Peringatan sebuah momentum
bagi diri kita untuk menyediakan pikiran, waktu, material bahkan mengorbankan
kepentingan mengulang kembali peristiwa yang terjadi pada hari itu
yang telah terjadi. Terlepas dari semuanya bahwa di Indonesia banyak sekali
peringatan yang berhubungan dengn masalah sejarah berdirinya negara, pahlawan
nasional, profesi, hari besar keagaamaan dan sesuatu yang bersifat universal
didunia. Keberagaman budaya, suku, agama, ras, kekayaan alam serta kepentingan di dalamnya, mendorong kebijakan pengesahan hari peringatan
menjadi libur nasional.
Bangsa Indonesia suka dengan
hari libur. Makna menyukai disini perasaan riang gembira apabila aktifitasnya
kesehariannya berhenti meskipun hari peringatan tersebut hanya satu hari.
Aktifitas yang dimaksud diantaranya baik
sebagai pelajar, mahasiswa, maupun pekerja yang jam kerjanya mengikuti
peredaran jam kerja sesuai dengan kalender. Pada pergantian tahun memberikan
wacana terhadap jatuhnya hari libur di tiap bulannya. Sebelum bulan tersebut
datang,dilihatlah jumlah tanggal merah yang paling banyak dalam setiap bulannya.
Setelah itu tanggal merahnya jatuh di awal minggu atau dipertengahan minggu
bahkan jatuhnya peringatan di hari Minggu pun biasanya hari peringatannya di tambahkan
dihari berikutnya. Sungguh sangat loyal sekali pemerintah kita.
Peringatan keagamaan
memberikan rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia menjadi prinsip
utama dalam hari libur nasional. Bahwa merujuk kepada UUD bahwa setiap warga
Negara berhak memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercaayaan itu atau masih dipertegas lagi bahwa dasar negara yang
mempercayai arti Ketuhanan Yang Maha Esa. Sekiranya alasan tersebut sangat
tepat agar dipergunakan sebagaimana mestinya terlebih hanya bagi mereka yang
mampu berfikir lebih bijak dan menanggapi dengan rasa syukur atas keluangan
yang telah diberikan.
Sangat relevan jika yang
mempunyai hari peringatan besar agama lebih besar mendekatkan diri dan
menyerahkan jiwa raganya atas peringatannya. Mengandung makna bahwa adanya hari
libur keagamaan maka tentunya ruh yang terdapat dalam diri manusia akan semakin
dekat kepada pemilik-Nya. Tuhan pun sengaja memberikan peristiwa yang terjadi
agar manusia mencari maksud tujuannya. Semakin dekat ruh kepada pemilik-Nya
maka cahaya sifat Maha Pengasih akan terpancar dalam setiap hati manusia yang
melahirkan akhlak baik baginya. Maka lingkungan sekitar sangat mendambakan
esensi dampak dari peringatan hari besar agama. Bahkan mereka sangat menantikan
jiwa-jiwa yang baru yang lebih berpotensi memberi motivasi ditengah kehidupan
masyarakatnya.
Pergeseran pemikiran hari
libur nasional. Seperti yang telah dikatakan bahwa bangsa Indonesia suka dengan
hari libur maka tabiatnya meskipun dalam satu bulan telah merasakan hari libur
maka semuanya itu akan merasa kurang. Meskipun dalam hitungannya semisalkan
dalam satu minggu mempunyai 5 hari kerja aktif dan 2 hari libur dalam satu
bulan maka jumlah total hari liburnya 8 hari. Apabila dalam satu bulan
mempunyai 3 peringatan hari libur nasional berarti jumlah hari liburnya 11
hari. Itu pun masih mengharapkan agar hari libur nasional berurutan mendekati
akhir pekan.
Lebih pintar memilih
menikmati liburan bukan hanya sekedar mobiltas semata. Tuhan Maha Paling Pintar
menciptakan perangkat makhluknya dengan segala fasilitas yang dimiliki. Namun makhluknya tidak berusaha untuk membaca
sesuatu yang ada dalam dirinya. Manusia
dan seperangkatnya, yang dirinya tidak
mengetahui sesuatu yang dimiliki. Maka pencarian diluar mereka yang dia
sibukkan. Mencari sesuatu yang tidak dimiliki atau mencari sesuatu yang orang
lain miliki. Pencarian kebahagiaan diluar yang bukan porsinya sebagai
kepentingan urgen, bukan porsinya baginya dengan ingin meniru gaya hidup orang
lain, manjadikan sesak hatinya melihat sesuatu yang orang lain atas kebahagiaannya.
Ruang hatinya yang seharusnya melebar maka dibendung keinginan-keinginan yang
Tuhan ,mengatakan bahwa semuanya belum pantas bagi dirinya. Tuhan pun tersenyum
dengan mengatakan bahwa “Maka nikmat mana lagi yang Engkau dustakan?”
No comments:
Post a Comment