Tanda
tubuh mulai demam, selain flu dan sakit kepala maka suhu badan menghangat. Efek
tersebut jika berkelanjutan lebih dari satu hari. Selama tubuh bisa berjalan
keadaan demam paling banter beli obat penurun panas, flu dan deman di warung
sebelah. Masalah selesai, bagi wong cilik. Karena memang hidup kadang harus
dipaksa tidak manja. Tuhan biasanya lebih mengerti kemampuan hamba-Nya dan
mereka tetep enjoy menghadapi hidup.
Beda
demamnya orang yang berkepentingan. Demam lebih meningkatkan rasa simpati orang
lain. Sehingga segala macam properti seperti selimut, koyo cabe, minyak angin,
sedikit akting mata sayup kantuk berhasil membatalkan proses kegiatan.
Tingkatannya akting demam pun bertingkat, kalau kelas warga biasa sebagai
alasan tidak menghadiri undangan pemilihan kandidat ketua RT. Konon menjadi
ketua RT adalah jabatan yang sering dapat "maido khasanah" (semacam
omelan). Rumah RT selalu dihujani ketidakpuasan warga khususnya dalam pembagian
baik berupa material atau hak-hak sebagai warga negara lainnya. Demamnya para
pejabat beda lagi, sudah berani memakai ventilator semacam alat bantu saluran
pernafasan. Bahkan berani menyewa rumah sakit sebagai tempat akting yang
dibayar puluhan juta rupiah demi berkilah di meja pengadilan. Semoga segala
macam akting tersebut di tahun 2018 ini, tidak menjadi wabah demam berskala
nasional.
Ada
lagi demam yang dipentingkan yaitu demam panggung. Lebih lagi ini sebagai
pelaku demam berkedudukan sebagai orang yang dibutuhkan. Artinya baik dari
gejalanya demam bukan sebagai penyakit, namun rasa kurang siap atau kurang
meyakini kemampuan untuk berhadapan di muka publik. Demam ini dipentingkan
karena tidak semua orang berani mencoba tampil. Sedang apabila sudah melewati
proses demam panggung, tinggal waktu yang bisa menekan gejala tersebut. Apabila
ada orang yang mengalami hal itu jangan ditertawakan, lebih baik didukung.
Mereka termasuk ke dalam golongan kaum yang ingin belajar, sedangkan yang
menertawakan belum tentu cakap mengajarinya.
Terakhir,
yaitu demam industri. Sebenarnya cakupannya luas. Layaknya sebuah organ manusia
yang saya contohkan adalah bentuk selnya. Seperti demam industri musik. Di
lingkungan saya tinggal, tepatnya 2 bulan yang lalu masih gandrung dengan lagu
Via Vallen yang berjudul "Sayang". Tidak tanggung tanggung, layaknya
sebagaimana tanggapan orkes di malam hari. Semua berdendang, kendangan ala
koplonya memang nge-bit. Lirik yang membuat orang mendenger jadi baper. Maka
yang dengar pun ikut meresapi pesan tiap lirik atas kebaperan ungkapan
"tresno" yang terus berharap kekasihnya kembali.
Ternyata
atmosfer bulan Ramadhan membawa masyarakat ke ranah industri musik yang
bernuansa timur tengah. Saya mengamati juga demikian, baik film, sinetron,
ajang kompetisi bakat turut serta merta mewarnai layar kaca. Juga termasuk
kehadiran Mbak Nissa Sabyan yang bisa merebut hati para fansnya. Pedagang VCD
menuju gubuk saya, ketika saya pulang kerja dia masih melongo nyetel
sholawatannya Mbak Nissa Sabyan. Saya hitung sudah 5 kali saya berpapasan
melihat keadaan serupa. Begitupun juga yang terjadi di lingkungan saya, pagi,
siang hingga menjelang magrib lantunan sholawatan itu di putar melalui youtube.
Benar-benar pengaruh sekali pembawa sholawat yang membawa misi begitu mulia.
Demam
industri pun bisa membawa kebaikan. Namun apakah semua itu akan naik turun
seperti sejarahnya Mbak Sulis dan Mas Haddad Alwi 20 tahun yang lalu?Ya
masyarakat kita sesekali terkena demam yang sulit dihilangkan.
No comments:
Post a Comment