Sunday, 22 July 2018

Semprong


Jajanan tradisional lebaran yang masih eksis saat ini salah satunya adalah semprong. Kue yang asalnya lembaran yang digulung lonjong ini berbahan dasar tepung beras, telur dan sedikit wijen. Apabila hasil lembaran kue ini dilipat berbeda namanya, biasanya disebut gapit.

Memang dua macam kue tersebut agak mirip bahkan bisa menjadi saudara kembar. Menurut saya perbedaannya pada ketebalan lembaran kuenya sebelum di bentuk. Tekstur semprong lebih kriuk di lidah. Untuk mencapai kerenyahan tersebut haruslah menggunakan lembaran yang tipis.

Proses pembentukan lembaran kue yaitu secara tradisional tidak menggunakan mesin. Biasanya cetakan semprong berbentuk bulat. Ketika adonan dituangkan dan sudah matang kemudian dengan cepat kue langsung digulung. Keadaan tersebut membuat panjang semprong berbeda beda. Tergantung sempurnanya adonan mengisi cetakan kuenya.

Kalau kebetulan isian penuh, maka bentuk semprong lebih panjang. Namun berkebalikan jika adonan yang pengisiannya tidak sempurna. Sehingga tidak ada standar presisi dalam ukuran sentimeter layaknya semrong moderen yang berisi coklat pasta.

Tekstur warna semprong juga berbeda-beda. Namanya juga masih menggunakan peralatan sederhana, terkadang ada yang kering menghasilkan warna kekuningan sempurna. Namun, jika terlalu masak, bagian pinggir cetakan berwarna kecoklatan.

Dalam satu toples semprong bagi saya menarik untuk dipelajari. Untuk menjadi lebih indah dan memikat para penikmatnya, umumnya semprong di tata rapi berdiri. Meskipun panjang serta warna semprong berbeda mereka mempunyai cita rasa enak yang sama.

Semisal toples tersebut sama halnya organisasi dalam lingkup sempit dan negara dalam artian luas. Serta semprong tersebut merupakan pengurus dan anggotanya maka segala macam perbedaan dianggap satu rumpun. Namun ketika dituntut dihadirkan kepada khalayak umum yang di kedepankan adalah nilai kebaikan yang memberikan rahmat bagi sesama maupun alam semesta. Meskipun pendapat saya ini kurang tepat, setidaknya saya menikmati semprong sembari berkhayal. Andaikan manusia bisa menyebabkan rahmat. Betapa indah segala macam perbedaan yang ada.






No comments:

Post a Comment