Saturday 3 September 2016

Tirto Agung Pedalangan

Sebuah jalan penghubung antara Kelurahan Tembalang dan Banyumanik Semarang Selatan merupakan jalan bersejarah mengenang asam manis, pahit getir bersama teman seperjuangan. Langkahku dimulai dari Pekalongan hari Kamis siang menggunakan kereta api menuju Kota Atlas yaitu Semarang. Alhamdulillah perjalanan begitu singkat yang kemudian sampai Stasiun Besar Poncol Semarang Romi telah siap menjemput menuju rumahnya.

Bertempat tinggal  di perumahan sekitar daerah Meteseh saya pun beristirahan sejenak, sedangkan Romi memilih langsung mandi agar bisa mengefisienkan waktu lebih bisa bertemu bareng lebih awal. Rumah baru dengan desain minimalis memberikan kenyamanan tersendiri meski hanya singgah sebentar menuju ke Tembalang. Menjelang magrib saya dan Romi langsung menuju ke Tembalang sedangkan waktu sepertinya memasuki adzan magrib. Masjid Kampus Undip piihan pertama sebagai tempat menunaikan sholat magrib. Hampir seluruh jamaah berstatus sebagai mahasiswa, memang disini sebagai pusat pendidikan di Semarang. Semenjak Undip Peleburan berpindah ke Kampus Undip Tembalang, jumlah mahasiswa bertambah lebih banyak.

Sholat magrib sudah selesai saya dan Romi berpindah menuju masjid Kampus Poltekkes yang terletak di Kompleks Kampus I di Jalan Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang. Suasana memasuki kawasan Tirto Agung ternyata banyak perubahan yang begitu signifikan. Bangunan-bangunan baru atau masih dalam proses pembuatan, telah bermunculan. Lahan depan rumah di pinggiran jalan disulap menjadi beberapa pertokoan yang digunakan untuk usaha baik kuliner, perdagangan ataupun jasa lainnya.  Sangat jauh berbeda dengan pemandangan dahulu, yang bisa melihat secara langsung bentuk rumah disekitar pinggir jalan sekaran keadaraan rumah berada dibelakang toko atau bahkan digusur keseluruhan.

Kompleks Kampus I Poltekes Semarang tidak luput dari bangunan-bangunan baru dan lagi pula malam itu masih ada proses pembangunan. Sebuah sinar lampu proyek menyinari prosesi pengecoran gedung saat saya sedang duduk di teras Masjid sambil mennggu Zaki dari kegiatan pelatihan di kampus. Obrolan ringan dengan Romi terus terlontar beberapa topik mengenai kabar kedaan kehamilan istrinya, tentunya saya  sangat bergembira mendengar kabar tersebut. Yah...sebentar lagi akan dipanggil layaknya om, oleh keponakan baru.

Selang beberapa menit berlalu bayang-bayang postur tubuh Zaki dari Guest House Kampus mulai terlihat. Ketika itu memang suasana disekitar masjid tidak begitu terang adanya, jadi sangat tidak bisa memastikan kebenaran yang melintas sebelum benar-benar sampai di bawah lampu penerangan. Tidak lama kemudian Dodok datang menghampiri kita dengan membawa sepeda motornya dari Magelang.

Kumandang memasuki waktu Isya mulai terdengar pembicaraan antara saya, Rom, Dodoki dan Zaki ditangguhkan. Setelah usai sholat berjamaah keakraban pembicaraan dilanjutkan yang ternyata keadaan perut Dodok sudah menunjukkan rasa laparnya. Keputusan makan malam bersama sangatlah tepat agar kondisi perut bisa turut mendukung dari sekedar bincang-bincang bersama.

Warung makan Spesial Sambal Tirto Agung menjadi tempat nongkrong asyik berkumpul bersama. Ada sedikit kenangan lama semasa kuliah dulu. Saking terlalu takutnya terhadap harga menu di Warung SS ini saya sama sekali belum pernah memasukinya bahkan mencicipi aneka hidangan menu sambal didalamnya. Alhasil baru setelah bekerja saya ketagihan dengan menunya dan rasa takut berubah menjadi kewajiban, terasa kurang lengkap jika ke kampus belum mampir kesana.



Hari menjelang larut malam kami beranjak menuju ke Guest House bertingkat terletak dihalaman belakang kampus. Semua barang-barang dirapikan di kamarnya Zaki, waktu itu Romi terlihat sangat ngantuk sekali kemudian sebuah kasur dipilihnya. Berbeda dengan Zaki masih banyak tugas pelatihan yang belum diselesaikan atau saya dan Dodok memlih keluar dari Guest House mencari kopi agar mata kuat terjaga.


Sampai pulang di lantai 1 masih terlihat kesibukan peserta pelatihan ternasuk Zaki yang sedang rajin menulis semua tugas-tugas dari dosen. Tak henti-hentinya Dodok dengan modal sok kenal dan sok dekat ngobrol dengan peserta lain yang konon beliau salah satu radiografer di puskesmas daerah Purwodadi. Sementara Romi ternyata telah bangun dari tidurnya memilih ngobrol bersama kebersamaan terus silih bersautan cerita pengalaman tentang pekerjaan masing-masing.  Namun waktu jualah yang bisa mengalahkan tepat pukul 02.30 semuanya beranjak ke kamar beristirahat menyiapkan agenda hari esok.


Keesokan harinya tepatnya hari Sabtu tanggal 2 September 2016 pagi hari mentari menampakkan sinarnya. Embun pagi dari lantai 3 Guest House terlalu segar dinikmati. Langkah ini seakan ingin napak tilas kebiasaan kuliah pagi menuju kampus seakan bayangan teman-teman selalu ada mengisi keceriaan. Ya...kuliah pagi sangat membuat semuanya serba tergesa-gesa. Lalu memori itu terulang kembali seakan nyata. Meski hanya sederhana seakan masa itu ingin kembali terulang. Semangat teman angkatanku 22 RR semoga kalian senantiasa diberi Perlindungan dari Allah SWT dan diberi Keberkahan, Amin.




2 comments:

  1. Aamiin.. semoga kekeluargaan angkatan 22 bisa terus terjaga. Semakin banyak anggota baru, bertambah persaudaraan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasi dona,,,amin...semoga dona sukses yaaa...makasih sudah mampir di blog saya...hehe

      Delete