Semakin banyak melihat media informasi maka akan menguasai dunia
dan sekaligus menjadi budaknya yang terkungkung hingga akal pikirannya.
Media hanya seperti sampah manusia yg mempunyai massa dan tujuan
akhir yg akan membawa petaka untuk manusia itu sendiri.
Seperti hardisk mempunyai kapasitas maksimum data jika
overload maka akan nge'hang. Banyak manusia di era sekarang yg nge 'hang atas
kebenarannya masing2 yang menunjukkan identitas dirinya.
Semakin manusia beradab maka peradabannya dimulai dari kemuliaan
hati bagi sesamanya.
Mata dan media 2 unsur
yang disatukan dalam pemikiran. Hari ini dilihat maka besok akan langsung
tayang di media cetak. Real time menyuguhkan berita terbaru dalam
hitungan kurang dalam 1 jam semuanya peristiwa dapat diliput oleh reporter yang
ditiap wilayahnya terdapat penguasaan berita tersendiri. Peran mata serta
bekerjasama dengan pendengaran diterima dilanjutkan dengan aksi tanggap segera
menyebabkan kesegaran berita lebih terjaga. Aksi yang begitu hebat
mencengangkan manusia lain untuk berfikir telinganya lebih peka dengan keadaan
sekitar. Penghargaan terbesar baginya dari pengorbanan fisik dalam medan
peperangan sekalipun maka tetap mereka lakoni dengan penuh tanggung jawab
sebagai jurnalis.
Media sebagai wadah yang
terbentuk dalam ikatan peraturan profesional dan mempunyai unsur matraelastis.
Mempunyai ruang pemikiran yang sangat luas bahkan mendalam tentang menghadapi
sesuatu hal yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Rasa profesionalisme
menjadi hak baginya untuk bertanggungjawab atas liputannya. Matrealistis
menjadi sokongan utama berjalannya sistem untuk melanjutkan roda visi dan
misinya.
Media menjadi barometer
pendapat masyarakat, maka menjadi media independen sangat diharapkan
ditengah-tengahnya. Media bagaikan jendela dunia pengetahuannya. Seperti
jendela disaat dibuka berbagai informasi di luar dapat dilihat bahkan sebelum
tidurpun bisa mengaksesnya dengan cara ’klik saja. Mempunyai pengaruh yang besar bagi keberlangsungan
informasi yang baru di update tiap detiknya.
Pergeseran arah media
semakin meluas seiring dengan kemajuan dunia yang dikuasai oleh pihak poltik
dunia. Isu politik dunia sebagai tonggak pencetus dari berbagai persoalan
disiplin politik lokal, budaya, pendidikan dan bahkan agama. Ranah melalaui
informasi yang disampaikan melalui media sosial terus mengalir deras tiap
detiknya dengan fasilitas klik dan share.
Hitungan detik dapat dilihat oleh ribuan
pengguna lain yang kebetulan mempunyai akses peretemanan dengannya. Proses nya
tidak mengindahkan keberlangsungan isi dari informasi kebenaran tersebut. Media
sosial pun seakan menutup mata dengan standarisasi mengenai isi informasi yang
disebarluaskan.
Manusia yang overdosis
terhadap media tanpa melakukan ritme dari penyebarluasan informasi menganggap
akan bermanfaat. Sesuatu yang diambil dari informasi belum tentu mempunyai asas
kemanfaatan yang dipertanggungjawabkan.
Isi dari informasi yang jelas diterima pun masih simpang siur atas
kejadian yang sebenarnya terjadi.
Mencari kemungkinan
informasi secara luas mengenai pemberitaan akan menghindarkan pembenaran
subyektif. Membutuhkan waktu serta kemampuan untuk mempelajari peristiwa
beserta penyebabnya. Emosi yang tak terkontrol menyebabkan hati manusia semakin
sesak, sekalipun diajak sejenak untuk berhenti bernafas.
Berusaha untuk menambah
ilmu menjadikan manusia lebih beradab. Disiplin
ilmu tidak serta merta berhubungan kegiatan formal. Belajar berinteraksi kepada
sesorang yang mempunyai wawasan yang luas akan lebih bermanfaat sebagai
penyeimbang pikiran manusia menghadapi kemelut informasi yang bertebaran.
Indonesia membutuhkan manusia beradab untuk melawan sistem informasi
perdagangan bebas.
No comments:
Post a Comment