Friday 2 June 2017

Biru Mata Sayu

Biru panggilan nama seorang pekerja honorer di sebuah instansi pemerintahan. Ada satu kelebihan yang dimilikinya kala itu karena dia mempunyai surat izin beberapa kepentingan dengan pihak instansi lain. Sebab kepunyaannya itu pada akhirnya biru resmi masuk bekerja pada tahun 2010. Biru sangat terobati karena sebelumnya ia menemukan pelajaran yang berharga. Tentang pengkhianatan teman seperjuangan honorer yang telah lolos seleksi menjadi pegawai resmi pemerintahan dengan cara yang tidak masuk kategori sportif dan kejujuran. Untuk kedua kalinya ini biru bekerja di tempat yang berlabel sama bahkan tidak jauh tempatnya dari pekerjaan yang lama.

Biru tidak sendiri, atas sesuatu yang diinginkan hijau mengundangnya menjadi rekan satu profesi dalam suasana tempat baru. Hijau sebutan bagi pekerja resmi pemerintahan yang telah diakui dengan berbagai ikatan antara hak dan kewajiban lebih dibandingkan biru. Hijau sangat responsif terhadap sesuatu yang dianggap abu-abu terutama mengenai tendensi pemasukan finansial diluar lalu lintas resmi dari pemerintahannya. Kalau ada rekanan luar instansi akan memberikan ucapan terima kasih berupa tanda mata atau sejenisnya maka hijau menolak mentah-mentah ini yang disebut abu-abu.

Selah 2 tahun ada kabar dari atasan kalau di perusahaan namanya general manager , konon ada promosi jabatan yang menghendaki penerimaan mutasi kerja dari instansi tetangga. Tentunnya ini membuat hijau sedikit panik nantinya akan menjadi pemimpin diantara bawahan yang sudah lebih dahulu mengenyam asam garam meniti berbagai pengalaman dengan posisi yang sama menjadi kepala. Ada yang perlu digaris bawahi bahwasanya kedatangan pekerja mutasi tersebut tidak akan menyaingi posisinya hijau sekarang. Atas ada kabar terselinap tersebut perasaan hijau agak lega.

Selang beberapa hari kemudian ketentuan dari manajemen menghendaki tambahan jumlah honorer atau yang disebut dengan penerimaan karyawan kaum biru. Via telepon berbagai karyawan kaum biru dipanggil memenuhi persyaratan mengikuti seleksi penerimaan calon karyawan. Biru 2 akhirnya resmi menjadi karyawan honorer dan sekaligus menjadi partner biru menjalin kekompakan bekerja.

Permasalahan demi permasalahan baik biru, hijau dan sekelumit penawaran abu-abu tertoreh silih berganti. Ada kalanya diskusi sebagai muara titik temu keputusan yang membuat hijau bertindak sendiri mengikuti satu prinsip menghindari kepentingan mengejar target penerimaan abu-abu.

Biru masih saja statusnya sebagai biru berusaha menumbuhkan suasana nyaman antara perbedaan prinsip yang tejadi. Kejadian secuil yang  akan menyulut kondisi kemudian cepat-cepat kemudian ia redam. Atas perbedaan jenis yang terjadi antara pegakuan resmi pemerintahan maka disana terjadi pereloncoan beban kerja yang dirasa cukup memberatkan oleh biru.

Tiba akhirnya sesuatu datang bentuk pekerjaan berupa pelatihan yang mau tidak mau harus diemban oleh ruang lingkup biru dan hijau. Mereka saling memandang satu sama lain dan mengatakan siapa yang akan mengikuti pelatihan ini mengingat begitu besar resikonya yang akan terjadi kelak. Berhubung sifat hijau disaat ngomong tidak pernah dijaga, hijau secara mendadak memberikan perintah kepada hijau kemudian mendelegasikannya atas acara itu.

Dalam diamnya, biru memutar segala pikirannya sebisa mungkin agar rencana pelatihan itu bisa ditangguhkan. Singkat perjalanannya permintaan biru ditangguhkan dan akhirnya hijau yang berangkat atas dasar pengakuan tugas resmi dari pemerintah. Memang dalam kejadian ini biru masih ingin bermain-main dengan keseriusan hijau tentang statusnya kini.

Sumber :google

No comments:

Post a Comment