Dua kata wajib yang tertera
disetiap iklan lowongan pekerjaan. Terasa masih hambar karena iklan tersebut
tidak ada substansi kriteria pra syarat memasuki dunia kerja.
Maka calon pecari kerja pun
membuat aturan kedaulatan subyektif masing-masing. Perempuan yang biasanya
pakai daster harus belajar pakai blazer dihiasi blas on dan ubo rampenya. Tak
kalah menariknya laki-laki yang semalam nongkrong di angkringan sebelah jembatan,
harus "macak" ala James Bond 007, rambutnya wangi pomade dan sepatu kulit singa,
totalitas sempurna.
Rangkaian perekrutan dihadapkan
oleh kandidat yang dianggap lolos secara akademik maupun psikotes. Sangat fair
pada tahap ini, lalu ada yang sangat berat bagi panitia saat menentukan
kriteria menarik secara visual. Kembali lagi sebenarnya aturan menarik harus
dipertimbangkan.
Maka dari "speak-speak
zero" (omong-omong kosong) saat wawancara mulai terlihat bagaimana lentik
bulu mata perempuan turut bermain kemudian wangi parfum parisnya...sungguh
waow...!
Eitsh...rayuan ala buaya darat
laki-laki pun bisa membuat panitia jatuh kepayang melayang-layang. Bisa jadi
menggeser laki-laki polos yang sehariannya hanya nyambi angon bebek orang
tuanya.
Pada akhirnya visualisasi menjadi
nilai lebih dari pacuan persaingan bisnis dan lagi manusia sebagai komoditas
aset mesin bernyawa.
Sontak, pada hari ini 21 April
semuanya berubah menjadi lebih elegan tradisional. Blangkon dan mukena berkonde
memeriahkan akting tahunan yang dianggap menarik di dunia kerja.
Pertanyaan kemudian tersulut, “Kok
nggak dari awal bekerja berpenampilan seperti ini?”
No comments:
Post a Comment