilik. Karena memang hidup kadang harus dipaksa tidak manja. Tuhan biasanya lebih mengerti kemampuan hamba-Nya dan mereka tetep enjoy menghadapi hidup.

Beda demamnya orang yang berkepentingan. Demam lebih meningkatkan rasa simpati orang lain. Sehingga segala macam properti seperti selimut, koyo cabe, minyak angin, sedikit akting mata sayup kantuk berhasil membatalkan proses kegiatan. Tingkatannya akting demam pun bertingkat, kalau kelas warga biasa sebagai alasan tidak menghadiri undangan pemilihan kandidat ketua RT. Konon menjadi ketua RT adalah jabatan yang sering dapat "maido khasanah" (semacam omelan). Rumah RT selalu dihujani ketidakpuasan warga khususnya dalam pembagian baik berupa material atau hak-hak sebagai warga negara lainnya. Demamnya para pejabat beda lagi, sudah berani memakai ventilator semacam alat bantu saluran pernafasan. Bahkan berani menyewa rumah sakit sebagai tempat akting yang dibayar puluhan juta rupiah demi berkilah di meja pengadilan. Semoga segala macam akting tersebut di tahun 2018 ini, tidak menjadi wabah demam berskala nasional.

Ada lagi demam yang dipentingkan yaitu demam panggung. Lebih lagi ini sebagai pelaku demam berkedudukan sebagai orang yang dibutuhkan. Artinya baik dari gejalanya demam bukan sebagai penyakit, namun rasa kurang siap atau kurang meyakini kemampuan untuk berhadapan di muka publik. Demam ini dipentingkan karena tidak semua orang berani mencoba tampil. Sedang apabila sudah melewati proses demam panggung, tinggal waktu yang bisa menekan gejala tersebut. Apabila ada orang yang mengalami hal itu jangan ditertawakan, lebih baik didukung. Mereka termasuk ke dalam golongan kaum yang ingin belajar, sedangkan yang menertawakan belum tentu cakap mengajarinya.

Terakhir, yaitu demam industri. Sebenarnya cakupannya luas. Layaknya sebuah organ manusia yang saya contohkan adalah bentuk selnya. Seperti demam industri musik. Di lingkungan saya tinggal, tepatnya 2 bulan yang lalu masih gandrung dengan lagu Via Vallen yang berjudul "Sayang". Tidak tanggung tanggung, layaknya sebagaimana tanggapan orkes di malam hari. Semua berdendang, kendangan ala koplonya memang nge-bit. Lirik yang membuat orang mendenger jadi baper. Maka yang dengar pun ikut meresapi pesan tiap lirik atas kebaperan ungkapan "tresno" yang terus berharap kekasihnya kembali. 

Ternyata atmosfer bulan Ramadhan membawa masyarakat ke ranah industri musik yang bernuansa timur tengah. Saya mengamati juga demikian, baik film, sinetron, ajang kompetisi bakat turut serta merta mewarnai layar kaca. Juga termasuk kehadiran Mbak Nissa Sabyan yang bisa merebut hati para fansnya. Pedagang VCD menuju gubuk saya, ketika saya pulang kerja dia masih melongo nyetel sholawatannya Mbak Nissa Sabyan. Saya hitung sudah 5 kali saya berpapasan melihat keadaan serupa. Begitupun juga yang terjadi di lingkungan saya, pagi, siang hingga menjelang magrib lantunan sholawatan itu di putar melalui youtube. Benar-benar pengaruh sekali pembawa sholawat yang membawa misi begitu mulia.

Demam industri pun bisa membawa kebaikan. Namun apakah semua itu akan naik turun seperti sejarahnya Mbak Sulis dan Mas Haddad Alwi 20 tahun yang lalu?Ya masyarakat kita sesekali terkena demam yang sulit dihilangkan.

No comments:

Post a Comment