Thursday 29 June 2017

Sepeda

Begitupun cara anak dari ibu saya yang sebentar lagi masuk SMK jurusan audio visual mengajak saya  sekedar menghabiskan sore dengan mengajak saya ngisi bensin yang letaknya cukup jauh 3 km dari rumahnya.

"Ayo, kate melok gak mas?nyepeda ndek embong gedhe golek sore tha?", sembari ngambil kunci kontak motor grand tahun 1996.

Sontak, hanya pokok pikirannya saya ambil "oh ... dia mengajak jalan-jalan". Bersyukur saya tidak lagi  roaming mengenal dialek bahasa Arek Malang yang terkenal dengan Ongis Nade-nya. Sedang kata "kate", berarti akan dan "embong" berarti jalan, sudah saya simpan baik-baik dalam kamus percakapan kearifan lokal setempat. Namun, dalam benak saya masih belum bisa berdamai dengan caranya dia dengan mengambil kunci kontak motor sedangkan ajakan awalnya yaitu bersepeda. Puncak kesepakatan saya untuk mengerti maksudnya saat dia benar-benar memakai helm kemudian berbunyi 'klik dan saya sedikit agak paham maksud sepeda itu sepeda motor.

"Ayo...siapp bos!", saya baru beranjak dari kursi tamu merespon ajakannya.

Beriringan putaran roda motor, suhu udara sore semakin dingin kendati itu, kendaraan pelancong domestik berplat L, S, M, AG dan W masih saja berlalu lalang memadati alun-alun Kota Batu. Saat itu pula tes pelajaran IPS kelas 3 MI saya diuji. Berarti plat L berasal Kota Surabaya, S itu Karisedan Tuban, M berarti dari Madura, AG berasal dari Karesidenan Kediri dan W berasal dari Karisedan Sidoarjo. Kalau benar berarti saya punya tambahan poin minimal 0,5 predikat bisa masuk sebagai mahasiswa teknik keselamatan transportasi darat, ah...hanya sebagai gaya kecil berceloteh saja.

Disepanjang perjalanan menuju pompa besin saya terngiang, masih heran dan sedikit tersenyum kecil lha istilah sepeda kok berarti motor.  Jadi teringat iklan susu kental manis. Saat anak laki-laki berlogat Jawa Barat itu bilang "Ini teh susu", kemudian anak perempuan berlogat Jawa Tengah menjawab, "Lho,...susu dibilang teh", berulang-ulang dan menimbulkan pongah kelucuan.

Kurang lebih 15 menit sampailah di pompa bensin tampak antrian panjang mengekor khususnya di bilik tambahan kendaraan roda 2. Jarak 5 meter dari noozel pengisian pertalite saya tengah asyik turun terlebih dahulu mengamati suasana sekitar. Dari bilik pengisian petalite tersebut terdapat keterangan bertuliskan SEPEDA arah tempat untuk mengantri pada jalur sisi kanan dan tentunya hanya kendaraan roda dua yang mendominasinya.

Akhirnya keabsahaan pemahaman makna sepeda yang berarti motor telah terjawab dengan dialek kebiasaan masyarakat setempat. Dalam hati saya bergumam, "Ohh...berarti memang sudah menjadi kesepakatan tentang istilah sepeda berarti kendaraan bermotor roda dua",mudheng saya.


No comments:

Post a Comment