Guru dan murid adalah
dua hal yang tidak dipisahkan dalam dunia pendidikan. Peran guru sebagai
fasilitator ilmu teori maupun praktek serta peran lain sebagai pendidik
moralitas murid agar dapat berkiprah dalam masa depannya. Kurun waktu 20 tahun
terakhir ada pergeseran nilai eksistensi dari dua aktor pendidikan di
Indonesia. Pergeseran tersebut disebabkan karena beberapa hal unsur yaitu
politik, ekonomi, digitalisasi dan globalisasi.
Unsur politik
memperngaruhi kebijakan yang berhubungan dengan birokrasi seperti kebijakan
sertifikasi serta pembahasan kurikulum pendidikan. Pertumbuhan ekonomi yang
membaik mendorong laju tingkat pendidikan semakin cepat. Era digitalisasi
menuntut peran guru dan murid lebih dapat menguasai kemajuan zaman yang serba
instan dan lebih efisien. Percepatan globalisasi yang turut masuk melalui
budaya, pembangunan, pemikiran serta doktrin-doktrin gaya hidup merubah tatanan
peradaban pendidikan yang bersifat ketimuran.
Sesuatu yang keluar dari
pemikiran seseorang sangat tergantung dengan keadaan hatinya. Keadaan hati
seorang guru sebagai penentu pencapaian tujuan vertikal baginya sebagai
pertanggungjawaban moral atas profesinya. Sifat kemuliaan guru sebagai
percontohan untuk bisa memberikan sesuatu dengan ketulusan hatinya. Salah
satunya, peran guru dalam membangun kelapangan hati seorang murid sangat
diperlukan. Apapun yang terjadi kepada muridnya, maka guru harus berperan
sebagai seorang motivator yang dapat melapangkan serta membesarkan hatinya.
Kedekatan interaksi guru
kepada muridnya akan mempunyai makna tersendiri dari keduanya secara alami
membangun ruang untuk bisa menerima ajakan ke arah positif. Berlaku tanpa tabir
untuk berkomunikasi bersamanya seakan akan guru adalah tempat mengasyikan
baginya. Setiap guru mempunyai cara tersendiri untuk mengaplikasikannya dan
setiap murid mempunyai cara yang berbeda pula. Peka terhadap lingkungan sekitar
setidaknya merupakan salah satu syarat untuk memikirkan formula yang tepat
untuk pendekatan kepada murid.
Ibu adalah sebaik-baik
guru bagi anaknya. Peranan ibu sangat bergantung dengan karakter seorang anak.
Pendidikan keseharian dari dimulai dari anak bangun tidur hingga tidur kembali
sebagai refleksi sifat kepribadian yang dimulai dari kecil. Kebiasaan
mengalahkan segudang teori tentang kedisiplinan. Pendekatan tata krama atau
atitude menjadi percontohan karaktek ibu ketika periode awal masa balita. Masa
yang mampu meniru kejadian didekatnya yang tentunya seorang ibu hampir 80%
sebagai penentu sifat yang akan muncul dalam pikirannya. Bahkan keberhasilan
dari seorang anak di semua bidang ditentukan dg cara pendidikan ibu yang lebih
dekat emosionalnya.
No comments:
Post a Comment