Tuesday 20 June 2017

THR & Hutang

Begitupula para karyawan dipenghujung bulan Ramadhan masih asyik menggunjingkan kedatangan truk-truk berisi amplop yang diberi bungkus nama THR atau sejenisnya. Skala nominalnya diprediksi cukuplah membeli pakaian, sandal, ayam kampung, beras dan sisanya pada H-1 buat beli bungkus ketupat di pinggir jalan.

Para bos perusahaan mulai mikir mremet atas biaya yang sudah terprogram sebelumnya. Bahkan memang harus kesana kemari ambil dana produksi, cukup membuat jidadnya mengerut, baik bos perusahaan ecek-ecek atau sekaliber perusahaan internasigoreng. Semuanya gaduh diantara karyawan yang mengunggah status di media sosial bertanya kepada Tim Hilal Hari Raya, "Kapan THR akan keluar?". Apesnya keputusannya "Masih belum tampak", hhmmm...mencengangkan, ya seperti nagih hutang atas kebiasaan tahunan ini.

Tidak tanggung-tanggung pembelaan dibredel dengan tembusan dari Pak Mentri atas legalitas yang tersruktur dalam undang-undang. Sah Permenaker Nomor 6 TAHUN 2016 tentang THR diberlakukan. Memang semuanya akan melindungi sebagaimana haknya, sepakat dengan 2 jempol.

Tampaknya bisa tersenyum lega bagi yang pekerja formal yang mengenal angka sial bagi sebagian orang. Yaitu angka 13, bila mendengarnya lumayan bisa dialokasikan persiapan hari raya. Saya pernah ngobrol bareng salah satu karyawan perbankan pencapaian angka 14 bahkan ada, jadi dalam satu tahun bisa gajian 14 kali, jadi pengen beli kalendernya.

Sorakan "Kapan THR akan keluar...", akan langsung berubah disaat uang-uang tersebut telah berjalan-jalan diantara mbak-mbak kasir mall dengan berderet tulisan DISKON ALL item *)berlaku kelipatannya dan diatasnya ada tulisan "Berkah Ramadhan", memang pinter banget bentuk rayuan gombal yang terselubung dengan modus religi.

Efek uang memang melebihi merek bir yang mahal, memabukkan, menghilangkan keseimbangan dan tak tak pernah usai sebelum usia menutupnya. Sampai dititik jenuh dunia lupalah terhadap semua atas kewajiban terhadap hutang kepada sesama manusia, hutang atas kewajiban yang berhak dan hutang atas dirinya kepada kepada orang tuanya.

Masih ada kekurangan pembayaran kepada penjual sayur yang setiap hari menyediakan segala kebutuhan makanan. Bahkan masih ada beberapa tunggakan bayar pulsa meski terasa sepele bagi penjual mengambil untung 700 rupiah harus menunggu 1 bulan lamanya. Atau hutang lain yang seharusnya bisa diprioritaskan segera untuk pelunasan. Alangkah lebih baik sempurnakan kebaikannya dengan rasa legowo memberikan stempel LUNAS atas jeratan kewajiban sebagai pembayar hutang.

Apakah tidak memperhatikan nenek diseberang jalan yang sudah tidak mempunyai sanak saudara?Tentunya yang terakhir hutang yang tak kan bisa terbalaskan yaitu kasih sayang dari orang tua.

Atas nama THR, diskon, hutang dan kasih sayang di penghujung bulan Ramadhan.

No comments:

Post a Comment