Wednesday 14 September 2016

Heart Attack

Nyeri dada terus menusuk dada kiri Herman tatkala itu sedang berdagang di pasar. Keluhan tersebut terdengar oleh Pramono teman disebelah lapaknya. Serasa tidak ingin mengambil resiko dipapahnya Herman ke parkiran sepeda motor bersama Limin juga rekan pedagang diantarkan ke rumah sakit terdekat. Pramono langsung menghubungi Miyana melalui telepon genggam milik Herman, namun hanya nada tunggu yang terus terdengar.

Sesampainya rumah saki Herman mulai melangkah menuju Instalasi Gawat Darurat. Pengecekan rekam jantung dan sedikit observasi dokter kepada Herman begitu lugas dan mudah dipahami. Botol infus telah terpasang diatas meja gledek siap menuju ruang perawatan ICU. Badan Herman terkapar diatas bed dengan berbagai alat kesehatan yang dipasan didada maupun selang diantara kedua lubang hidungnya.

Kembali Pramono menghubungi Miyana melalui telpon genggamnya. Bunyi dering telpon genggam dibalik dompet panjang Miyana. Tatkala itu Evan masih perjalanan usai mengaji TPA. Sudah menjadi kebiasaan Miyana sering lupa membawa dompet panjang meski hanya uang yang bisa sebagai penenang diperjalanan. Begitu pula sore menjelang magrib panggilan 3 kali tidak terjawab.

Menjelang magrib Miyana baru bisa berbenah baju yang akan dijadikan bahan bordir sebagai pekerjaan sampingan sembari menunggu Herman pulang. Waktu itu Miyana baru menyadari belum membuka hp dari dompetnya. Namun entah karena memang sudah diatur oleh Kuasa Nya seperempat jam kemudian dompet panjang itu ia raihnya diatas mesin jahit bertumpukkan kain bordiran.

Begitu kagetnya disaat melihat 5 panggilan tak terjawab dari Pramono sekitar setengah jam yang lalu. Tanpa basa-basi Miyana menghubungi balik dengan segala kecemasan yang diduga. Mulut terasa tidak bergetar disaat kabar Herman masuk ke rumah sakit lantaran nyeri dada sekitar jam 4 sore tadi. Lalu bergegaslah Miyana berganti baju menuju ke rumah sakit tanpa menghiruakan apapun yang terjadi. Evan dititipkan ke tetangga sebelah, sementara itu Miyana dengan langkah tergesa-gesa ingin mencari tahu keadaan suami tercintanya.

Air mata menetes deras disaat melihat Herman sedang di atas bed kamar ICU dengan alat bantu selang oksigen. Kehadiran Miyana langsung memeluk dan mendekap erat tubuh Herman sekan ia tak kuasa melihat keadaan yang sangat kasihan. Saat setelah Miyana datang Dokter Spesialis Jantung hadir melihat keadaan terkini jantungnya. Tiada kesan lagi sepertinya memang keadaan jantung Herman harus dipasangi ring kateter dipembuluh darahnya. Seakan keharusan tersebut memihaknya melakukan rujuk ke rumah sakit jantung di daerah Jakarta. Ohh...begitu seriusnya penyakit Herman saat ini. Miyana hanya memasrahkan diri kepada Allah SWT sembari bersiap-siap merujuk Herman ke  Jakarta.

No comments:

Post a Comment