Pasar merupakan tempat perputaran
ekonomi di suatu tempat yang mengakibatkan interaksi manusia membentuk
sebuah komunitas yaitu perdagangan. Banjarsari misalnya, sebuah pasar terbesar
di Kota Pekalongan terletak di sebelah bagian utara dari pusat kota. Destinasi
kebutuhan pokok, pakaian hingga kebutuhan tersier lainnya dapat diperoleh cukup
dalam sebuah gedung bertingkat dengan segala kondisi bagian bagian didalamnya.
Jalan satu arah ke utara
menjadikan ciri khas jalan menuju Banjarsari. Pertokoan disamping kanan kirinya,
diapit oleh 2 kampung yang sekarang menjadi sejarah peradaban dan interaksi religi
didalamnya. Kampung Cina dan kampung Arab yang bersebelahan dipadukan oleh
berkumpulnya Suku Jawa bertemu dalam satu lingkup mempunyai tujuan yang
mengatasnamakan perdagangan.
Gedung bertingkat menghadap
arah timur yang sepertinya jika pertama kali melihatnya sebuah pasar modern
dengan berbagai fasilitasnya termasuk tempat memutar layar lebar. Memang secara
konsep seperti itu, didalam nya terdapat pula pasar tradisional yang dapat
diakses dalam satu tempat. Didepan gedung ini terdapat sebuah gang dengan lebar
2 meter ke arah timur menuju perkampungan Arab. Sekitar 10 meter memasuki gang, terdapat
sebuah masjid yang berukuran tidak begitu besar. Masjid berwarna putih dengan
hiasan aneka tanaman hias memberikan nuansa kerindangan dengan hawa yang sejuk.
Sangat istimewa disaat waktu sholat fardhu hampir shaf laki-laki memenuhi
masjid tersebut. Tentunya hampir rata-rata yang berjamaah mempunyai interaksi yang erat dengan Pasar Banjarsari.. Bukan berarti bagi mereka yang lain, yang belum
berjamaah di masjid ini, lantas lupa dengan kewajibannya. Mereka melaksanakannya
ditempat berbeda. Dengan kondisi masjid yang lebih besar pula untuk menampung
jamaahnya. Semoga terjadi hal demikian adanya.
Keadaan masyarakat pantura
yang diberkahi oleh kekayaan laut yang melimpah tidak menjadikannya sebuah
ketakaburan. Meskipun intonasi ucapannya tidak sehalus orang Jawa Asli dan
penguasaan tata bahasa Krama Jawa tidak bisa sepenuhnya, maka tabiat serta kebiasaan
yang mewakili karakteristik masyarakatnya. Tabiat serta kebiasaan bermakna
lebih luas yaitu sifat serta kegiatan masyarakat pada umumnya. Tabiat positif
khususnya sangat patuh akan ucapan seseorang yang dianggap sebagai panutan
dalam hal beragama serta kebiasaan untuk berguyub dalam acara yang bertemakan
agama. Hal tersebut menjadikan ciri khas kota yang kental dengan keadaan aroma religinya.
Semua peradabannya, tidak
serta merta terjadi. Masyarakat pun tidak pernah lupa dengan semua yang telah
dilakukan oleh sesepuh yang telah mendahuluinya. Kejujurannya tercermin atas
doanya yang selalu mereka panjatkan disetiap kebiasaannya. Mereka turut
bersyukur atas semua nikmat yang dimilikinya. Nikmat
menjadi orang Pekalongan yang terbaik bagi mereka yang secara sadar mereka
terus bersyukur agar keberkahan selalu tercurah bagi Kota Pekalongan dan siapa
saja yang berada didalamnya.
No comments:
Post a Comment