Angger melompat-lompat kegirangan tatkala Pardi datang dari
kampung asal bapaknya Dharma. Pardi adik kandung dari Dharma yang bertempat
tinggal di kampung bersama ibunya. Memang dengan kesengajaan ia datang untuk
memberikan kejutan kecil berupa sedikit buah rambutan kepada Angger. Kurang
lebih 2 tahun terakhir datang ke rumah Dharma. Terheran-heranlah ia melihat
Angger yang sekarang sudah memasuki taman kanak-kanak.
“Om datang bawa apa tuh di plastik?”
“Nih rambutan dari kampung ngger…bawa masuk ke rumah sana”.
“Iya om makasih…om naik apa ke sini?”
“Tadi naik bus ngger…Bapakmu mana?”
“Bapak lagi kerja om”
Pardi masuk ke rumah melepas jaketnya beristirahatlah di depan
ruang tv sekedar melepas lelahnya. Tanpa sadar dia pulas tertidur karena
mungkin lelah dalam perjalanannya. Yatmi yang sudah mengetahui adik iparnya
datang pun langsung mempersiapkan secangkir teh yang diseduh di meja ruang tamu. Senja datang menjelang
magrib kayuhan pedal terdengar sayup-sayup semakin mendekat datang menuju rumah
Dharma.
“Assalamualaikum….”
“Waalailum salam “sahut Yatmi menjawab dari dalam rumah
“Oh ternyata Pardi datang ya bu?”
“Iya pak…tadi datang naik bus”
“Mana Angger bu?”
“Dia lagi maen ke sebelah”
Sembari keluar Yatmi mencari Angger untuk segera agar dia bisa
pulang ke rumah. Angger sedang asyik bermain dengan teman sebayanya Yudha, tanpa
menghiraukan bahwa hari pun sudah mulai gelap. Memang sifat anak-anak yang
dominan menyukai dunia bermain dengan teman-temannya.
“Ngger…asyik nih maennya…”
“Kamu main apa bareng Yudha?”
“Ini bu maen kelereng Angger kelereng nya banyak dari Yudha”
“Oya nak… tapi kok udah mau magrib ngger..km gak pengen pulang?”
“Bentar bu…nanti pulangnya”
“OIya ngger mau sampai
kapan?”
“Bentar lagi bu..” dengan nada kesal dia menjawab pertanyaan
ibunya.
Yatmi harus lebih memutar otaknya agar Angger bisa pulang tanpa
harus menangis. Sifat keibuan Yatmi memang sangat sabar dalam menghadapi
anak-anaknya. Sementara Yatmi sedang kebingungan untuk megajak Angger,
keceriaanya terus beratambah tatkala dia berhasil mengalahkan temannya dengan
mematik kelereng menembus dindning pertahanan lawan pada permainanya. Suara
adzan mulai terdengar dari balik mushola 10 meter disamping rumahnya Dharma.
Alhamdulillah sudah magrib dalam hatinya Yatmi berkata demikian. Suasana
hatinya masih berkecamuk untuk membujuk Angger.
“Angger sudah magrib ayuk kita pulang”
“Nanti bu….sebetar lagi bu..”
“Lho kan sudah magrib nak…ayok kita pulang”
“Masih enak bu…bentar sih bu”.
“Hmmm….anak Ibu kok susah diajak omong sih?”
Angger masih tetap bermain
dengan kelerengnya. Ibu nya pun terasa sudah mentok untuk membujuknya. Baru
teringat kalau di rumahnya ada om nya Angger mungkin dengan adanya beliau Angger
akan lebih memilih untuk pulang ke rumahnya.
“Angger ada om dirumah katanya km pengen maen sama om?”
“Ohh iya bu… ada om kan ya?”
“Iyaa…makanya ayo kita pulang, om nya sudah menunggu disana”.
Angger setuju dengan ajakan Ibunya. Sampai depan rumahnya dia
memanggil nama om nya. Sesampainya teras kelereng yang dipakainya bermain ia
taruh didalam kaleng susu kemudian ditaruhnya disamping rumah. Kamar mandi
adalah tujuan pertamanya selepas ia bermain. Memang sudah kebiasaannya mandi
setelah bermain dari kecil Ibu nya sudah mengajarinya.
“Ibu… Om nya dimana?”
“Om nya sedang keluar sama Bapak mu nak, mungkin sebentar lagi
pulang”.
“Iya bu….lama ndak bu
pulangya?”
”Sebentar lagi
ngger...km makan dulu ya ngger”
“Iya bu...”
Hangatnya ajakan
ibu dengan kebijaksanaan hati lebih terasa kasih sayangnya kepada anaknya. Begitupun
ketika mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan agar diutamakan kasih
sayang bukan ancaman yang didahulukan. Tuhan pun memberikan rasa kasih sayang
sebelum mengancam hamba-Nya.