Wednesday, 11 May 2016

Antara manusia dengan dot pixel




Pagi yang buta lalu membukalah mata dihadirkan oleh barang disisi bantal ditempat tidur. Smartphone sebagai pegingat waktu alarm, jari telunjuk mengusap pola kunci agar bisa membuka segala menu di dalamnya. Diketuklah sebuah aplikasi pesan singkat yang telah masuk beberapa jam yang lalu.

Sejenak beranjak bangun setelah menyegarkan badan sembari menunggu masakan yang biasa tersajikan. Di atas meja ruang tengah terdapat remot kontrol sebuah layar televisi yang berbentuk tipis. Tombol merah pada pojok kanan atas sebagai tombol power dipilihlah seketika itu pula menyala acara televisi dengan ragam topik berita.

Mentari kian menyingsing dari peradabannya lalu pergilah dengan kewajibannya. Sampai di meja menyalalah sebuah komputer dengan segala proyek yang akan dikerjakannya. Beberapa menit kemudian terdengar notifikasi email masuk dari klien kerjanya. Seorang sekertaris mengetuk pintu membawakan beberapa berkas dan menyiapkan sebuah proyektor sebagai tanda untuk memulai briefing harian.

Ketika lelah menghadang rumah sebagai tempat untuk kembali padanya. Orang tercinta menyambutnya dengan senyuman ramahnya. Secangkir air teh hangat disajikan tiada terucap kata, jari-jari tangan telah menari di smartphone merespon kejadian di sosial media.

Manusia dan Layar LCD atau sejenisnya. Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari dunia modern. Bersinggungan dan menjadi bagian didalamnya pada akhirnya menimbulkan kergantungan jiwa yang sudah tidak dapat di bedakan porsinya. Durasi  dosis berkepanjangan melihat layar LCD kelelahannya berpengaruh terhadap indera dan kebiasaannya.

Dimensi LCD mempunyai panjang dan lebar  yang menjadi batas nya. Dalam tiap sentimeternya mempunyai sebuah titik yang dinamakan dot pixel. Semakin lebar layar LCD maka lebar pula cara pandangnya. Begitupula banyaknya dot pixel, nya maka semakin banyak dot pixel per sentimeter maka semakin halus gambar yang dihasilkan oleh sebuah LCD berlaku kebalikannya.

Alangkah indah akan semua hasil penciptaan-Nya kepada manusia. Akal dan pikiran manusia menjadi modal terbesar manusia untuk membentuk akhlaknya. Cara pandang dalam berfikir sangat perlu dalam membaca peristiwa. Seperti dimensi LCD yang lebih lebar maka  semua orang dapat melihatnya dengan lebih mudah.  Begitupula akhlak, yang terbentuk dari kebaikan kecil  yang dilakukan secara terus menerus. Seiring waktu berjalan manusia terus tumbuh hingga dia tak menyadari akhlaknya. Maka orang lain pun menilai jika manusia berakhlak baik maka akan menjadi manusia yang berkualitas baik. Jika dot pixel ibarat akhlak yang kecil, jika tertata semakin banyak maka akan membentuk kualitas LCD yang semakin baik.

No comments:

Post a Comment