Tuesday, 17 May 2016

Hari Ini Hanya Sebagian


Pak Dharma masuk ke rumahnya sesekali ia memandang wajah Yatmi. Senyum Yatmi yang tak pernah habis untuk suaminya seperti ada tanda tanya yang besar kepadanya dan hanya sekedar mendamaikan pertanyaan dihatinya. Pak Dharma tidak serta merta memberi tahu maksud dari pandangannya. Hari yang penuh terik matahari mengucur keringat dari pelipis turun hingga dahinya. Sepertinya lelah menggelayuti punggungnya dan didepannya tersedia air teh hangat yang sengaja disajikan oleh Yatmi kemudian ia duduk disampingnya.

Sapatah tak terucap dari mulutnya hanya mendampingi suaminya yang telah berusaha mencari rezeki dengan dagangannya. Seraya senyum terucap mulailah mereka bersuara lewat cegukan teh melewati kerongkongannya. Ikhlas memberi terbaik anugerah dari sifat baiknya Pak Dharma yang tercermin pada hati Yatmi.

Angger datang memeluk Pak Dharma tawa riang menyambutnya dengan membawa mainan mobil-mobilan kesukaaanya. Anak kedua dari Pak Dharma bernama Angger yang sedang beranjak sekolah Taman Kanak-kanak. Dua hari yang lalu Angger telah diberi tahu untuk bersabar ingin pergi ke pasar sekedar jalan berasama dengan Pak Dharma. Setidaknya Pak Dharma terus bercanda dengannya agar lupa atas keinginannya.

Sepeda pun terparkir didepan rumahnya, sore pun tiba Yatmi berjalan keluar dari pintu samping menuju 2 keranjang dibelakang sepeda Pak Dharma. Tempat perbekalan, barang dagangan dan bawa hasil belanjaan dari pasar. Tidak seperti biasanya tumpukan plastik itu hanya sejengkal di bagian 1 keranjang. Hanya wadah nasi kotak sebagai bekalnya disaat berdagang. Yatmi pun mengambil dan dibawanya menuju ke sumur tepat dibelakang rumahnya. Hatinya bergeliat menambah pertanyaan seakan-akan bertanya tentang kejadian pagi hari ditempat Pak Dharma berdagang. Tapi keinginan kuat terus ada hingga segala macam praduga-praduga dibenaknya terkikis sembari menata wadah nasi kotak di rak piringnya. Kemudian dari samping belakang Yatmi melirik Angger yang terus tertawa dengan Pak Dharma, tak terasa Yatmi pun ikut tersenyum melihat tingkah polah kedua manusia di teras rumahnya.  

Malam pun tiba, hening nya suasana kanan dan kiri rumahnya berdinding papan terus terdengar suara jangkrik  bersautan. Angin yang terus menari berirama dinginnya malam menembus pori-porinya hingga secangkir kopi di atas meja pun begitu cepat dinginnya. Yatmi terus berusa mendekat Pak Dharma yang duduk di ruang tengah miliknya. Jawaban yang terus ingin diungkap oleh Yatmi tentang sesuatu hal sampai skarang belum tahu atas kejadian sesungguhnya. Namun sepertinya Pak Dharma tidak begitu tega melihat keinginan tersirat dari Yatmi.

“Begitu indah hidup keluarga kita ini, dua orang anak yang telah beranjak besar dipertengahan menuju Sekolah Menengah Pertama dan kemudian malaikat kecil dengan kepolosan tingkahnya sebentar lagi akan mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak”, sahut Pak Dharma kepada Yatmi di tengah perbincangan mereka berdua. 

“Ya terima kasihku atas kamu Yatmi, pendidik kebahagiaan pada hati mereka yang selalu damai disaat hingar, tak mengendorkan urat kaki-kakinya untuk berlari membawa asa kebahagiaan dengan janji diatas tulisan kertas yang mereka tulis sehari-hari. Seakan-akan mereka mampu berdiri meski mereka sadar dalam hatinya dia tumbang ditengah polah tingkah teman sebayanya”, mata Pak Dharma sedikit berkaca-kaca sambil melihat dua anaknya tidur saling berhadapan dikamarnya.

Yatmi pun hanya terdiam kemudian ia pun turut menatap dua anaknnya yang masih tertidur pulas.
“Lalu jika Tuhan meminjam kebahagiaan kita untuk kemudian diberikan kepada orang lain lantas kamu akan terus bertanya kepada Tuhanmu?” tanya kembali kepada Yatmi.

“Semua yang ada pada manusia hanya pinjaman dari-Nya jika hari ini Tuhan tidak memberikan pinjaman kepada sesuatu yang dititipkan kepada kita ya kita terima saja, janganlah kita menyikapinya dengan selalu protes atas nikmat bahagia hari ini” jawab Yatmi dengan memandang Pak Dharma.

“Tidak seperti biasanya Aku pulang dengan berbagai barang yang Kamu butuhkan. Tadi di jalan Aku bertemu seseorang yang lebih membutuhkan daripada kita. Aku merasa bahwa sepatutnya Aku bisa membantu dia. Akhirnya aku memberikan sebagian hasil ini untuk dia. Meski  hari ini perolehanku sedikit semoga Tuhan memberikan keberkahan kepada kita” pungkas Pak Dharma.

"Terserah apa yang akan Tuhan berikan kepada kita. Disaat kita menganggap kurang maka sebenarnya kita mempunyai kelebihan. Nilai kebahagiaan tidak akan pernah sampai jika diukur dengan materi" jawab Yatmi yang sepertinya keduanya saling legowo menerima sesuatu yang Tuhan berikan.


No comments:

Post a Comment