Pagi yang buta lalu membukalah mata
dihadirkan oleh barang disisi bantal ditempat tidur. Smartphone sebagai pegingat waktu alarm, jari telunjuk mengusap
pola kunci agar bisa membuka segala menu di dalamnya. Diketuklah sebuah
aplikasi pesan singkat yang telah masuk beberapa jam yang lalu.
Sejenak beranjak bangun setelah menyegarkan
badan sembari menunggu masakan yang biasa tersajikan. Di atas meja ruang tengah
terdapat remot kontrol sebuah layar televisi yang berbentuk tipis. Tombol merah
pada pojok kanan atas sebagai tombol power dipilihlah seketika itu pula menyala
acara televisi dengan ragam topik berita.
Mentari kian menyingsing dari peradabannya
lalu pergilah dengan kewajibannya. Sampai di meja menyalalah sebuah komputer
dengan segala proyek yang akan dikerjakannya. Beberapa menit kemudian terdengar
notifikasi email masuk dari klien kerjanya. Seorang sekertaris mengetuk pintu
membawakan beberapa berkas dan menyiapkan sebuah proyektor sebagai tanda untuk
memulai briefing harian.
Ketika lelah menghadang rumah sebagai tempat
untuk kembali padanya. Orang tercinta menyambutnya dengan senyuman ramahnya.
Secangkir air teh hangat disajikan tiada terucap kata, jari-jari tangan telah menari
di smartphone merespon kejadian di
sosial media.
Manusia dan Layar LCD atau sejenisnya.
Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari dunia modern. Bersinggungan dan
menjadi bagian didalamnya pada akhirnya menimbulkan kergantungan jiwa yang
sudah tidak dapat di bedakan porsinya. Durasi
dosis berkepanjangan melihat layar LCD kelelahannya berpengaruh terhadap
indera dan kebiasaannya.
Dimensi LCD mempunyai panjang dan lebar yang menjadi batas nya. Dalam tiap
sentimeternya mempunyai sebuah titik yang dinamakan dot pixel. Semakin lebar layar LCD maka lebar pula cara pandangnya.
Begitupula banyaknya dot pixel, nya
maka semakin banyak dot pixel per
sentimeter maka semakin halus gambar yang dihasilkan oleh sebuah LCD berlaku
kebalikannya.
Alangkah indah akan semua hasil
penciptaan-Nya kepada manusia. Akal dan pikiran manusia menjadi modal terbesar
manusia untuk membentuk akhlaknya. Cara pandang dalam berfikir sangat perlu
dalam membaca peristiwa. Seperti dimensi LCD yang lebih lebar maka semua orang dapat melihatnya dengan lebih
mudah. Begitupula akhlak, yang terbentuk
dari kebaikan kecil yang dilakukan secara
terus menerus. Seiring waktu berjalan manusia terus tumbuh hingga dia tak
menyadari akhlaknya. Maka orang lain pun menilai jika manusia berakhlak baik
maka akan menjadi manusia yang berkualitas baik. Jika dot pixel ibarat akhlak yang kecil, jika tertata semakin banyak
maka akan membentuk kualitas LCD yang semakin baik.
No comments:
Post a Comment